Mubadalah.id – Di tengah meningkatnya ancaman kepunahan satwa liar di Indonesia, ada sosok Erni Suyanti Musabine. Perempuan yang hingga saat ini masih tetap konsisten menjaga, merawat dan melindungi Harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatra) satu-satunya subspesies Harimau yang tersisa di negeri ini.
Sebagai dokter hewan dan konservasionis di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Erni Suyanti Musabine mengabdikan hidupnya untuk menyelamatkan Harimau dari jerat pemburu, memulihkan habitatnya, serta membangun kesadaran masyarakat agar tidak membunuh satwa itu.
Perjalanan Erni bersama Harimau dimulai sejak 2007. Dalam laporan Mongabay Indonesia (2014), Erni tercatat telah menangani setidaknya 12 individu Harimau Sumatra yang diselamatkan dari berbagai kasus mulai dari luka jerat, tembakan, hingga keracunan akibat konflik dengan manusia.
Hingga beberapa tahun kemudian, masih dalam catatan Mongabay (2016), Erni dan timnya telah terlibat dalam lebih dari 120 kasus konflik manusia dan Harimau di wilayah Bengkulu dan sekitarnya. Sebagian Harimau berhasil diselamatkan dan dilepasliarkan kembali ke hutan, sementara lainnya harus ia rawat karena kehilangan kemampuan bertahan di alam.
Tersisa Sekitar 600 Ekor
Data ini memberi gambaran betapa berat tantangan konservasi di lapangan. Apalagi populasi Harimau Sumatra kini diperkirakan tidak lebih dari 600 ekor di alam liar.
Terlebih habitat mereka kian menyusut, terdesak oleh pembukaan kebun sawit, tambang, dan pembangunan infrastruktur yang memecah kawasan hutan. Bahkan ancaman perburuan dan perdagangan ilegal juga masih tinggi.
Dalam kondisi seperti itu, setiap Harimau yang berhasil diselamatkan menjadi sangat berharga bagi kelangsungan spesies ini.
Bagi Erni, konservasi bukan sekadar menyelamatkan hewan dari bahaya. Ia melihat persoalan ini dari akar sosialnya. Menurutnya, konflik antara manusia dan satwa sering berawal dari persoalan ekonomi, keamanan, dan ketimpangan ekologis. Karena itu, pendekatan penyelamatan Harimau harus dibarengi dengan edukasi masyarakat.
Melalui perannya di Wildlife Rescue Unit (WRU) di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Erni rutin turun ke desa-desa sekitar kawasan hutan. Ia berdialog dengan warga, melatih aparat desa, dan membangun kesadaran bahwa menjaga Harimau berarti menjaga keseimbangan kehidupan.
Dengan pendekatan ini, ia berusaha menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama untuk melindungi hutan dan satwa yang hidup di dalamnya. Bahkan dengan pendekatan inilah yang membuat Erni dihormati oleh masyarakat sekitar. Mereka menyebut Erni sebagai sosok “ibu hutan”.
Erni percaya, keberhasilan konservasi hanya mungkin terjadi jika masyarakat menjadi bagian dari solusi. “Kita tidak bisa menyelamatkan harimau tanpa mendengarkan manusia,” ujarnya seperti dari laman Mongabay.
Prinsip inilah yang terus ia pegang. Bahwa menjaga Harimau berarti menjaga masa depan kehidupan manusia.
Sejalan dengan Fatwa KUPI
Apa yang Erni Suyanti Musabine lakukan sesungguhnya sejalan dengan pandangan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) tentang penjagaan kehidupan (hifz al-hayah). Dalam pandangan KUPI, perempuan memiliki peran yang kuat dalam melindungi kehidupan, baik manusia, alam, maupun seluruh makhluk ciptaan Tuhan.
KUPI menegaskan bahwa rahmah (kasih sayang) adalah inti dari keimanan dan kepemimpinan perempuan. Dalam perspektif ini, perjuangan Erni menjaga Harimau adalah amal saleh dan rahmah ekologis yaitu bentuk nyata ibadah menjaga ciptaan Tuhan agar tetap lestari.
Seperti dalam fatwa KUPI tentang perusakan alam dan ketimpangan ekologis. Maka siapapun yang melakukan pembunuhan kepada hewan, bukan hanya mendapat dosa sosial. Tapi juga pelanggaran terhadap prinsip amanah khalifah fil ardh atau tanggung jawab manusia sebagai penjaga di bumi.
Dalam kerangka itu, tindakan Erni menyelamatkan harimau, mencegah jerat, dan memulihkan habitat, adalah bentuk jihad ekologis perempuan yang menolak ketimpangan antara manusia dan alam.
Erni Suyanti Musabine, sadar atau tidak, ia telah mempraktikkan prinsip KUPI di lapangan yaitu dengan melindungi kehidupan Harimau sebagai perwujudan keimanan.
Ia menunjukkan bahwa Islam tidak hanya bicara tentang manusia. Tetapi hewan termasuk Harimau Sumatra yang mesti kita lindungi dan jaga.
Jalan Panjang
Kontribusi Erni dalam melakukan penyelematan Harimau, bagi saya, menjadi bagian penting dari strategi konservasi nasional, penguatan jejaring antar lembaga, hingga pendidikan masyarakat tentang etika ekologis.
Namun bagaimanapun perjuangan Erni masih jauh dari kata selesai. Karena masih banyak jerat yang terpasang, masih banyak hutan yang orang-orang tebang, dan masih banyak pasar gelap yang menjual tubuh dan kulit Harimau.
Meskipun begitu, Erni tahu bahwa menjaga satu nyawa satwa berarti memperpanjang kehidupan seluruh ekosistem.
“Selama masih ada harimau, berarti masih ada hutan, dan selama hutan ada, manusia pun bisa hidup,” ujar seperti dari laman Mongabay. []

 
			



































 
					
					






