• Login
  • Register
Senin, 9 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kisah Rumi, Aktivis, dan Suara Keledai

Perumpamaan keledai dalam al-Quran ajakan bagi kita untuk merenung. Kita melihat manusia pada masa ini, banyak yang bertingkah serupa

Rasyida Rifa'ati Husna Rasyida Rifa'ati Husna
16/04/2025
in Hikmah, Rekomendasi
0
Kisah Rumi

Kisah Rumi

1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kisah-kisah hikmah dari Jalaluddin Rumi sejatinya bukan hanya indah dari segi sastra. Akan tetapi juga mengandung pesan yang mendalam, dan menyentuh nurani. Kisah Rumi isinya sarat dengan apa yang terjadi pada kehidupan keseharian kita. Maka dari itu, kisah-kisahnya sangat relevan untuk kita ulang atau kita ceritakan kembali di zaman kiwari ini.

Ada satu kisah hikmah dari sufi agung asal Persia tersebut yang sangat patut untuk kita renungi. Pada satu kesempatan, Rumi pernah berkata kepada murid-muridnya. “Tahukah kalian mengapa Allah mencela untuk meniru suara keledai dan al-Quran mengatakan suara ini paling tidak baik?” Tentu penyebutan suara keledai ini tidaklah tanpa makna dan pastinya memiliki hikmah yang sangat bermanfaat bagi manusia.

Rumi kemudian menjelaskan intisari ayat al-Quran yang menyatakan bahwa:

وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

“Sesungguhnya suara yang paling buruk adalah suara keledai.”  (QS. Lukman [13]: 19)

Baca Juga:

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Kata Rumi: Perumpamaan Keledai dalam al-Quran

Pada zaman dahulu, ketika Allah menciptakan semua makhluk hidup, Ia menganugerahkan kepada masing-masing makhlukNya kemampuan untuk bersuara. Ketika untuk pertama kalinya mereka mengeluarkan suara, seluruh makhluk memuji dan mengagungkan Allah— semua, kecuali keledai. Keledai hanya mau bersuara saat ia merasa lapar atau ketika sedang terkuasai oleh hawa nafsunya.

Narasi Rumi tentang perumpamaan keledai dalam al-Quran adalah ajakan untuk kita merenung. Kita melihat manusia pada masa ini, banyak dari mereka yang bertingkah serupa. Bagaimana tidak? Ketika bencana melanda bumi, ketika kemiskinan meningkat, dan saudara-saudara kita tertimpa kesusahan, banyak yang memilih diam. Seolah itu bukan menjadi  urusannya.

Namun ketika berbicara urusan pribadi terganggu, gaji, tunjangan, atau fasilitas pribadi, mereka menjadi sangat lantang. Aksi mereka cepat, suara mereka keras. Namun, ketika kepentingan itu telah terpenuhi, mereka kembali bungkam, seperti tidak pernah peduli sebelumnya.

Ada juga orang yang bersuara keras, vokal, dan kritis. Di mana-mana dia menjadi singa mimbar, bahkan ada juga terkenal sebagai pengikut garis keras, tetapi tiba tiba suaranya hilang. Rupanya ia kini sudah menduduki jabatan yang basah di tengah-tengah orang yang dahulu ia kecam.

Rupanya lagi, suara kerasnya itu hanya suara keledai. Suara yang keluar karena lapar.

Pesan untuk Aktivis, Jangan Berperilaku Seperti Keledai

Sebagaimana Jalaluddin Rahmat yang menafsirkan ayat di atas, bahwa keledai memiliki sifat yang buruk. Berbeda dengan hewan dan binatang lain. Ia memiliki sifat egois yang hanya bersuara jika berhubungan langsung dengan kepentingan dirinya, seperti lapar, haus, dan kawin. Artinya keledai tidak begitu peduli dengan kondisi sekelilingnya jika belum menyangkut dengan kebutuhannya.

Sifat tersebut juga tidak jarang dimiliki oleh manusia, individualis, egois, pragmatis oportunis, mementingkan kebutuhan diri sendiri tanpa memperhatikan orang lain.

Dalam konteks sosial masyarakat misalnya, seorang aktivis atau pejabat pemerintahan mulai kritis dan mau berbicara vokal jika hal itu berurusan untuk kepentingannya sendiri. Atau sebalikanya yang biasanya bersuara lantang untuk melawan kezaliman, tiba-tiba suaranya mengecil atau bahkan hilang karena ternyata telah diberikan uang sogokan.

Padahal sejak dulu Islam telah memerintahkan kita untuk berpikir tentang pentingnya jam’iyah atau kebersamaan ketimbang memikirkan kepentingan diri atau kelompoknya saja. Kita diminta untuk bersuara ketika keadilan terampas, bukan hanya ketika perut lapar. Kita diperintahkan untuk peduli terhadap sesama, bukan hanya ketika keuntungan pribadi terancam.

Rasulullah bersabda, “Barang siapa di pagi harinya tidak memikirkan urusan kaum Muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka.” (HR. Thabrani)

Dalam hadis lain, riwayat dari Ibnu Abbas, Nabi Saw bersabda: “Seorang pemimpin adalah pelayan bagi masyarakatnya.” Sehingga setiap perilaku dan kebijakan pemimpin, aktivis, atau orang yang memiliki kedudukan dan kita hormati seharusnya diorientasikan untuk kemaslahatan masyarakat. Bukan kemaslahatan diri maupun kelompoknya semata. Wallahu a’lam.[]

Tags: aktivisHikmahKisah RumiNgaji RumipemimpinSuara KeledaiSufitasawuf
Rasyida Rifa'ati Husna

Rasyida Rifa'ati Husna

Terkait Posts

KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Sikap Masyarakat Jika Terjadi KDRT?
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID