Hari Anak Sedunia atau World Children’s Day diperingati setiap tanggal 20 November untuk memperingati dan meningkatkan kesadaran akan kesejahteraan anak-anak di dunia. Tema Hari Anak Sedunia tahun 2020 adalah A Day to Reimagine A Better Future For Every Child.
Tema tahun ini secara personal sangat sentimental bagi saya. Karena pada dasarnya setiap orang dewasa dan orang tua di dunia ingin mewariskan hal-hal yang baik bagi generasi penerus kita. Termasuk tentang pendidikan, kesehatan, kesetaraan, keamanan, dan alam yang sehat. Tapi, tidak semua orang menganggap ini sebagai tanggung jawab semua orang.
Kita masih melihat, mendengar, membaca atau bahkan mengalami sendiri masa-masa menjadi anak yang begitu suram. Kita masih bisa melihat ada anak-anak yang buta huruf atau putus sekolah. Kita masih menemukan anak-anak yang menikah di usia anak. Kita masih saja mendengar ada kekerasan seksual pada anak.
Saya memiliki tetangga, NV yang menikah di usia anak dan sekarang memiliki dua orang anak. Hidup bersama orangtua dan saudara-saudaranya yang juga memiliki suami dan anak. Tak terhitung berapa kali mereka bertengkar, hingga sang suami menendang kepala isterinya, di rumah mertuanya.
Tentu ini bukan hanya gosip belaka. Saya mendengar tetangga saya bertanya pada anak pertama NV, “Mamamu dipukul ya sapa Papa?”. Lalu dengan polos si anak menjawab, “Enggak, Cuma ditendang kepalanya”. Saya yang mendengar cuma bisa gigit bibir. Saya juga tahu anak-anaknya mengalami kekerasan psikis dan fisik.
Saat tinggal di Surabaya, saya pernah ngobrol dengan pengemis yang masih anak-anak. Saya tanya siapa namanya hingga di mana orangtuanya. Dia menunjuk Ibunya yang tidak jauh dari tempat dia meminta-minta. Benar, masih ada orang tua yang sengaja menyuruh anaknya bekerja sebagai pengemis dan mereka mengawasi dari jauh saja.
Pemandangan ini sebenarnya banyak dijumpai di kota-kota besar. Saya pernah juga ikut acara sosial bersama anak-anak jalanan, mereka kadang tidak diizinkan untuk belajar karena itu akan mengurangi waktu mereka membantu orangtuanya bekerja atau mereka sendiri yang bekerja. Padahal itu gratis.
Di dekat gudang tempat Papa bekerja, ada keluarga yang memiliki empat anak dan tulang punggungnya adalah Bapak yang bekerja sebagai tukang becak atau pekerja serabutan. Sebagian orang masih memegang teguh prinsip “banyak anak banyak rezeki” tanpa memperhitungkan kondisinya. Atau bahkan tidak bisa mengakses KB.
Padahal anak-anak memiliki hak sebagai anak yang wajib dipenuhi oleh orangtua. Berikut 10 hak-hak anak yang disahkan sebagai konvensi hak-anak anak pada 1989 oleh PBB, yang juga diakui oleh Pemerintah Indonesia No. 36 tahun 1990.
Hak untuk bermain.
Hak untuk mendapatkan pendidikan.
Hak untuk mendapatkan perlindungan.
Hak untuk mendapatkan rekreasi.
Hak untuk mendapatkan makanan.
Hak untuk mendapatkan akses kesehatan.
Hak untuk mendapatkan nama atau identitas.
Hak untuk mendapatkan status kebangsaan.
Hak untuk berperan dalam pembangunan.
Hak untuk mendapatkan kesamaan.
Jika kesepuluh hak-hak ini di atas dapat terpenuhi, saya yakin dunia akan memiliki generasi yang baik dan memiliki masa depan yang cemerlang. Tapi nyatanya, tidak semua anak memiliki waktu dan fasilitas untuk bermain karena harus bekerja, berhenti sekolah, menikah, atau mengalami pengalaman yang buruk. Mereka tak memiliki waktu untuk bersenang-senang secara penuh sebagai anak, mereka dipaksa menjadi dewasa sejak dini.
Kita masih bisa melihat anak-anak yang stunting, kelaparan dan susah mendapatkan air bersih. Susah mendapatkan akses kesehatan karena jarak, identitas, tidak mampu membayar, dan mitos-mitos yang menyesatkan. Kita masih bisa menemukan ada anak-anak yang sejak bayi diperlakukan tidak adil karena perbedaan warna kulit, bagaimana di lahirkan, di mana dibesarkan, dsb.
“Jika anak-anak dibesarkan dengan celaan,mereka belajar memaki. Jika anak-anak dibesarkan dengan iri hati, mereka belajar kedengkian. Jika anak-anak dibesarkan dengan pujian,mereka belajar menghargai. Jika anak-anak dibesarkan dengan rasa aman, mereka belajar menaruh kepercayaan. Jika anak-anak dibesarkan dengan persahabatan, mereka belajar menemukan cinta dalam kehidupan.” – Dorothy Law Nolte,Ph.D
Mari kita bayangkan bahwa kita sebagai orang dewasa dan orang tua, dapat memperbaiki kualitas hidup kita, keluarga dan orang terdekat. Mari kita bayangkan kita merencanakan untuk memiliki anak kandung ataupun adopsi, sesuai dengan kemampuan finansial, pengetahuan dan psikis yang sehat.
Mari kita rencanakan untuk mengasuh anak-anak kita dan setiap anak di dunia dengan cinta agar mereka hidup dan melahirkan cinta juga. Jika anak-anak dibesarkan dengan keberagaman, mereka tidak akan mendiskriminasi orang lain. Jika anak-anak dibesarkan dengan contoh yang baik, mereka akan mengadopsi kebaikan-kebaikan tersebut.
Selamat Hari Anak Sedunia. Setiap perempuan dewasa adalah Ibu bagi seluruh anak di dunia. Setiap laki-laki dewasa adalah Bapak bagi seluruh anak di dunia. []