Mubadalah.id – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengungkap hasil survei pengalaman hidup perempuan nasional 2024 bahwa kekerasan terhadap perempuan di Indonesia satu dari empat perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual semasa hidupnya.
Satu dari sepuluh perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual dari pasangan selama hidup.
Selanjutnya, satu dari lima perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual dari selain pasangan selama hidup.
Satu dari lima perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga selama hidup.
Selain itu, 7,5 persen perempuan pernah mengalami kekerasan berbasis gender online (KGBO) oleh selain pasangan selama hidup dan 46,3% perempuan berusia 15-49 tahun pernah mengalami pemotongan dan pelukaan genitalia perempuan atau sunat perempuan (FGM/C).
Maka dari itu, perlu upaya bersama untuk mengatasi permasalahan kekerasan seksual terhadap perempuan. Misalnya, kampanye dare to speak up dengan mengusung tema “Lindungi Semua, Penuhi Hak Korban, Akhiri Kekerasan terhadap Perempuan”. Tema ini panitia pilih sebagai seruan kuat untuk melindungi perempuan, memenuhi hak-hak korban, dan mengakhiri segala bentuk kekerasan berbasis gender.
Sebagai organisasi yang bergerak memperjuangkan isu-isu perempuan, KOPRI PB PMII ikut andil dalam memperingati 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.
KOPRI PB PMII masa jabatan 2024 hingga 2027 ini bisa dijadikan contoh. Mereka menggelar acara kampanye peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) di Bundaran HI Kota Jakarta Pusat, Minggu (08/12/2024).
Kolaborasi
Kegiatan peringatan 16 HAKTP ini berkolaborasi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah sebagai bentuk kampanye internasional untuk mendorong upaya-upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia.
Adapun rangkaian kegiatan peringatan 16 HAKTP yang dilaksanakan di Bundaran HI meliputi long march jalan sehat dan kampanye yang dibuka langsung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Ibu Dra. Hj. Arifatul Choiri Fauzi, M.Si. Serta hadir juga Menteri Perhubungan, Wakil Menteri PPPA dan jajaran pejabat lainnya.
Selanjutnya peninjauan aktivitas mewarnai dan stand penyedia jasa layanan transportasi publik serta monolog penyintas kekerasan terkait pembahasan HIV AIDS, Disabilitas dan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).
Ketua Umum KOPRI PB PMII meyakini betul bahwa kegiatan kampanye 16 HAKTP ini merupakan sarana untuk kita berani speak up menyuarakan kekerasan seksual dan melindungi korban dari pelaku kekerasan seksual.
Ia juga mengajak kepada elemen masyarakat untuk bersuara, jangan takut, dan jangan diam. Serta jangan gelisah ketika kita menjadi korban kekerasan seksual.
“Kita semua berada di barisan para korban. Perjuangan perempuan di Indonesia, para aktivis yang dilecehkan dan dibungkam demi memperjuangkan nasib mereka. Jika kalian menjadi korban cat calling, korban kekerasan seksual bersuaralah. Jangan diam saja. Jangan pernah gelisah, untuk menyampaikan aspirasi. Bersama kita hapuskan kekerasan dan pelecehan kekerasan seksual. Kita mendukung para aparat untuk menghapus kekerasan seksual. Hidup para korban kekerasan seksual. Mari kita lantangkan stop kekerasan terhadap perempuan,” ujar Wulan Sari Aliyatus Sholikhah selaku Ketua Umum KOPRI PB PMII Masa Jabatan 2024-2027.
Meminimalisir dan Mehapus Terjadinya Kekerasan
Hal tersebut senada dengan apa yang dipaparkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak saat membuka acara bahwa harapan dari adanya peringatan 16 HAKTP ini bisa meminimalisir dan menghapus terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Peringatan 16 HAKTP merupakan gerak bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan beberapa mitra terjalin dengan sangat baik selama ini. Kami berharap dengan banyaknya kampanye sosialisasi seperti ini paling tidak semakin meminimalisir terjadinya kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak. Paling tidak bisa berada diangka nol atau tidak ada kasus kekerasan lagi,” ucap Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dra. Hj. Arifatul Choiri Fauzi, M.Si.
“Hal ini juga merupakan rangkaian kegiatan hari ibu yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2024 di Kota Tangerang. Nanti pada saat peringatan hari ibu kami akan soft launching dari 6 titik 5 provinsi untuk soft launching ruang bersama merah putih. Kami berharap di ruang merah putih ini menjadi kekuatan yang saling menguatkan antar masyarakat basisnya di desa agar tidak ada lagi terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak,” tambahnya. []