• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Islam Menghargai Perempuan yang Bekerja

dul dul
11/05/2018
in Kolom
0
perempuan yang bekerja

Seorang perempuan akan berangkat menuju tempat kerjanya.

20
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.od – Pada 2013 kemarin, saya berkesempatan terlibat dalam penelitan pasca gempa Padang yang terjadi pada tahun 2009. Untuk mendapatkan data tentang ketahanan pangan masyarakat pasca bencana, kami membuat sensus data keluarga setiap kepala rumah tangga. Saya pun kebagian tugas mendata di dua desa di Padang.

Di dua desa tersebut mayoritas masyarakatnya bekerja di ladang pertanian. Menariknya, baik laki-laki maupun perempuan di sana sama-sama bekerja di ladang. Tidak ada perbedaan peran dan kerja di antara dua jenis kelamin tersebut.

Baca juga:
Nabi Mengapresiasi Perempuan Bekerja untuk Keluarga

Tapi anehnya, dalam data yang kami peroleh selanjutnya ternyata perempuan yang bekerja di ladang tersebut seperti mendapat kesan ‘tak dianggap’. Bagaimana tidak? Pekerjaannya dianggap tidak bernilai sehingga tidak bisa ‘dirupiahkan’. Sehingga hanya lelaki saja yang menjadi acuan data rumah tangga waktu itu.

Saya baru sadar kemudian, di desa saya sendiri, di daerah Subang yang mayoritas buruh tani, terjadi hal yang serupa. Pada musim menanam ataupun musim panen, perempuan bekerja di sawah selalu mendapatkan upah yang tidak sebanding dengan pekerja laki-laki. Padahal pekerjaan yang dilakukan perempuan dan laki-laki sama saja. Tidak ada pembedaan jenis pekerjaan yang hanya bisa dilakukan perempuan atau laki-laki.

Baca Juga:

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

Laki-laki menanam, perempuan pun menanam begitu pun pada musim panen perempuan menyabit padi dan laki-laki pun demikian.

Seharusnya upah diberikan berdasarkan pekerjaannya bukan melihat jenis kelaminnya. Upah bagi perempuan dan laki-laki dalam hal ini harus seimbang. Misal laki-laki mendapatkan upah Rp 100 ribu sehari, maka harusnya perempuan pun mendapatkan upah yang sama. Tapi kenapa harus dibedakaan?

Islam sendiri menurut saya adalah agama yang ramah terhadap perempuan dan menghargai perempuan yang bekerja. Ia turun ke dunia untuk menyeimbangkan kehidupan yang timpang. Islam menjadi agama yang punya sejuta inspirasi untuk aksi-aksi dalam memuliakan para perempuan.

Akhlak Jahiliyyah yang selalu menganggap perempuan sebagai aib, fitnah dan pembawa sial, dirombak ‘habis-habisan’ oleh Islam. Kalau sekarang perilaku diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan masih terjadi sungguh kita patut mengelus dada. Fakta perbedaan upah buruh tani laki-laki dan perempuan juga sedikit banyak mencerminkan bahwa kita belum sepenuhnya mengamalkan ajaran nabi. Kita tahu, nabi mengapresiasi perempuan yang bekerja.

Dalam satu riwayat dari Ritah, istri Abdullah bin Mas’ud RA, ia pernah mendatangi Nabi SAW dan bertutur “Wahai Rasul, saya perempuan pekerja, saya jual hasil pekerjaan saya. Saya melakukan ini semua, karena saya, suami saya, maupun anak saya, tidak memiliki harta apapun”. Ia juga bertanya mengenai nafkah yang dia berikan kepada suami dan anaknya.“Kamu memeroleh pahala dari apa yang kamu nafkahkan pada mereka”, sabda Nabi SAW (Thabaqat Ibn’ Sa’d). []

Tags: KesalinganKesetaraanperempuanperempuan bekerja
dul

dul

Orang biasa

Terkait Posts

Pacaran

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

30 Juni 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Pisangan Ciputat

Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

30 Juni 2025
Kesetaraan Disabilitas

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID