Mubadalah.id – Akhir-akhir ini penulis produktif Indonesia, Darwis dalam Fanpage Facebooknya Tere Liye mengkritik habis-habisan jual beli buku bajakan di berbagai macam aplikasi marketplace. Dari unggahan-unggahan yang ia tulis, Nampak sekali ia sangat kecewa dengan praktik jual beli buku bajakan di Indonesia yang masih marak.
Meskipun sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta, nyatanya masih banyak oknum yang melanggar aturan ini, begitupun dengan penegakkan hukum Hak Cipta di Indonesia yang belum maksimal. Permasalahan inilah yang memicu kekesalan para penulis yang merasa dirugikan, sedangkan pembajak buku meraup keuntungan besar darinya.
Bukan hanya pada penjual buku bajakan, dalam Fanpage Tere Liye juga menyebutkan akun para pembeli buku bajakan dan mengkritik hal tersebut sebagai tindakan yang tidak terhormat dan tidak menghargai para penulisnya.
Membeli barang KW termasuk buku bajakan marak sekali terjadi di lingkungan kita, bahkan dianggap lumrah dan biasa saja. Banyak sekali alasan-alasan yang melatarbelakanginya, salah satunya adalah agar mendapatkan harga yang murah dan terjangkau.
Namun tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan. Mengambil keuntungan untuk diri sendiri dan merugikan orang lain bukan ajaran agama Islam. Dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: I/MUNAS VII/MUI/5/2005 tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) menyebutkan bahwa HKI dipandang sebagai salah satu huquq maliyah (hak kekayaan).
Adapun setiap bentuk pelanggaran terhadap HKI milik orang lain tanpa hak merupakan kezaliman dan hukumnya haram. Diberikannya perlindungan terhadap hak cipta tersebut merupakan wujud penghargaan atas jerih payah serta pengorbanan para pemiliknya selama proses penemuan karya intelektual.
Keharaman tersebut sesuai dengan semangat ajaran Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 29 ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu’. Maka dalam hal ini proses jual beli dianggap halal jika pembeli dan penjual sama-sama ridho dan tidak ada pihak lain yang dirugikan.
Pembajakan termasuk pencurian hak kekayaan intelektual, tidak ada alasan pembenaran atasnya. Jual beli yang asal mula hukumnya adalah halal menjadi haram jika dengan cara yang dilarang. Hal ini sejalan dengan kaidah fikih ‘Sesuatu yang lahir (timbul) dari sesuatu yang haram adalah haram.’
Maka dari itu, bagi para pembeli, membeli buku bajakan dengan alasan untuk mendapatkan harga murah sebaiknya tidak dilakukan. Banyak cara yang bisa digunakan untuk mendapatkan buku original tanpa harus membayar mahal. Seperti meminjam pada teman, meminjam di perpustakaan, bahkan bisa juga menggunakan akses kemudahan melalui aplikasi ebook resmi, seperti ipusnas, ijakarta, ijateng, dan lain sebagainya.
Mari sama-sama saling mengingatkan dan saling mendukung karya-karya orang lain dimulai dari diri sendiri dengan tidak terlibat jual beli buku bajakan. Konsep kesalingan inilah bagian dari bermubadalah dalam muamalah. Dengan kesadaran tersebut dapat menjadi manifestasi besar mental bangsa agar semua bisa produktif berkarya tanpa takut kecewa. []