Mubadalah.id – Setiap generasi muda selalu datang membawa harapan baru, tetapi harapan tanpa tindakan tidak akan mengubah apa pun. Apalagi Indonesia hari ini tengah berhadapan dengan tantangan yang jauh lebih rumit daripada sekadar hiruk-pikuk politik lima tahunan yaitu kasus intoleransi, kekerasan, polarisasi yang memecah keluarga dan pertemanan, hingga ruang dialog antarkelompok yang makin menyempit. Dalam situasi seperti ini, peran pemuda diharapkan kembali menjadi penentu arah baru bagi bangsa ini.
Namun sayangnya, tidak sedikit para pemuda yang masih takut mengambil keputusan, atau tak berani mencoba hal baru. Sebagian sudah punya cita-cita, tetapi tidak cukup yakin untuk memperjuangkannya. Padahal masa muda adalah fase terpenting. Di mana masa ketika seseorang belajar menjadi dirinya sendiri sekaligus menjadi bagian dari masyarakat.
Syair Syaikh Syarafuddin Yahya al-‘Imrithi mengingatkan:
إذ الفتى حسب اعتقاده رفع ، وكل من لم يعتقد لم ينتفع
“Derajat seorang pemuda diangkat sesuai kadar keyakinannya. Siapa yang tidak memiliki keyakinan, ia tidak akan mengambil manfaat.”
Pesan ini menegaskan bahwa tanpa keyakinan terhadap diri dan masa depan, seorang pemuda hanya akan berdiri sebagai penonton perubahan. Bukan bagian dari mereka yang menggerakkannya.
Oleh karena itu, keyakinan itu harus diwujudkan dalam bentuk keberanian merawat toleransi. Toleransi menuntut kesediaan para pemuda untuk mendengar, memahami, dan tetap menerima ketika berhadapan dengan orang yang berbeda pandangan.
Terlebih para pemuda harus berdiri di garis depan untuk menolak narasi kebencian, melawan hoaks, dan menjaga ruang perjumpaan agar tetap terbuka.
Menjaga Keberagaman
Saat ini, saya selalu meyakini bahwa Indonesia hanya akan tetap kokoh jika anak mudanya selalu semangat dalam merawat keberagaman. Sebab di negara yang semajemuk ini, kecurigaan hanya akan melahirkan jarak dan memecah kita sedikit demi sedikit.
Maka dari itu, peran pemuda menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa perbedaan agama, suku, bahasa, dan latar belakang tidak lagi menjadi penghalang. Justru melalui perbedaan itulah para pemuda belajar menerima, merawat, dan menjadikannya sebagai kekuatan bersama.
Dan pada akhirnya, di tangan merekalah arah bangsa ini akan mereka tentukan. Pepatah Arab mengatakan:
بان اليوم رجال الغد
“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan.”
Untuk itu, pemuda perlu memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan, memperluas relasi, mencari pengalaman sebanyak mungkin, dan siap menghadapi perubahan zaman yang semakin cepat. Karena bangsa besar membutuhkan anak muda yang kokoh, bukan rapuh. Optimis, bukan apatis. Inklusif, bukan eksklusif.
Karena itu, tugas terbesar pemuda hari ini adalah memastikan Indonesia tetap menjadi rumah yang aman, terbuka, dan adil bagi siapa pun. Rumah yang berdiri karena mereka rawat, bukan ia biarkan.
Dan pekerjaan merawat itu dimulai dari sekarang. Yaitu dari keberanian seorang pemuda untuk percaya bahwa dirinya mampu membuat Indonesia tetap utuh. []










































