Mubadalah.id – Belum lama ini, seorang pendakwah, Muhammad Iqdam Kholid atau yang kerap disapa Gus Iqdam tengah santer malang melintang di media sosial.
Dalam setiap ceramahnya, Gus Iqdam berhasil memberikan wajah baru bahwa Islam adalah agama yang ramah, bukan marah-marah.
Pesan-pesan bahwa Islam merupakan agama yang ramah ini beliau sampaikan dalam Majelis Ta’lim Sabilu Taubah (ST) yang ia dirikan pada Desember 2018 lalu.
Pada awal pendiriannya, putra bungsu dari pasangan KH. Kholid dan Ny. Hj. Lanratul Farida ini mengaku Majelis Sabilu Taubah hanya diikuti 7 orang teman-teman dari tongkrongannya.
Namun, karena cara ceramah Gus Iqdam yang unik, jamaahnya pun akhirnya kian bertambah hingga puluhan ribu dalam setiap pengajian yang ia gelar.
Pendiri Pondok Pesantren Mambaul Hikam II cabang Mantenan itu juga menjelaskan bahwa penamaan Majelis Sabilu Taubah sendiri agar majelis tersebut bisa menjadi rumah taubat dan rumah memperdalam ilmu agama bagi para jamaahnya.
Karena, seperti di dalam video yang beredar, para jamaah yang ikut ngaji bersama Gus Iqdam tidak hanya bagi kalangan santri saja, tetapi diikuti juga oleh seluruh umat berbagai agama, orang-orang jalanan, kaum marginal, bahkan kriminal. Semuanya, duduk dan ngaji bersama Gus Iqdam.
Bahkan, seluruh jamaah yang hadir tersebut beliau rangkul dengan lembut dan memberikan pesan agama Islam yang ramah, tidak memaksa bahkan menggurui para jamaahnya.
Jamaah dari Kristen
Salah satu jamaah Gus Iqdam yang beragama Kristen, Marta Agustina mengungkapkan kekagumannya kepada Gus Iqdam.
Bahkan dalam ceramahnya, Gus Iqdam menganggap saya yang berbeda agama itu seperti teman sendiri.
“Saya sebagai Kristen merasa takjub dan tertarik sekali. Karena Gus Iqdam menyampaikan itu seperti teman sendiri. Jadi di sini ini memang tidak ada sekat,” paparnya, dalam potongan video yang beredar di media sosial.
Menanggapi, pernyataan tersebut, Gus Iqdam mengatakan, semua jamaah majelis di sini, harus kita sambut dengan baik. Majelis ini juga tidak memaksa kamu untuk masuk Islam.
“Semua orang harus kita sambut dengan baik. Saya nggak maksa kamu masuk Islam,” tegas Gus Iqdam.
Selain Agustina, Toni yang sama beragama Kristen juga mengungkapkan hal yang sama.
Toni menyebutkan bahwa Gus Iqdam bagi saya menjadi salah satu aset Indonesia yang harus kita rawat bersama.
Gus Iqdam, kata Toni, mampu merangkul kita semua, baik saya sebagai Kristen, teman-teman santri, anak jalanan, kelompok marjinal, dan kriminal, beliau rangkul semua.
“Gus Iqdam bisa menyatukan umat, ini menjadi salah satu aset bangsa Indonesia,” ucapnya.
Jamaah dari Hindu
Selain umat Kristen, beberapa jamaah Gus Iqdam juga ada yang dari agama Hindu. Salah satu jamaah yang beragama Hindu adalah Natri.
Natri mengaku bahwa dirinya selalu hadir dalam setiap pengajian di Markaz Sabilu Taubah, pada malam Selasa.
Bahkan, saat mengikuti majelis tersebut banyak nilai-nilai yang ia dapatkan. Salah satunya adalah Natri mampu mengubah hidupnya dan hidup teman-temannya menjadi lebih baik.
“Saya Natri, dari Hindu Gus. Saya sudah mengikuti majelis ini 4 kali. Dari majelis ST dapat mengubah teman-teman saya yang angkara murka menjadi baik,” ungkapnya.
Selain dapat mengubah hidupnya, dalam majelis juga Gus Iqdam kerap menyampaikan teman-teman kebangsaan, toleransi, perdamaian.
Bahkan ada satu hal yang menarik adalah beliau selalu memulai pengajiannya dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hal ini lah yang membuat Nitra tertarik untuk selalu hadir dalam majelis.
“Gus Iqdam selalu menyampaikan dengan tema-tema yang Indonesia banget. Terutama, sebelum ngaji menyanyikan lagu Indonesia Raya,” tuturnya.
Bahkan majelis ST, bagi Natri menjadi satu-satunya majelis yang benar-benar mengimplentasikan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
“ST menjadi sejarah dalam mengimplementasikan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika tercipta di ST,” tambahnya.
Oleh sebab itu, Natri menegaskan, ajaran yang Gus Iqdam sampaikan sebetulnya sama dengan ajaran di dalam agama Hindu. Artinya, seluruh agama bagi Natri selalu mengajarkan kasih sayang, akhlak yang baik dan budi pekerti yang luhur.
“Semua agama mengajarkan kasih sayang, akhlak yang baik, dan budi pekerti yang luhur,” tegasnya.
Jamaah dari Budha
Sama halnya dengan Natri, Mudita Wandani bersama 15 orang dari agama Budha juga selalu hadir dalam setiap majelis ST.
Mudita mengungkapkan bahwa ceramah-ceramah yang disampaikan oleh Gus Iqdam itu menarik sekali. Sehingga bisa mudah diterima bagi Mudita dan kelompok anak muda.
“Saya ngefans banget sama Gus Iqdam. Ceramahnya oke untuk anak muda. Nyaman sekali,” katanya.
Selain itu, tema-tema yang dibawakan oleh Gus Iqdam dalam setiap majelis yang Mudita ikuti selalu ada tentang keberagaman dan toleransi.
Bahkan Mudita mengakui, bahwa Islam adalah agama yang damai dan selalu menebar kasih sayang kepada seluruh umat manusia.
Sehingga hal inilah yang membuat Mudita tenang, tentram dan damai. “Islam itu enak, ayem. Rahmatan lil ‘alamin. Nggak maksa. Pokok e adem ayem,” tukasnya.
Gus Iqdam Hadirkan Islam yang Ramah
Dari beberapa testimoni beberapa jamaah dari berbagai agama seperti di atas, telah menyadarkan kita semua bahwa Islam yang Gus Iqdam sebarkan adalah Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Islam yang merangkul semua umat beragama untuk saling menyebarkan kebaikan, kasih sayang, kedamaian dan cinta kasih.
Gus Iqdam, bagi saya telah berhasil membawa wajah baru Islam yang ramah bagi semua kalangan umat beragama.
Inilah yang bagi saya telah sejalan dengan prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh agama Islam. Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Anbiya ayat 107:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Artinya: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (QS. al-Anbiya ayat 107).
Bahkan, dalam sebuah Hadis, Nabi Muhammad Saw menegaskan ketika ada seseorang yang bertanya, “Apakah misi utama kerasulan?.
Nabi Saw menjawab, “Menyambung persaudaraan, membuat aman dan damai perjalanan, memelihara kehidupan, dan memberantas kemusyrikan.” (Musnad Ahmad, hadits nomor 17290).
Pernyataan Nabi Muhammad Saw dalam Musnad Ahmad ini, menurut Dr. Faqihuddin Abdul Kodir, dalam buku Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama, cukup benderang, bahwa memang misi kerasulan adalah menguatkan relasi persaudaraan, mewujudkan segala upaya perdamaian, dan membangun kehidupan.
Oleh sebab itu, senada dengan misi utama kerasulan itu, saya kira Gus Iqdam sudah memulainya. Beliau sudah membuat wadah, kajian untuk mewujudkan relasi persaudaraan dan perdamaian bagi seluruh umat beragama. Dan bagi saya hal ini telah sesuai dengan yang Nabi Muhammad Saw ajarkan kepada seluruh umat Islam.
Berikan Dukungan dan Apresiasi
Dengan begitu, majelis ST yang sekarang banyak digandrungi oleh semua kalangan umat beragama, kalangan anak muda, tua, anak, termasuk anak jalanan, marginal dan kriminal perlu kita berikan dukungan dan apresiasi.
Karena di zaman sekarang sangat jarang kita temui ada majelis yang membuka pengajiannya untuk semua kalangan. Karena sebagian besar majelisnya hanya untuk kelompok dan kalangan tertentu.
Oleh karena itu, majelis ST menjadi wadah baru yang sebaiknya terus kita rawat bersama. Karena semua jamaah dari berbagai kalangan tersebut bisa saling belajar, bersilahturahmi dan bisa menemukan wajah Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Dari Gus Iqdam kita telah belajar bahwa menjadi muslim itu sebaiknya harus ramah kepada semua umat beragama, bukan gemar marah-marah. []