• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Refleksi Hari Ibu: Semua Perempuan adalah Ibu

Dalam momentum hari ibu ini, kita menghargai perempuan berarti mengakui peran mereka sebagai ibu dalam berbagai aspek kehidupan

Khotimah Khotimah
21/12/2024
in Publik
0
Refleksi Hari Ibu

Refleksi Hari Ibu

1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Peringatan hari ibu adalah momentum bersejarah bagi kita semua, karena bertepatan dengan hari tersebut dilaksanakan Kongres Perempuan Indonesia pertama pada 22-23 Desember 1928. Kongres tersebut tergelar di Pendopo Joyodipuran, Yogyakarta.

Fakta ini menjadi bukti penting bahwa para perempuan terdahulu turut berkontribusi dalam langkah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sekaligus langkah pembebasan para perempuan dalam cengkeraman budaya patriarki yang sangat melekat pada perempuan waktu itu.

Kongres tersebut diinisiasi oleh tujuh organisasi yakni Wanita Utomo, Wanita Taman Siswa, Jong Java bagian Wanita, Jong Islamieten Bond Dames Afdeeling, Wanita Katolik, Putri Indonesia dan Aisyiyah. Hingga akhirnya pada Kongres tersebut terdapat sekitar 30 organisasi perempuan Indonesia yang ikut terlibat.

Isu yang terangkat dalam kongres tersebut yakni mengenai pendidikan, perkawinan anak, dan perlindungan bagi perempuan dan anak-anak. Karena pada waktu itu perempuan hanya disiapkan untuk dikawinkan. Lalu perempuan dianggap hanya sebagai makhluk domestik seperti berperan sebagai istri, ibu, dan pengurus rumah tangga. Setelah itu, perempuan hanya pasrah menjadi pelayan bagi keluarga beserta suaminya.

Maka dengan adanya gerakan perempuan melalui Kongres Perempuan tersebut adalah tombak dari perjuangan perempuan untuk lepas dari cengkeraman budaya feodal dan patriarki.

Baca Juga:

Membincang Femisida, Kejahatan yang Membunuh Kemanusiaan

Pelecehan Seksual di Transportasi Umum

Memaknai Asal-usul Penciptaan Perempuan

Peringati 16 HAKTP Internasional 2024, Perempuan Mau Ke Mana? Part II

Oleh sebab itu, presiden pertama Indonesia yakni Ir. Soekarno meresmikan hari pelaksanaan kongres perempuan pertama sebagai peringatan hari ibu. Yakni melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1953, sekaligus sebagai tanda langkah juang para perempuan dalam meraih kemerdekaan dirinya.

Jangan Konotasikan ‘Ibu’ sebagai Makhluk Domestik

Namun sayangnya, pemaknaan hari ibu hari ini kian bergeser maknanya. Yang pantas mendapatkan apresiasi hari ibu hanyalah perempuan yang melahirkan dan mengurus anak.

Padahal tidak semua perempuan menjalankan takdir untuk memiliki anak. Misalnya sebab karena keterbatasan ekonomi, kesehatan dan lainnya. Kendati demikian, peringatan hari ibu mestinya pantas kita sandangkan bagi siapa saja tanpa terkecuali, sebab semua perempuan adalah ibu.

Maka berkaca pada sejarah perjuangan perempuan tempo dulu. Mestinya kita refleksi hari ibu sebagai langkah perjuangan kita dalam meraih kesetaraan. Tidak menempatkan ‘ibu’ sebagai makhluk domestik sebagaimana makna ibuisme yang sering kita lekatkan pada seorang perempuan.

Merayakan Semua Perempuan

Setiap perempuan adalah ibu, dan setiap ibu sudah pasti seorang perempuan. Maka ‘ibu’ adalah gelar yang melekat pada diri seorang perempuan, tanpa memandang status dan perannya. Karena secara psikologis, perempuan memiliki sifat alami yang melibatkan peran mendukung dan merawat. Baik dalam hubungan keluarga, persahabatan, pekerjaan, atau komunitas.

Perempuan sering menjadi sosok yang memelihara dan memberikan rasa aman kepada orang-orang di sekitarnya. Maka, siapapun yang memiliki jiwa welas asih, penyayang dan pelindung bagi sekitarnya ia adalah ibu.

Ibu adalah sumber kehidupan. Ia tidak hanya melahirkan manusia, tetapi juga menciptakan ruang bagi tumbuhnya cinta, empati, dan kehangatan. Namun, menjadi ibu tidak selalu berarti melahirkan secara biologis. Seorang perempuan yang mengasuh, membimbing, dan mencintai dengan tulus dapat kita sebut sebagai ibu, meskipun ia tidak memiliki anak secara fisik.

Dalam momentum refleksi hari ibu ini, kita menghargai perempuan berarti mengakui peran mereka sebagai ibu dalam berbagai aspek kehidupan. Kita merayakan kekuatan, kasih sayang, dan pengorbanan yang mereka berikan, terlepas dari bagaimana mereka menjalankan peran tersebut.

“Semua perempuan adalah ibu” mengingatkan kita bahwa esensi keibuan hadir dalam hati setiap perempuan, menjadi pengingat bahwa kasih sayang dan kepedulian adalah pondasi yang membangun dunia. []

 

Tags: Hak Asasi PerempuanPerempuan IndonesiaPeringatan Hari Pergerakan Perempuan IndonesiaRefleksi Hari IbuSejarah Gerakan Perempuan Indonesia
Khotimah

Khotimah

Khotimah. Saat ini, ia tengah menjalani studi pasca sarjananya di Universitas Pendidikan Indonesia. Selain bercita-cita sebagai pendidik, ia juga ingin menjadi seorang penulis.

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version