• Login
  • Register
Jumat, 18 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Membudayakan K3 sebagai Ikhtiar Mencegah dan Mengurangi Kecelakaan Kerja

Dengan membudayakan K3 di tempat kerja, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja

Fajar Pahrul Ulum Fajar Pahrul Ulum
01/05/2024
in Publik
0
K3

K3

740
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika kita ngomongin tentang buruh, maka hal ini kerapkali sangat berkait dengan upah murah, waktu (jam dan hari) kerja, Tunjangan Hari Raya (THR), Pengakhiran Hubungan Kerja (PHK), pesangon dan atau Uang Penghargaan Masa Kerja (UPMK), dan Uang Pengganti Hak (UPH). Selain itu, yang tak kalah penting dari semua itu adalah soal keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Yang terakhir itu merupakan isu yang saat ini tengah banyak dikampanyekan oleh aktivis buruh, supaya setiap perusahaan melaksanakan K3 demi terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat. Pasalnya, kasus kecelakaan kerja dan sakit akibat kerja di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Berdasarkan catatan lima tahun terakhir Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, jumlah klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) terus melonjak naik. Pada 2019 tercatat ada 182.835 kasus kecelakaan kerja. Selanjutnya, jumlah kasus konsisten naik, 221.740 pada 2020 dan 234.370 kasus pada 2021. Lalu pada 2022, jumlahnya naik lagi menjadi 297.725 kasus.

Di tahun terakhir, sepanjang Januari sampai November 2023, jumlah kasus kecelakaan kerja melonjak semakin drastis, yaitu 360.635 kasus.

Ratusan ribu kasus kecelakaan kerja yang tercatat di BPJS Ketenagakerjaan tersebut bukan jumlah sebenarnya. Karena kasus kecelakaan kerja ini bagaikan fenomena gunung es, di mana kasus yang tercatat itu hanya yang terlapor saja, bukan jumlah kasus kecelakaan kerja sebenarnya.

Baca Juga:

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

Media Punya Peran Strategis dalam Mencegah Konflik Akibat Tidak Dipenuhinya Hak Keberagamaan

Mencegah KTD Lebih Ideal Dibanding dengan Aborsi

Cara Mencegah HIV-AIDS dalam Islam

Mengapa demikian? Menurut Ajat Sudrajat, Manajer Kampanye & Pendidikan Local Initiative for OSH Network (LION) Indonesia, banyak korban kecelakaan kerja yang dibungkam demi menjaga citra perusahaan.

Karena ketika korban melaporkan kasus kecelakaan tersebut, resiko yang akan ditanggung perusahaan sangat berat seperti mendapat penalti dari Disnaker, nilai saham akan turun, investor akan kabur, dan lain sebagainya.

Demi menghindari resiko tersebut, kebanyakan perusahaan membungkam korban dan memilih membiayai perobatannya dan uang kompensasi selama ia tidak bisa bekerja.

Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Dalam banyak kasus, kecelakaan kerja yang terjadi dalam suatu perusahaan bukan semata karena faktor kelalaian atau keteledoran pekerja. Melainkan kurangnya perhatian dan pengabaian perusahaan yang terstruktur dan sistematis akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

Pengabaian terhadap aspek-aspek K3 ini bisa berupa berbagai hal, mulai dari minimnya investasi dalam program K3, kurangnya pelatihan bagi pekerja, hingga ketidakpatuhan terhadap regulasi yang berlaku.

Padahal, perusahaan memiliki tanggung jawab besar untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi para pekerjanya. Ini meliputi memberikan pelatihan yang memadai, menyediakan peralatan dan fasilitas yang aman. Serta menerapkan prosedur-prosedur yang meminimalkan risiko kecelakaan dan cedera.

Tanggung jawab ini dibebankan kepada perusahaan melalui Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Dengan diundangkannya undang-undang ini tujuan besarnya adalah melindungi kesehatan dan keselamatan para pekerja. Hal ni merupakan hak pekerja yang wajib ditunaikan oleh setiap perusahaan.

Akan tetapi, dalam pelaksanaanya banyak oknum perusahaan yang menutup mata terhadap relgulasi itu. Karena untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat itu membutuhkan biaya, mereka mengabaikan itu dan tidak peduli akan kesehatan, keselamatan. Bahkan nyawa para pekerja. Karena bagi mereka keuntungan yang besar lebih penting dari pada kesehatan dan keselamatan kerja.

Dengan demikian, melihat banyaknya oknum perusahaan yang abai akan UU Keselamatan Kerja, yang terjadi adalah angka kecelakaan kerja dari tahun ke tahun tetap istiqamah naik.

Hal inilah yang kemudian mendorong para aktivis buruh untuk terus mengkampanyekan K3 supaya hal ini menjadi budaya di setiap lingkungan kerja di Indonesia.

Dengan membudayakan K3 di tempat kerja, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja. Hingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas pekerja. []

Tags: IkhtiarK3MembudayakanMencegahMengurangi
Fajar Pahrul Ulum

Fajar Pahrul Ulum

Peserta Mubadalah Academy Batch 1 saat ini sedang menempuh studi akhir di kampus ISIF Cirebon

Terkait Posts

Sirkus

Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan

17 Juli 2025
Disabilitas dan Kemiskinan

Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 

17 Juli 2025
Wonosantri Abadi

Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi

17 Juli 2025
Zakat Profesi

Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

16 Juli 2025
Representasi Difabel

Dari Layar Kaca ke Layar Sentuh: Representasi Difabel dalam Pergeseran Teknologi Media

16 Juli 2025
Sound Horeg

Sound Horeg: Antara Fatwa Haram Ulama’ dan Hiburan Masyarakat Kelas Bawah

16 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • eldest daughter syndrome

    Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah
  • Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?
  • Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 
  • Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID