• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Generasi Muda yang Lelah

Di negeri yang semakin runyam ini, generasi muda menjadi kelompok yang terhimpit beban rangkap, namun sekaligus kita tumpuki ekspektasi ganda

M. Naufal Waliyuddin M. Naufal Waliyuddin
23/04/2024
in Personal, Rekomendasi
0
Generasi Muda

Generasi Muda

902
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belakangan istilah “pemuda jompo” ramai di jagat Mayantara. Frasa itu merujuk pada potret kaum muda masa kini yang sering mengalami keluhan fisik seperti pegal-pegal, sakit punggung, hingga rasa letih berulang.

Persoalannya, dari mana hal itu terjadi? Benarkah itu sekadar gejala fisik biasa atau kejadian istimewa yang menjangkiti banyak generasi muda secara kolektif? Tulisan ini mencoba menelisik perkara tersebut.

Belum Ada Preseden

Menjadi generasi muda di zaman sekarang tidak gampang. Ada berkah sekaligus kutukan yang menyertai mereka. Baik generasi Milenial muda maupun Gen Z, keduanya di satu sisi diberi ekspektasi sebagai penerus bangsa. Namun di saat bersamaan, mereka juga menuai sentimen seperti belum matang, manja, serba-instan, dan kurang daya juang.

Padahal, sebagai manusia utuh, generasi muda saat ini mengenyam persoalan yang belum ada presedennya. Mereka kena “pandemi duduk”. Mata dan perhatian mereka senantiasa terhisap layar bercahaya. Ini semua merisikokan bukan hanya tubuh, tetapi juga mental psikologis.

Dari segi fisik, temuan dari Keith Diaz, Associate Professor bidang Behavioral Medicine dari Columbia University (2023), menyebutkan kalau aktivitas duduk yang terlalu lama meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, obesitas, penurunan kadar darah, hingga demensia dan beberapa jenis kanker.

Ini akan senada dengan temuan Zhao J dan tim di Jurnal BMJ Oncology (2023) yang menyingkap kejadian kanker di dunia pada kelompok usia di bawah 50 tahun yang meningkat dramatis di 204 negara.

Baca Juga:

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

Katanya, Jadi Perempuan Tidak Perlu Repot?

Eco-Anxiety

Sementara dari segi mental-psikologis, generasi muda berada di posisi rentan. Tidak sedikit dari mereka yang gelisah. Cukup salah satunya saja, dalam kadar cukup kronis dan baru, yakni eco-anxiety. Istilah ini menggambarkan ketakutan kronis akan kiamat lingkungan. Dalam survei global seperti ulas Olivia Box (2022), banyak anak-anak dan kaum muda yang merasakan level khawatir cukup tinggi terkait perubahan iklim dunia.

Riset lanjutan bahkan menunjukkan kalau sebagian besar dari 10.000 responden berusia 15-24 tahun melaporkan perasaan sedih, cemas, marah, geram, tak berdaya, dan rasa tak punya kuasa sama sekali hingga perasaan bersalah (Matthew Adams, 2023). Perasaan campur aduk itu juga menjangkit banyak generasi muda di tanah air.

Jadi, jangan heran kalau banyak anak muda yang merasa putus asa dan lelah dengan banyak hal. Imbasnya bisa merembet ke kondisi letargis (lethargical), keletihan kronis. Di tengah itu semua, beberapa pihak generasi sepuh enggan menggali lebih dalam, hingga muncul stereotipe nyinyir sebagaimana telah disebutkan tadi.

Banyak dari kita yang belum cukup punya kesediaan mendengar dari hati ke hati kepada generasi muda. Padahal mereka menjadi “Generasi Lelah” (tired generation) itu dipicu beragam faktor.

Faktor Pemicu & Perlunya Solusi Struktural

Meagan Drillinger dan Deborah Weatherspoon (2018) memetakan sejumlah faktor yang memicu lahirnya “generasi lelah” ini. Bagi mereka berdua ada tiga faktor prominen:

(1) peran teknologi yang sudah mengambil alih banyak peran sampai tahap mempengaruhi otak dan tubuh;

(2) budaya kecepatan, pola pikir dan kenyataan finansial yang tak sesuai standar hidup layak;

(3) faktor pandemi Covid-19 juga berperan besar dalam peningkatan depresi.

Menyikapi ihwal tersebut, solusi individual mungkin bisa kita upayakan, seperti pola hidup sehat, perbanyak aktivitas gerak, dan tidur berkualitas. Hanya saja, persoalan ini tampak lebih struktural dan serius, alih-alih letupan kecil yang sporadis.

Dari situ, kita semakin mafhum dengan uraian Steven Threadgold dalam bukunya Youth, Class and Everyday Struggles (2019) tentang generasi muda: “…kaum muda ditarik-dorong oleh tuntutan normatif yang kita tujukan kepada mereka sejak usia dini.

Sementara mereka secara refleksif sadar bahwa imbalan yang tersedia untuk bekerja keras dan membuat keputusan tepat—yaitu keamanan finansial, keluarga, status sosial, dan kepuasan kerja—adalah justru prospek yang semakin menurun.”

Kita lihat sekarang, lapangan kerja menyempit, harga properti melangit, kebutuhan pangan melambung, dan kaum muda masih kelimpungan sambil kena olok-olok sebagai generasi manja. Betapa ironis nasib mereka, terutama ketika posisi mereka direduksi hanya menjadi “surat suara” yang ditambang pada masa Pemilu lima tahun sekali.

Di negeri yang semakin runyam ini, generasi muda menjadi kelompok yang terhimpit beban rangkap, namun sekaligus kita tumpuki ekspektasi ganda dari generasi pendahulu. Itu sebabnya mereka leltih secara jiwa dan raga.

Karenanya, penting untuk meneliti kondisi kaum muda dengan lebih empatik, cermat, serta lepas dari bias syak-wasangka yang tidak adil. Perlu juga menyiapkan pendekatan interdisipliner menuju solusi yang sifatnya struktural-sistemik agar tidak mengancam Indonesia Emas 2045 yang digaung-gaungkan itu. []

Tags: Anak MudaBonus DemografiGenerasi EmasGenerasi MilenialGenerasi SandwichGenerasi ZKesehatan FisikKesehatan Mental
M. Naufal Waliyuddin

M. Naufal Waliyuddin

Redaktur metafor.id. Peneliti swadaya seputar generasi muda dan sosial keagamaan. Alumni Tasawuf Psikoterapi dan Interdisciplinary Islamic Studies. Pegiat literasi dan seni yang kerap menulis dengan nama pena Madno Wanakuncoro.

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID