• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

Terpenuhinya tangki cinta di rumah, anak tidak akan mencari perhatian di luar rumah hingga menjerumuskan diri pada kebatilan.

intanhandita intanhandita
01/07/2025
in Keluarga
0
Peran Ibu

Peran Ibu

5
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Abu Nuwas atau yang lebih dikenal dengan nama Abu Nawas di Indonesia adalah seorang penyair Arab terkenal pada zamannya. Nama Abu Nuwas di Indonesia menjadi masyhur dikarenakan satu syair ilahi lastu lil firdaus yang ternisbatkan pada dirinya.

Syair tersebut bahkan sering kali kita temui terbaca dalam majlis-majlis, bahkan di beberapa tempat syair tersebut biasa terbaca di kampung-kampung pada waktu antara azan dan iqamah. Para musisi religi tanah air mempopulerkan syair tersebut dengan sebutan syair al I’tiraf (pengakuan). Namun, di dunia Barat nama Abu Nuwas terkenal sebagai sosok yang cukup kontroversial dengan masa hidupnya yang kelam.

Hal ini tidak lain disebabkan karena peran ibu yang sangat berpengaruh. Seperti kita ketahui peran orang tua dalam hidup seorang anak, terutama ibu adalah peran yang sangat utama. Sosok ibu adalah sosok yang paling dekat dengan anak sejak dalam kandungan.

Membahas peran ibu dari sisi agama dan psikologi akan menjadi pembahasan yang panjang dan berat, namun memahami peran ibu dari kedua perspektif ini dapat membantu kita mendapatkan gambaran yang utuh tentang bagaimana mencegah dan menangani masalah tersebut.

Peran Ibu dalam Kacamata Agama dan Psikologi

Anak adalah amanah dari Allah bagi kedua orang tua. Ia dititipkan untuk kita asuh, kita didik dan kita bimbing. Tidak hanya berkewajiban memenuhi kebutuhan jasmani, orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan rohani sang anak. Termasuk pembinaan akidah, ibadah, moral dan intelektual.

Baca Juga:

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

Erickson, seorang tokoh penting dalam bidang psikologi perkembangan dan psikoanalisis mengatakan peran ibu penting sebagai figur sentral yang dapat membantu perkembangan anak, orang tua terutama ibu dianjurkan untuk tidak terlalu membatasi ruang gerak serta kemandirian anak.

Namun tidak pula terlalu memberikan kebebasan melakukan apapun yang dia mau. Pembatasan ruang gerak pada anak dapat menyebabkan anak akan mudah menyerah dan tidak dapat melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Begitu pun sebaliknya, jika anak terlalu kita beri kebebasan mereka akan cenderung bertindak sesuai yang dia inginkan tanpa memperhatikan baik buruk tindakan tersebut. Sehingga peran orang tua dalam mendidik anak pada usia ini harus seimbang. Yakni antara pemberian kebebasan/kesempatan dan pembatasan ruang gerak anak. Karena dengan cara itulah anak akan bisa mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri.

Dari kedua perspektif singkat di atas, dapat kita simpulkan, bahwa meskipun orang tua memiliki amanah untuk mengasuh dan mendidik anaknya, pendidikan yang tidak terlalu memanjakan dan tidak terlalu kaku menjadi kunci berhasilnya sebuah parenting pada sang anak.

Lalu, apa hubungan psikologi penyair Abu Nuwas dengan pendidikan ibunya?

Salah Pergaulan Sebab Utama Perusak Masa Depan

Sebagaimana remaja yang pada umumnya terjebak pergaulan berisiko, Abu Nuwas juga tidak terhindar dari hal tersebut. Abu Nuwas di masa belianya menghabiskan hidupnya untuk membantu ibunya bekerja pada penjual parfum. Dari sinilah Abu Nuwas bertemu dengan Walibah, sosok kontroversial yang sangat berpengaruh dalam proses kreatifnya di dunia penyair.

