Mubadalah.id – Ihsan merupakan praktik yang seluruhnya berisi pesan kebaikan, keshalihan, dan moralitas kemanusiaan. Mewujudkan relasi antarmanusia yang dilandasi keshalihan sosial dan nilai-nilai moral kemanusiaan universal adalah misi utama kenabian Muhammad Saw.
Ihsan dapat disamakan dengan akhlaqul karimah dan takwa. Ketiga kata ini merupakan tujuan puncak manusia dalam kehidupan bersamanya.
Secara elaboratif, ihsan adalah kejujuran, ketulusan, kesederhanaan, kesabaran, kedermawanan, menjaga kehormatan diri, menjaga kepercayaan, menghargai orang lain, tidak mencaci maki atau merendahkan.
Kemudian, tidak menyakiti hati, tidak melakukan penyelewengan terhadap hak orang lain, tidak kikir, tidak menipu, tidak berkhianat, tidak merusak alam, dan sebagainya.
Namun, lebih dari itu, ihsan juga berarti bertindak santun, kasih, dan mencintai semua ciptaan Tuhan, tidak hanya kepada manusia, tetapi juga kepada ciptaan Tuhan di alam semesta.
Kemudian, lebih dari segalanya, makna paling mendalam dari ihsan adalah menghadirkan Tuhan dalam setiap napas. Yakni bahwa Anda hendaklah selalu berada dalam pengawasan dan penilaian Tuhan dalam setiap langkah kehidupan. Sebuah hadits menyebutkan:
“Ketika nabi ditanya tentangarti ihsan, beliau menjawab: Ihsan adalah engkau mengabdi kepada Tuhan seakanakan engkau melihat-Nya. Bila engkau tidak melihat, ingatlah bahwa Dia selalu melihatmu.”
Ihsan dalam hadits ini mengandung makna lain yang lebih mendalam dan bersifat spiritualitas profetik, yakni mengembalikan jiwa pada kondisi primordialnya: bentuk yang seindah-indahnya dan semurni-murninya.
Pandangan Seyyed Hossein Nasr
Dalam bahasa Seyyed Hossein Nasr, ihsan adalah hidup dalam keintiman dengan Tuhan, kondisi ketika aroma dan nuansa kasih sayang, cinta, kedamaian, dan keindahan benar-benar dirasakan.
Ihsan adalah menyelam dalam keindahan pada semua level manifestasinya, keindahan yang membebaskan kita dari batasan-batasan eksistensi keduniawian. Hingga akhirnya akan menenggelamkan kita ke dalam samudra ketakterbatasan Tuhan.
Orang-orang yang berbuat ihsan selalu menjalani hidupnya dengan seluruh kebaikan dan keindahan, tanpa mengharap balasan apa pun dari orang lain.
Mereka sadar sepenuhnya bahwa hidupnya tidaklah berarti apa-apa atas segala anugerah Tuhan yang melimpah ruah dan tak terbatas. Dia memberi segalanya karena cinta-Nya yang tak terbatas.
Para khatib biasanya selalu mengakhiri khutbahnya dengan menyampaikan ayat al-Qur’an berikut ini:
“Sesungguhnya, Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.” (QS. an-Nahl (16): 90). []