• Login
  • Register
Selasa, 22 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Perselingkuhan, Nikah Siri dan Sexually Discipline

Sexual discipline bukan sekadar tujuan menjalankan agama dengan baik dan setia pada satu pasangan, tapi sebuah strategi menjaga clarity dan menjaga ritme hidup.

Halimatus Sa'dyah Halimatus Sa'dyah
22/07/2025
in Publik, Rekomendasi
0
Perselingkuhan

Perselingkuhan

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?

Low Maintenance Friendship: Seni Bersahabat dengan Sehat, Bahagia, dan Setara

Nikah atau Mapan Dulu? Menimbang Realita, Harapan, dan Tekanan Sosial

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

Mubadalah.id – Berita Perselingkuhan ini akan terus marak dibahas di media sosial jika ada kejadian yang naik ke permukaan. Misalnya tentang kapan pernikahan siri pasangan artis, penggerebekan pasangan tidak sah, dan yang terbaru adalah berita perselingkuhan CEO Astronomer di konser Coldplay.

Hubungan sex dalam bahasa Inggris adalah sacred energi exchange atau pertukaran energi suci. Artinya tidak hanya pertukaran energi saat berhubungan, bertukar cairan tubuh dan DNA saja, tetapi menyerap energi satu sama lain.

Dalam konteks spiritual, seks tidak hanya merupakan aktivitas fisik. Melainkan termasuk pertukaran energi yang berasal dari pengalaman hidupnya. Setiap manusia membawa energi berupa kebahagiaan, keyakinan, prinsip, trauma, luka batin dan keberuntungan, sehingga hubungan seksual adalah pertemuan antar energi pelakunya.

Ketika seseorang melakukan hubungan seksual, maka terjadi percampuran energi yang bisa memengaruhi kondisi emosional, mental, spiritual dan financial kedua belah pihak. Seks sembarangan dan perselingkuhan tanpa ikatan hubungan sehat dapat menyebabkan seseorang menyerap energi negatif, trauma, dan pola destruktif dari pasangan seksualnya.

Memori tubuh saling bertukar, pola pikir, ketakutan, trauma. Permasalahan hidup orang tersebut akan mengadopsi masuk ke hidup manusia yang bersangkutan dan berakibat tidak harmonis energinya, bahkan hingga depresi apabila sex tersebut dalam koridor perselingkuhan.

Ketika Gonta-ganti Pasangan

Jika salah satu pasangan berselingkuh dengan satu orang saja, maka ada pertukaran energi, apalagi jika gonta-ganti pasangan. Berapa banyak traumatis dan permasalahan hidup yang saling terbagi dan menyebabkan depresi. Dengan melakukan hanya dengan satu orang, dalam komitmen jangka panjang, kita akan menjaga energi hanya di antara dua insan dan bisa bertumbuh secara mental maupun spiritual sepanjang usia.

Saat seseorang memiliki vibrasi tinggi lalu berhubungan seksual dengan orang yang bervibrasi rendah, maka akan terjadi, pemilik vibrasi tinggi akan ikut linglung, sedih, capek bahkan berpengaruh pada rezeki, penyebabnya karena ada transfer energi.

Sementara yang memiliki vibrasi rendah hidupnya lebih stabil, lebih bahagia dan menjadi lebih baik daripada sebelumnya, akibat dari pertukaran energi. Inilah dalam ajaran agama ada perintah untuk mencari pasangan yang setara, konsep kafaah adalah setara energinya

Pembahasan mengenai sexually discipline atau punya kendali urusan sex ini, tidak hanya diperuntukkan pada kaum lelaki saja, melainkan juga untuk perempuan. Tidak hanya bagi pasangan yang sudah mencapai kesuksesan, melainkan termasuk bagi pasangan yang ingin memiliki hubungan pernikahan yang adem tanpa drama.

Dalam interaksi seksual, ada energi yang keluar, ikatan yang terbentuk, dan ruang mental yang terbagi. Dan itu semua kalau tidak terkelola dengan sadar, bisa menjauhkan seseorang dari cita-cita yang dikejarnya karena fokus dan energinya bocor dan negatif.

Sex bisa jadi sumber koneksi yang powerful, tapi juga bisa jadi sumber kebocoran energi kalau kita jalani tanpa kendali. Apabila seseorang berharap hidupnya efektif, minim distraksi, dan penuh arah maka solusinya adalah setia pada pasangan.

Nikah Siri

Hidup ini penuh dinamika, termasuk saat membangun bahtera rumah tangga. Dalam pernikahan yang normal dan wajar saja, akan banyak ujian dalam menjalaninya. Apalagi pernikahan dilakukan secara siri yaitu sembunyi-sembunyi, pernikahan tersebut sah secara agama namun tidak di mata negara.

Problem pernikahan siri, adalah perempuan yang menjadi pihak paling dirugikan. Meskipun ada klaim manfaat tertentu, nikah siri pada dasarnya lebih banyak menimbulkan dampak negatif, terutama bagi perempuan dan anak. Pernikahan siri tidak memiliki kekuatan hukum, sehingga istri dan anak-anak tidak mendapatkan perlindungan hukum dari negara.

Pernikahan siri akan sulit mengurus dokumen kependudukan seperti akta kelahiran anak, Kartu Keluarga, dan KTP, karena tidak adanya buku nikah. Bahkan akta lahir tidak bisa menyematkan nama bapak kandungnya.

Hak-hak perempuan tidak terlindungi, karena istri siri tidak dapat menuntut hak-haknya seperti nafkah, warisan, atau harta gono-gini apabila terjadi perceraian atau kematian suami.

Menilik Status Anak

Status anak tidak jelas jika terlahir dari pernikahan siri. Anak berpotensi kesulitan dalam mendapatkan hak-hak dasar seperti pendidikan dan warisan. Dalam beberapa kasus, nikah siri bisa membuka celah terjadinya kekerasan terhadap istri karena tidak adanya perlindungan hukum, rentan sekali terjadi KDRT.

Stigma negatif di masyarakat, karena pernikahan siri hanya sah secara agama, namun tidak sah secara hukum negara. Kita hidup ada aturan negara yang harus kita taati, jadi jangan mencari kesenangan sesaat untuk melanggengkan hubungan seksual secara nikah siri.

Di kemudian hari bisa ada sengketa waris antar anak. Saudara tiri, yang harusnya rukun, rentan bertikai, karena status tidak jelas saat orang tua membangun pernikahan, termasuk rentan bertikai dengan keluarga besar. Anak akan menanggung masalah sepanjang hidupnya. Karena jarang sekali terjadi, bahwa anak hasil dari nikah siri diterima oleh keluarga besar ayahnya.

Sebagai manusia dewasa, menjadi pasangan yang bertanggung jawab untuk melindungi anak wajib dilaksanakan. Mulai dari kemudahan untuk urusan administrasi, menjadikan anak sah di mata agama  juga negara. Menjaga hak anak sejak dia belum terlahirkan.

Jangan karena ego melakukan nikah siri, lalu anak yang menjadi korban dalam selembar akta lahirnya. Isbat nikah adalah solusi hukum bagi pasangan yang telah menikah hanya sah di mata agama.

Sexually Discipline

Ujung dari menjalani disiplin ini bukan kesempurnaan, melainkan sebuah ketenangan atau kita sebut clarity. Dengan clarity, seseorang bisa membangun hidup tanpa drama, tanpa keruwetan yang diciptakan sendiri. Hidup lebih tenang, terarah, karier lancar, keluarga hangat, rezeki finansial meningkat.

Makna sexual discipline dengan setia pada pasangan dapat diibaratkan bahwa tubuh adalah sebuah rumah maka energi itu sebuah aset. Manusia yang sadar value dirinya, pasti lebih selektif pada siapa yang dia izinkan masuk dalam hidupnya. Baik secara religius saja, namun termasuk memahami batasan bahwa tidak semua orang pantas mendapatkan energi, waktu dan personal space kita.

Dalam konteks pribadi, mengendalikan dorongan seksual dengan menjaga kesucian dan kesetiaan pada satu pasangan. Mengarahkan energi seksual ke hal-hal yang lebih bermakna atau produktif seperti olah raga, yoga, meditasi, membaca buku, mengobrol dengan teman yang positif. Tidak melakukan perselingkuhan atau hubungan seksual di luar pernikahan sah.

Penerapan sexual discipline remaja adalah memilih menunda aktivitas seksual sampai di jenjang pernikahan sah di mata agama dan negara, siap secara emosional dan financial. Tidak menggunakan seks sebagai alat kekuasaan, manipulasi, atau pelampiasan emosi.

Manusia dengan sexual discipline akan mampu mengenali dorongan, emosi, dan kebutuhan seksual. Mampu membedakan antara kebutuhan emosional dan reaksi tubuhnya. Mampu mengontrol dorongan untuk tidak bertindak impulsif berdasarkan hasrat. Mampu menunda kepuasan seksual demi hal yang lebih bermakna, misalnya menjaga hubungan, kesehatan, atau tujuan hidup.

Manusia yang menjaga sexual discipline akan sadar selaras dengan nilai hidupnya yang disebut Alignment with values. Menjaga nilai moral, spiritual, dan tujuan hubungan jangka panjang demi mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan panjang dalam hidup. []

Tags: Hak SeksualitasKonseling PernikahanPernikahan Sekufuperselingkuhanpoligami.pernikahanRelasirumah tangga
Halimatus Sa'dyah

Halimatus Sa'dyah

Penulis adalah  konsultan hukum dan pengurus LPBHNU 2123038506

Terkait Posts

Pesantren Inklusif

Menuju Pesantren Inklusif: Sebuah Oto-kritik

22 Juli 2025
Mazmur

Mazmur dan Suara Alam: Ketika Bumi Menjadi Mitra dalam Memuji Tuhan

21 Juli 2025
Erika Carlina

Dari Erika Carlina Kita Belajar Mendengarkan Tanpa Menghakimi

21 Juli 2025
Tren S-Line

Tren S-Line: Ketika Aib Bukan Lagi Aib

21 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Menguatkan Peran Ibu Nyai Pesantren dengan Penulisan Ulang Sejarah Ulama Perempuan

20 Juli 2025
Yamal

Yamal, Mari Sadar!

19 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • properti keluarga

    Ketika Properti Keluarga Menjadi Sumber Ketidakadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perselingkuhan, Nikah Siri dan Sexually Discipline

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menuju Pesantren Inklusif: Sebuah Oto-kritik
  • Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan
  • Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?
  • Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki
  • Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID