Mubadalah.id – Manusia dianugerahi hasrat berupa cinta, kasih sayang, kerinduan pada sesama makhluk dan benda-benda. Namun ada saat di mana Tuhan tidak atau belum menghendaki kita berada dekat dengan sesuatu yang kita harapkan itu. Banyak orang menganggap hal itu sebagai suatu ujian dari Tuhan, bahkan musibah (misalnya, kematian). Tirai Tuhan memang misteri.
Tapi pernahkah terlintas di pikiran kita bahwa di saat-saat itulah Tuhan ingin kita mengenal-Nya?
Jalaluddin Rumi dalam Fihi Ma Fihi mengumpamakan hasrat-hasrat itu sebagai “tirai”, yaitu penghalang yang menutupi kita dari sesuatu yang kita harapkan. Tuhan menciptakan tirai-tirai itu tentu dengan maksud dan tujuan yang baik.
Seperti dikisahkan dalam Al-A’raf ayat 143, ketika Nabi Musa bermunajat dan ingin melihat Tuhan. Lalu Tuhan menampakkan diri-Nya tanpa tirai kepada gunung, namun gunung itu menjadi hancur dan Nabi Musa pun jatuh pingsan.
Pada gunung, Tuhan mewujudkan diri dengan tirai berupa keindahan hutan, mata air yang mengalir, bermacam tanaman obat dan bunga-bunga. Pada matahari, Dia ciptakan jarak yang sangat jauh ke bumi sebagai tirai, sehingga manusia memperoleh manfaat dari cahayanya, bebas beraktifitas di bawah cahayanya yang hangat, pepohonan tumbuh subur karena fotosintesis dan segala proses alam yang terjadi karena pengaruh matahari.
Jika jarak antara manusia dan matahari diperdekat, justru tidak akan bermanfaat apa-apa dan malah menghancurkan (membakar). Pada keindahan musim semi, Tuhan hadirkan tirai musim dingin, agar manusia lebih mengapresiasi tiupan angin musim semi dengan segala keindahan dan manfaatnya.
Pada manusia yang kita cintai (atau harta yang kita inginkan), kita dijauhkan Tuhan darinya, pertemuan kita dengannya ditunda, diciptakanNya tirai berupa jarak atau segala hal yang menghalangi kita untuk menjangkaunya, agar dia tetap bisa menginspirasi dan memotivasi kita secara tidak langsung. Jika kita berada dekat dengannya (saat ini juga), bisa jadi kedekatan itu justru tidak bermanfaat apa-apa atau bahkan menghancurkan kita.
Tuhan menampakkan diri-Nya dengan tirai sehingga kita bisa menikmati keindahan dan manfaat dari-Nya secara tidak langsung. Apabila Dia menunjukkan keindahan-Nya tanpa tirai, kita tidak akan mampu menikmati keindahan-Nya, tidak juga kita memperoleh manfaat dari-Nya.
Maka tirai-tirai itu—yang mungkin terasa seperti ujian—sejatinya adalah hikmah Tuhan yang semestinya kita syukuri. Percayalah, segala hal yang Dia kehendaki pada akhirnya akan dipertemukan pada saat yang tepat. Berusaha dan pantang putus asa dengan tetap berpijak pada jalan-Nya. Yakinlah bahwa perhitunganNya selalu presisi, tak pernah meleset dari tujuan yang baik. []