Mubadalah.id – Simposium Best (Beda Setara) adalah bagian dari rangkaian acara Festival Beda Setara (Fest Best) yang akan diselenggarakan pada 10-16 November 2024.
Acara ini merupakan ruang pertemuan gagasan terkait isu kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) yang dihadiri berbagai elemen, mulai akademisi, praktisi KBB, pemerintah, hingga tokoh agama.
Simposium Best kali ini mengangkat tema besar “Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan sebagai Kritik Sosial untuk Kewargaan yang Berkeadilan”.
Dalam Simposium Best ini, panitia menghadirkan empat tokoh perempuan Indonesia yang sudah sejak lama concern di bidang KBB dan hak asasi manusia. Keempat tokoh tersebut adalah Alissa Wahid, Inayah Wahid, Asfinawati, Dewi Candraningrum, dan Masruhah.
Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau yang akrab disapa Alissa Wahid akan mengisi orasi ilmiah dalam pertemuan ini.
Alissa Wahid adalah seorang psikolog keluarga kelahiran Jombang. Putri sulung Gus Dur tersebut sudah lama malang-melintang di dunia aktivisme dan gerakan sosial.
Selain aktif menggiatkan moderasi beragama, toleransi intariman, Alissa juga merupakan sosok di balik berdirinya Jaringan GUSDURian, sebuah jejaring kerja yang bergerak di akar rumput untuk meneruskan nilai, pemikiran, dan keteladanan Gus Dur.
Di simposium, Alissa menjadi salah satu narasumber pada Sesi I: Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, Janji Konstitusi, dan Silang Kebijakan.
Tokoh perempuan kedua yakni Asfinawati. Asfi adalah seorang aktivis dan advokat hak asasi manusia (HAM). Pada 2006–2009, Asfi pernah menjabat sebagai Direktur Lembaga Bantuan Hukum Jakarta dan pada 2017–2021 ia menjabat sebagai Direktur Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).
Keterlibatan Asfi dalam berbagai lembaga bantuan hukum telah banyak berkontribusi melakukan pembelaan terhadap kelompok minoritas yang ada di Indonesia.
Inayah Wulandari Wahid
Berikutnya, ada Inayah Wulandari Wahid yang menjadi salah satu narasumber pada Sesi II: Suara Komunitas, Perjuangan Menuntut Hak. Inayah adalah aktivis dan aktris yang aktif menyuarakan kritik atas kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada keadilan. Inayah merupakan putri bungsu Gus Dur.
Dalam gerakan sosial, selain aktif di Jaringan GUSDURian, Inayah juga tergabung dalam kerja-kerja Positive Movement (PM). Pada Agustus 2023 Inayah mendapatkan penghargaan Apresiasi Perempuan Berpengaruh.
Penghargaan ini diberikan untuk perempuan yang berperan dalam pelayanan serta membaktikan dirinya untuk kepentingan dan hak-hak orang yang banyak dilupakan.
Keempat, ada Dewi Candraningrum yang menjadi salah satu narasumber pada Sesi III: Persilangan Ketidakadilan, Kebebasan Beragama, dan Isu Sosial Kritis.
Ia merupakan aktivis perempuan dan seniman asal Boyolali. Pada 2014—2016, Dewi pernah menjadi pimpinan redaksi Jurnal Perempuan. Sebagai seorang seniman, Dewi kerap kali menyelenggarakan pameran. Karyanya yang sering dipamerkan lebih banyak berfokus pada studi gender, kajian sastra, hingga suara kelompok minoritas.
Dewi meraih gelar doktornya di Universitaet Muenster, Jerman. Bahkan ia sering melakukan penelitian yang berkaitan dengan sastra perempuan, pembangunan berkelanjutan, kajian ekologis, dan kajian gender.
Kemudian, keempat perempuan hebat ini akan hadir sebagai narasumber pada Simposium Best yang akan berlangsung pada 14–15 November 2024 di Convention Hall, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tokoh lainnya yang akan hadir pada Simposium Best yakni Jay Akhmad, Noorhaidi Hasan, Ihsan Ali Fauzi, Beka Ulung Hapsara, MY Esti Wijayati, Ahmad Zainul Hamid, Pdt. Natasi Hermawan. Kemudian hadir juga Imam Maliki, Firdaus Mubarik, Dian Jennie Cahyawati, Suaib Pranowo, Andreas Harsono, Mayadina R. Musfiroh, dan Iklillah Muzayyanah. (Rilis)