Mubadalah.id – Kehadiran sang Paripurna, Nabi Muhammad Saw sesungguhnya telah dinanti-nanti oleh dunia kemanusiaan dengan seluruh kerinduan. Bangsa-bangsa di dunia telah lama hidup dalam kebingungan, bagai menyusuri lorong-lorong gelap dan senyap.
Mereka menanti munculnya cahaya, dan cahaya itu telah dikabarkan oleh wahyu Tuhan yang diturunkan kepada nabi dari nazaret, Isa Ibn Maryam, dengan nama “Ahmad”.
Maka ketika Muhammad lahir, dunia bersuka cita. Bahkan kegembiraan atas kelahiran sang Nabi itu juga ikut para Malaikat di langit rasakan.
Muhammad Iqbal, filsuf dan penyair besar dari Pakistan, mengungkapkan situasi kerinduan itu dalam senandung puisinya yang indah:
Sinarilah dunia, yang terlalu lama dalam kegelapan
Dengan nama Muhammad yang cemerlang
O, Nabi yang agung, Nabi yang mulia
Nabi yang awal dan yang akhir
Sejuta Shalawat dan Salam untukmu
Mengapa Muhammad, sang manusia paripurna itu demikian dikagumi dunia dengan cara yang luar biasa?
Kepribadian Nabi
Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa kekaguman itu terletak pada eksistensi (pribadi) Muhammad yang memesona dari seluruh aspeknya yang didambakan oleh dunia kemanusiaan, sepanjang sejarah, di mana pun dan kapan pun. Para Ulama, sejarawan, dan cendekiawan muslim yang di atas menggambarkan pribadi sang Nabi dengan indah:
Bila ada orang meninggal dunia, dia mengiring jenazahnya. Jika ada orang yang sakit dia menengoknya, meski berada di tempat yang jauh. Beliau sering duduk dalam posisi yang sama bersama-sama orang-orang fakir. Dia mengambilkan untuk mereka makanan dengan tangannya sendiri. Dia senang menemui temantemannya untuk sekadar silaturahim.
Bahkan Nabi menghormati orang-orang yang berbudi pekerti luhur, dan tetap berbuat baik kepada orang yang tidak baik (Ahl al-Syarr). Dia suka mengunjungi kerabat dekatnya tanpa melebihkan mereka dari orang-orang yang lain. Dia tidak pernah bertindak kasar kepada siapa pun dan memaatkan orang yang meminta maaf. Nabi saw. adalah orang yang banyak senyum, kadang-kadang tertawa, tetapi tidak berlebihan.
Seperti yang lain, dia juga suka bercanda, tetapi tak pernah berbohong. Dia tidak mengenakan pakaian melebihi pakaian pembantunya, dia tidak pernah mencaci siapa pun. Dia tidak pernah merendahkan dan memukul perempuan, istri dan pembantunya. Bila ada orang yang mencaci-maki orang lain, Nabi mengatakan: “Tolong tinggalkan cara seperti itu.” []