Mubadalah.id – Dalam sejarah kerasulan Nabi Muhammad Saw., sosok Siti Khadijah Ra. adalah perempuan pertama yang meneguhkan kenabian sejak awal.
Ketika wahyu pertama turun di Gua Hira, Nabi Muhammad Saw. diliputi kegelisahan yang mendalam. Pengalaman spiritual yang sangat mengguncang itu membuat beliau sempat ragu: “Benarkah aku seorang Nabi? Tidakkah yang datang kepadaku itu sama seperti yang datang kepada para peramal?” Dalam suasana penuh kebimbangan itu, Khadijah Ra. mampu meneguhkan hati sang Suami.
Khadijah Ra. berkata:
“Tidak (wahai suamiku), berbahagialah. Demi Allah, Dia tidak akan mencelakakanmu sama sekali. Engkau selalu berbuat baik kepada keluarga, jujur dalam berbicara, membantu orang yang susah, menanggung orang yang papa, menghormati tamu, dan menolong orang yang kesulitan.”
(Shahih Bukhari, no. 5005)
Ungkapan Khadijah Ra. adalah kesaksian spiritual. Ia menjadi perempuan pertama yang menerima berita kenabian dan beriman sepenuh hati pada risalah Islam. Lebih dari itu, ia menggunakan seluruh hartanya untuk mendukung perjuangan dakwah Nabi Muhammad Saw.
Khadijah Ra., Peneguh Pertama Risalah Islam
Peran Khadijah Ra. dalam sejarah Islam tidak berhenti pada dukungan moral. Ia aktif mengonfirmasi kebenaran wahyu, bahkan mengajak Nabi menemui Waraqah bin Nawfal, seorang pendeta Kristen yang alim.
Tindakan itu, menurut pandangan Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam Buku Qiraah Mubadalah menunjukkan ketajaman intelektual dan keberanian spiritual seorang perempuan pada masa di mana budaya patriarkal masih kuat.
Dalam Musnad Ahmad (no. 25504), Nabi Muhammad Saw bersabda:
“Dia yang beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkariku, mempercayaiku ketika orang-orang mendustakanku, mendukungku dengan seluruh hartanya ketika orang-orang menahan bantuan mereka, dan melaluinya Allah memberiku anak.”
Kata-kata Nabi ini menunjukkan betapa besar peran Khadijah Ra. dalam menopang lahirnya Islam. Ia adalah peneguh wahyu yang dengan keyakinanna ikut melahirkan Islam. []