Mubadalah.Id– Artikel ini akan membahas terkait doktrin Athena. Di penghujung tahun 2017 aku menulis status FB dengan dua kata di atas. Aku mendengarnya dari mba Alissa, dan aku tulis persis kontennya seperti yang aku dengar, dengan pesan untuk membaca lebih lanjut di internet.
Setelah aku telusuri, ternyata itu judul buku karya dua penulis laki-laki John Gerzema dan Michael D’Antonio . Yaitu “The Athena Doctrine: How Women (and the Men who Think Like Them) Will Rule the Future” yang terbit tahun 2013 dan menjadi best seller
Buku ini menawarkan gagasan bahwa nilai-nilai feminin mampu menyelesaikan problem dunia paling sulit dan mampu membangun kehidupan masa depan yang lebih baik dan lebih sejahtera. Nilai-nilai feminin yang dimaksud, misalnya, kasih sayang, berbagi, komunikatif, merawat, dan mendidik.
Berbanding dengan nilai-nilai maskulin seperti menguasi, mendominasi, mengontrol, memaksa, dan mendoktrin. Nilai-nilai feminin, menurut buku ini, akan menggantikan adagium politik dunia yang selama ini menyatakan: “pemenang mengambil semuanya” (The winner takes all). Melainkan, pemenang sejati adalah yang mampu memaafkan, menguatkan, dan berbagi dengan semuanya.
Buku ini merupakan hasil survey terhadap 64.000 orang di 13 negara. Dari survey ini, data-data menunjukkan bahwa kepemimpinan, kesuksesan, kesejahteraan, moralitas, dan kebahagiaan lebih dekat dengan sifat-sifat dan nilai-nilai feminin. Para responden juga mayoritas lebih memilih para pemimpin yang memiliki sifat-sifat dan karakter feminin dalam mengelola pemerintahan maupun perusahaan.
Buku ini mendefenisikan tidak saja emosi, empati, dan berbagai sebagai feminin, tetapi juga kerjasama, loyalitas, komitmen, fleksibilitas, kreatifitas, orisinalitas, ekspresif dan artikulatif sebagai feminin. Buku ini dengan meyakinkan meramal bahwa ke depan yang akan memimpin, baik di dunia politik maupun bisnis, adalah orang-orang yang memiliki sifat dan karakter feminin.
Buku ini mencontohkan berbagai pemerintahan dan dunia bisnis yang sukses dengan menerapkan prinsip-prinsip yang lebih dekat ke sifat feminin ketimbang maskulin. Seperti Swedia dan Islandia dari sisi pemerintahan yang tidak hanya dikuasai perempuan dari sisi gender, tetapi juga banyak mengadopsi sifat dan karakter feminin.
Dari dunia usaha disebut WhipCar di London, sekalipun dipimpin oleh laki-laki, yang menyewakan kendaraan tanpa jaminan sama sekali kepada siapapun, bahkan kepada orang-orang asing. Juga ada kisah Yashihir Toudou yang sukses membikin usaha sosial melalui website mempertemukan orang-orang yang depresi dengan para psikolog yang mumpuni. Disamping kisah-kisah sukses lain dari dunai pemerintahan, bisnis, dan sosial.
Dengan survey yang dilakukan, data-data yang disuguhkan, kisah-kisah yang diceritakan, buku ini ingin menegaskan bahwa dengan kerja-kerja merawat, mendengar, kolaborasi, berbagi, perempuan dan laki-laki akan mampu menyelesaikan problem apapun, bahkan dapat menghasilkan keuntungan, dan menemukan kesuksesan yang sejati dan membahagiakan dalam kehidupan dunia ini.
Ini tentu saja berlaku di kehidupan rumah tangga, sosial masyarakat di tingkat komunitas, negara, maupun pendudukan dunia.
Dakwah dari buku ini secara umum adalah selaras dengan perspektif dan nilai-nilai mubadalah yang menjadi pondasi dari media ini, yaitu, kesalingan dan kerjasama. Dan ini nyata juga sejalan dengan sifat-sifat Allah Swt yang selalu kita baca dalam kalimat bismillahirrohmanirrohim.
Bacaan ini tidak lain untuk mengingatkan kita agar selalui mengimplementasikan sifat-sifat kasih sayang, berbagi, kerjasama, dan kesalingan. Karena, visi Islam yang paling paripurna juga rahmatan lil ‘alamin, atau menebar kasih-sayang ke segenap semesta alam.
Demikian penjelasan terkait doktrin Athena. Seyogianya doktrin Athena ini memberikan manfaat bagi kita semua. (Baca juga: Menjadi Bahagia dengan ‘Positive Thinking’ Secukupnya Saja)