Tindakan POLRI ini adalah bentuk amalan Islam yang amat mulia, ibadah sosial yang paripurna, dan keyakinan yang tinggi pada Allah SWT.
Mubadalah.id – Di antara kisah inspiratif yang tersebar di kalangan Pesantren adalah tentang ketahanan Imam Ali ra dalam mengendalikan nafsu membunuh. Kisah ini juga pernah dikutip Hamka ketika menasihati Iran pada awal Revolusi agar tidak banyak membunuh lawan politik.
Aliksah, Imam Ali ra telah menguasai musuh dalam sebuah perang, dan tinggal mengayunkan pedang membunuhnya. Tiba-tiba sang musuh meludahi beliau, beliau marah sekali, tetapi malah tidak jadi membunuhnya. Sang musuh malah heran: “Kok, tidak jadi membunuh?”.
“Aku pergi berperang karena Allah. Tiba-tiba aku marah karena kamu meludahiku, aku tidak ingin membunuhmu karena aku marah, karena berarti aku hanya menuruti hawa nafsuku semata. Tidak. Aku tidak ingin hawa nafsuku yang menguasai diriku”. Tegas sang Imam.
Sekalipun sudah dua hari, aku masih terngiang dengan perjuangan POLRI untuk tidak terbawa amarah nafsu ketika mengatasi kerusuhan di Mako Brimob. Sekalipun 5 orang kawan mereka dibunuh secara sadis, satuan POLRI tetap berusaha menjaga etika, moral, dan hukum. Persis seperti kisah inspiratif di atas.
Tindakan POLRI ini adalah bentuk amalan Islam yang amat mulia, ibadah sosial yang paripurna, dan keyakinan yang tinggi pada Allah SWT. Berbeda jauh, dengan mereka yang mengaku Islam dan menggunakannya justru untuk membunuh secara sadis, menebar teror, kebencian, dan kemarahan.
Bahkan, berbeda jauh juga dengan mereka yang selalu nyinyir pada usaha POLRI untuk memberantas terorisme. Mereka mengaku Islam yang damai, tetapi lebih simpati pada para pembunuh, daripada POLRI yang menjaga perdamaian untuk Islam dan kita, bahkan hingga terbunuh. Dunia emang terbalik.
Aku padamu POLRI, engkaulah muslim sejati, menurutku. Doaku untukmu para syahid Polisi di Mako Brimob. Surga untykmu wahai para syahid. Semoga kamu terus berkomitmen tinggi menjaga kami dari segala bentuk teror sekecil apapun.
Amin.[]