Mubadalah.id – Ada cerita menarik mengenai pertemuan dan pertemanan Imam asy-Syafi’i dengan Sayyidah Nafisah.
Imam asy-Syafi’i (767-820 M) sudah lama mendengar nama besar dan ketokohan perempuan ulama ini dan mendengar pula bahwa banyak ulama yang datang ke rumahnya untuk mendengarkan pengajian dan ceramah yang diselenggarakannya setiap hari.
Imam asy-Syafi’i datang ke Mesir lima tahun sesudah Sayidah Nafisah tinggal di negeri itu. Beberapa waktu kemudian, Imam asy-Syafi’i meminta bertemu dengannya di rumahnya.
Sayyidah Nafisah juga telah mendengar kebesaran Imam asy-Syafi’i. Ia senang mendengar keinginan itu dan menyambutnya dengan seluruh kehangatan dan kegembiraan.
Perjumpaan itu dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan yang sering. Masing-masing saling mengagumi tingkat kesarjanaan dan intelektualitasnya.
Apabila Imam asy-Syafi’i berangkat untuk mengajar di masjidnya di Fustat, ia mampir ke rumah Sayyidah Nafisah. Demikian juga ketika pulang kembali ke rumahnya. Dikabarkan bahwa Imam aSy-Syafi’i adalah orang yang paling sering bersama Sayyidah Nafisah. Dikatakan:
“Ulama yang paling sering bersamanya dan mengaji kepadanya, justru dalam statusnya sebagai tokoh besar dalam fiqh.”
Dua orang ulama besar itu konon sering terlibat dalam diskusi-diskusi yang hangat, ilmiah, dan bersahabat. Mereka saling menghargai.
Shalat di Masjid Perempuan
Bahkan, pada bulan Ramadhan, Imam asy-Syafi’i juga sering kali shalat tarawih bersama Sayyidah Nafisah di masjid perempuan ulama ini.
Manakala Imam asy-Syafi’i sakit, ia mengutus sahabatnya untuk meminta Sayyidah Nafisah mendoakan kesembuhannya. Begitu ia kembali, Imam asy-Syafi’i tampak sudah sembuh.
Dan, ketika dalam beberapa waktu kemudian ia sakit parah, sahabat tersebut dimintanya kembali menemui Sayyidah Nafisah untuk keperluan yang sama. Mohon didoakan.
Kali ini, Sayyidah Nafisah hanya mengatakan, “Matta’ahu Allah bi an-nazhr Ila wajhih al-karim.” (Semoga Allah memberinya kegembiraan ketika berjumpa dengan-Nya).
Mendengar ucapan sahabat sekaligus gurunya itu, Imam asy-Syafi’i segera paham bahwa waktunya sudah akan tiba. Ia kemudian berwasiat kepada murid utamanya, Al-Buwaithi, meminta agar Sayyidah Nafisah menshalati jenazahnya jika kelak ia wafat nanti.
Ketika Imam asy-Syafi’i wafat, jenazahnya masyarakat bawa ke rumah perempuan ulama tersebut untuk mereka shalatkan.
Selain Imam asy-Syafi’i, sesungguhnya banyak sekali ulama besar dari berbagai mazhab berkunjung ke rumah Sayyidah Nafisah. []