Mubadalah.id – Allah Swt melukiskan pribadi Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya;
لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” [at-Taubah : 128].
Cinta Rasulullah Saw pada umatnya
Memang begitulah pribadi Rasulullah Saw, beliau sangat sayang, cinta dan peduli terhadap umatnya melebihi cinta beliau pada diri sendiri. Tidak kah kita terbayang bagaimana perjuangan Rasulullah Saw, saat beliau bolak-balik memberanikan diri menghadap Allah Swt agar berkenan mengurangi jumlah fardhu salat.
Pastinya rasa takut, cemas dan gugup hinggap dalam diri rasul pada saat itu, karena mungkin saja Allah akan murka sebab perintah-Nya ditolak dan terus-terusan di tawar. Namun, rasul tetap maju mengambil semua resiko yang ada, karena kebesaran rasa cinta pada umatnya mengalahkan itu semua.
Tahu tidak! bahwa pada setiap rasul diberi satu doa mustajab oleh Allah Swt, dan Nabi kita merelakan doa itu di dunia, beliau tidak menggunakanya di dunia. Doa itu beliau simpan untuk kita di akhirat kelak. Ya.. itulah syafaat. Bahkan saat menjelang Nabi wafat, umatnya lah yang sangat beliau cemaskan. Dengan lirih beliau berucap Ummati..Ummati.. Ummati…
Mencintai Ahlul bait
Allah Swt berfirman;
قُل لَّآ أَسَۡٔلُكُمۡ عَلَيۡهِ أَجۡرًا إِلَّا ٱلۡمَوَدَّةَ فِي ٱلۡقُرۡبَىٰۗ
“Katakanlah: “Aku tidak meminta kepada kalian sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan (pada keluargaku)” [asy-Syura : 23].
Itulah jawabannya, Allah Swt sendiri telah memberikan jawaban kepada kita, tentang bagaimana cara dan upaya kita agar dapat membalas balik cinta Nabi. Yaitu dengan mencintai keluarga, kerabat, dan keturunan beliau. Rasulullah Saw bersabda;
أحبوا الله لما يغذوكم به من نعمة وأحبوني لحب الله وأحبوا أهل بيتي لحبي
“Cintailah Allah atas nikmat yang telah diberikan pada kalian, cintailah aku atas dasar cinta kepada Allah, dan cintailah keluargaku karena cinta kepadaku” [Fadhoilu as-Shahabat li Ahmad bin Hanbal juz 2 hlm. 986].
Cinta kepada Ahlul bait, keluarga, dan dzurriyah Nabi adalah madzhab dari Ahlussunnah yang kita dapati dari guru-guru kita, para kiyai, masyayikh dan para ulama salaf yang diwariskan oleh para sahabat. Sahabat Abu Bakar ra berkata;
“Wahai manusia jagalah dan muliakanlah Muhammad dengan menjaga dan memuliakan Ahlu baitnya”.[HR. Bukhori].
Sahabat Abu Bakar ra juga pernah berkata kepada Sayyidina Ali kw
“Demi Allah, sungguh kerabat Muhammad lebih senang aku bersilaturahmi dan berbuat baik kepada mereka dari pada kepada kerabatku sendiri”.[asy-Syifa bi Ta’riifi Huquuqi al-Mushthofa juz 2 hlm 108].
Cinta Nabi
Mungkin, hal ini terdengar berat bagi sebagian orang, namun bagi orang-orang yang dalam hatinya telah merasuk cinta kepada Nabi, tak ayal ini adalah kabar gembira. Di mana mereka masih bisa mengekpresikan, mengutarakan dan membuktikan rasa cinta Rasul yang terpendam.
Mereka telah merasakan cinta yang Nabi berikan, tentunya mereka pun ingin merespon dan membalasnya. Sebab bagi para pecinta tiada kebahagian yang setara dengan saling berbalasnya cinta dengan sang kekasih.
حب النبي والآل ديني # ومذهبي حقا ويقيني
وعمدتي في كل حين # دوما فلا أضام
“Cinta Nabi dan keluarganya adalah agamaku # madzhab dan sebenar-benarnya akidahku
Dan keyakinan ini sepanjang waktu # sungguh selamanya aku tidak menipu.” []