Mubadalah.id – Di sebagian kalangan masyarakat Indonesia, masih banyak para penceramah menggunakan Hadis tentang perempuan sebagai sumber kesialan sebagai bahan ceramahnya.
Akibatnya, dari ceramahnya tersebut, kerap kali menjadi dalih untuk mendiskreditkan para perempuan. Sehingga dampaknya, dari ceramahnya itu penjadi penegasan inferioritas perempuan dan superioritas laki-laki. (Baca juga: Perspektif Mubadalah: Laki-laki dan Perempuan Tidak Ada yang Lebih Superior)
Padahal terkait Hadis perempuan sebagai sumber kesialan dalam pandangan mayoritas ulama. Mereka memaknainya secara terbatas (khash), dan tidak menjadikannya sebagai dasar untuk mendiskreditkan dan merendahkan perempuan.
Mereka berpandangan ada berbagai perbedaan yang kontradiktif antara satu redaksi dengan redaksi lain dalam tiap riwayat yang membuat beberapa ulama kontemporer, seperti Abu Syuqqah, menolaknya sebagai Hadis.
Penolakan ini bukan terhadap diri Nabi Saw., tetapi kepada jalur periwayatannya, bisa jadi pada diri sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, atau yang lebih belakang lagi.
Sementara ulama yang menerima Hadis ini lebih memilih memaknainya secara terbatas dan proporsional. (Baca juga: Perjuangan Feminisme Bukan Sekadar Mengangkat Galon Air)
Teks Hadis yang dimaksud diriwayatkan sahabat Ibn Umar r.a. dan dicatat dalam Shahih al-Bukhari. Teks yang dimaksud adalah:
Bahwa Abdullah bin Umar r.a. berkata: Aku mendengar Nabi Saw. bersabda: “Sesungguhnya sumber kesialan itu adalah tiga hal, kuda, perempuan, dan rumah.” (Shahih al-Bukhari, Kitab al-Jihad wa al-Sayr, no. 2897). []