Mubadalah.id – Pemilu 2024 baru saja berlalu, namun suasana pesta demokrasi tersebut masih terasa hangat hingga saat ini. Tentunya yang perlu kita ingat adalah kita semua harus menjaga perdamaian dan persatuan meskipun berbeda pilihan.
Ada banyak cerita di pemilu kali ini termasuk jokes-jokes KPPS yang ramai di jagad maya. Dari segi lingkungan misalnya, pemilu kali ini cukup mempertimbangkan banyak hal. Adanya program menanam pohon dalam agenda pelantikan KPPS ditunjukkan sebagai upaya untuk mengganti pohon yang sudah kita tebang demi pembuatan 6000 ton kertas suara.
Demikian pula tinta pemilu kali ini terbuat dari bahan alami yang ramah lingkungan, yakni dari daun gambir.
Pemilu yang melibatkan ratusan juta penduduk Indonesia yang telah memiliki hak pilih tentunya membutuhkan logistik yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, pemenuhan logistik tersebut perlu kita perhatikan dalam berbagai sektor tak hanya keamanan kesehatan, namun juga dari segi keramahan lingkungan. Termasuk tinta yang kita gunakan untuk menjadi penanda sudah terpakainya hak pilih seseorang.
Tinta pemilu 2024 yang terbuat dari daun gambir ini merupakan inovasi dari Universitas Andalas (Unand) yang dikembangkan oleh seorang peniliti yakni, Prof. Dr. apt. Amri Bakhtiar, M.Dess. Inovasi ini kemudian terwujudkan dalam bentuk kerja sama dengan PT. Kudo Indonesia Jaya (PT KIJ), untuk memproduksi tinta pemilu dengan bahan organik dari tanaman gambir.
PT KIJ sendiri telah memiliki pengalaman dalam menyediakan produk tinta berbasis Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di Indonesia. Tinta ini memiliki keunggulan ekologis dan kualitas yang dijamin oleh PT KIJ.
Tinta Pemilu Ramah Lingkungan
Kerja sama ini menandai langkah penting dalam menghadirkan alternatif tinta pemilu yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan baku lokal. Tanaman gambir terpilih sebagai bahan baku mengingat Indonesia termasuk pemasok gambir dalam jumlah besar di pasar internasional.
Menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, jumlah ekspor gambir mencapai ribuan ton per tahun. Kerja sama ini harapannya tidak hanya memberikan dampak positif dalam penyelenggaraan pemilihan umum yang lebih bertanggung jawab, tetapi juga dalam pengembangan ekonomi lokal dengan meningkatkan nilai tambah gambir.
Yakni menempatkan gambir sebagai komoditas yang dapat bersaing, membantu pendapatan petani gambir, dan pemajuan Indonesia dalam berwawasan lingkungan. Harapannya, inovasi ini dapat berkembang dalam skala yang lebih luas, tak hanya kita gunakan dalam pemilu.
Penggunaan tinta pemilu ini tidak luput juga dari tuntutan umat muslim akan kebutuhan tinta yang tidak menghalangi keabsahan wudhu. Melansir dari laman MUI, tinta pemilu harus memenuhi dua syarat ideal.
Pertama, bahan yang kita gunakan harus bersih dari bahan najis menurut ajaran Islam. Kedua, tinta tersebut harus memungkinkan air untuk menembusnya, sehingga tidak menghalangi proses wudhu. Dengan memenuhi syarat-syarat ini, tinta pemilu aman untuk kita gunakan dalam ibadah.
Sertifikat Halal MUI
Dalam Peraturan KPU Nomor 15, tinta pemilu yang digunakan harus bersertifikat halal dari MUI. Produsen pemasok tinta harus memiliki sertifikat halal kepada LPPOM MUI sebelum memasok kepada KPU. Selain itu, bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tinta pemilu haruslah telah teruji dan memenuhi standar keamanan yang otoritas terkait tetapkan.
Melansir dari Good News From Indonesia, Ilmuwan Universitas Andalas, Amri Bakhtiar, menyatakan bahwa tinta berbahan dasar daun gambir tersebut telah teruji oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), sehingga aman bagi kulit, ramah lingkungan, dan halal.
Beberapa pemilih pun menyadari bahwa tinta pemilu kali ini lebih mudah pudar dan lebih mudah kita bersihkan dengan air. Melansir dari laman NU Online, apabila tinta cukup tebal, seperti lelehan lilin, minyak yang memadat, maka jelas dapat menghalangi wudhu (yakni sampainya air ke kulit). Sehingga perlu kita hilangkan terlebih dahulu.
Namun, apabila sudah dibersihkan dengan sabun dan menyisakan bekas warnanya, maka secara hukum tidak menghalangi wudhu. Demikian pula ungkapan Syekh Zainuddin Al-Malibari, “Bekas tinta dan hena tidak membahayakan keabsahan wudhu.”
Sementara maksud bekas di sini adalah sisi warnanya saja, sekira bila kita kerok misalnya maka tidak menghasilkan apapun. Selain ramah lingkungan, tinta pemilu dapat kita pastikan tidak najis sebab bahan serta proses yang telah teruji dan tidak menghalangi air wudhu sampai ke kulit selama hanya menyisakan warnanya saja. []