Singkat cerita, Abu Nuwas berguru kepada Walibah. Ia dan Walibah menciptakan puisi-puisi yang merefleksikan kehidupan sehari-hari mereka. Pesta pora, mabuk-mabukan dan hal-hal tak patut lainnya. Walibah sendiri terkenal sebagai seorang penyair cabul yang doyan mabuk-mabukan.

Kontroversi Walibah tersebut terbukti “mengalir” dalam diri Abu Nuwas. Abu Nuwas mulai terbiasa bersenandung puisi dengan gaya yang tak jauh berbeda dengan gurunya. Bahkan Abbas Mahmud al Aqqad secara simplitis menyebut Abu Nuwas dengan kata “al-Ibahi” yang berarti “Si Mesum” karena penyimpangannya dalam agama, tradisi dan moral secara blak-blakan.

Ada sebuah anggapan yang menyebutkan bahwa asbab Abu Nuwas terjerumus dalam “pergaulan berisiko” bersama Walibah dikarenakan parenting ibunya yang terlalu keras dalam mendidiknya. Hal ini tersebutkan oleh Musyfiqur Rahman dalam bukunya yang berjudul Khamriyat: Puisi Anggur Terbaik dari Era Abbasiyah.

Pendidikan Ibu Sebagai Tameng Kehidupan

Sesuai penjelasan Erickson di atas, bahwa orang tua terutama ibu dianjurkan untuk tidak terlalu membatasi ruang gerak serta kemandirian anak. Hal ini secara tidak langsung menjelaskan larangan untuk bersikap terlalu keras pada anak. Hal ini akan mengakibatkan tekanan dan membuat sang anak memberontak. Selain itu akan menyebabkan terjadinya toxic parenting. Pola asuh yang toxic identik dengan terlalu  mengontrol anak.

Sedangkan  menurut Forward dan Buck, ciri-ciri toxic parents adalah  memberi  hukuman  fisik  secara berlebihan  demi  alasan  disiplin,  membuat  anak  terlibat  dalam  masalah  orang  tua,  sehingga  anak cenderung  merasa  bersalah  bila menginginkan  sesuatu. Selain itu menekan  anak  secara  psikis  dan  emosional,  dan menyuap anak dengan imbalan uang.

Pada dasarnya setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya. Pola asuh yang salah akan  membahayakan  anak. Banyak  hal yang muncul akibat toxic  parenting.

Oleh  karena  itu,  sebagai orang  tua  harus  mengetahui  cara  agar  bisa  terhindar  dari toxic  parenting. Misalnya  dengan menerapkan positive parenting akan meningkatkan perkembangan anak. Pola asuh positif yang bisa kita lakukan seperti mengenal  perilaku  anak,  memberikan  kesempatan  kepada  anak,  mengendalikan  emosi  dan  menjalin komunikasi yang baik.

Dalam case Abu Nuwas dan ibunya, terlalu keras dalam mendidik anak dapat menyebabkan anak memberontak dan akhirnya memilih jalannya sendiri karena merasa terlalu terkekang.

Namun, bila ibu memberikan pendidikannya sesuai porsinya maka akan membantu anak untuk bertumbuh dan berkembang dengan percaya diri, penuh kemandirian dan kasih sayang. Karena terpenuhinya tangki cinta di rumah, anak tidak akan mencari perhatian di luar rumah hingga menjerumuskan diri pada kebatilan. []

 

 

 

Tags: Abu NawasAbu Nuwaspengasuhanperan ibuRelasiToxic Parent
intanhandita

intanhandita

Lulusan sastra Arab, hobi baca, nulis, dan sekarang lagi ngincer skill gambar biar lengkap. Bisa dihubungi di ig: @intnhndta

Terkait Posts

Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Cinta Alam

Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

21 Juni 2025
Perbedaan anak laki-laki dan perempuan

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

17 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID