Mubadalah.id – Aisyah al-Ba’uniyah adalah seorang guru besar, ulama, sastrawan terkemuka, dan salah satu tokoh besar pada zamannya.
Para ulama menaruh kekaguman terhadapnya, dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada perempuan ulama ini, karena kedalaman dan keluasan ilmunya dalam ilmu-ilmu agama, fiqh, dan tasawuf (sufisme), serta keluhuran budinya.
Ia menjadi tokoh tempat masyarakat meminta fatwa agama dan belajar. Dari tangannya, telah lahir puluhan ulama besar.
Ibnu Imad al-Hanbali, dalam buku Syadzarat adz-Dzahab, vol. IV/330, menyebut Aisyah al-Ba’uniyah sebagai:
“Perempuan ulama terbesar pada zamannya. Ia tokoh sangat langka dalam banyak aspek, pribadinya agung, santun, berwibawa, dan pengetahuan agamanya luas.”
Lebih dari itu, Aisyah al-Ba’uniyah juga menulis cukup banyak karya ilmiah dan antologi puisi. Sayangnya, sebagian besar karyanya kini telah hilang. Beberapa di antaranya yang masih ada ialah Badi’ al-Badi’ fi Madhi asy-Syafi’ dan Al-Fath al-Mubin fi Madhi al-Amin.
Dua karya syair ini mirip dengan karya penyair sebelumnya yang terkenal: Al-Bushairi dan Ibnu al-Faridh.
Di antara puisi Aisyah al Ba’uniyah tentang cinta kepada Nabi Muhammad Saw ialah:
Aku tak takut pada siapa pun
Karena kaulah penjaga hatiku
Aku tak pernah merasa sakit
Karena kaulah pengobat jiwaku
Tak ada kedukaan apa pun
Kaulah kegembiraan hatiku
Aku tak minta kepada siapa pun
Karena kaulah kekasihku
Karya Aisyah al-Ba’uniyah
Karya-karya Aisyah al-Ba’uniyah yang lain, yaitu Diwan al-Ba’uniyah (Antologi Puisi Al-Ba’uniyah), Durar al-Ghamidh fi Bahr al-Mujizat wa al-Khashaish, dan Al-Fath al-Haqqiy fi Faih at-Talaqqi (hilang).
Kemudian, Al-Fath al-Mubin fi Madh al-Amin, Al-Fath al-Garib fi Mi’raj al-Habib (hilang), Faidh al-Fadhl wa Jam’ asy-Syamal, Faidh al-Wafa fi Asma al-Mushthafa (hilang), dan Al-Isyarat al-Khafiyyah fi al-Manazil al-‘Aliyyah (hilang),
Lalu, Madad al-Wadud fi Maulid al-Mahmud (hilang), Al-Malamih asy-Syarifah fi al-Atsar al-Lathifah (hilang), Al-Maurid al-Ahna fi al-Maulid al-Asna, Al-Muntakhab fi Ushul ar-Rutab (hilang).
Serta, Al-Qaul ash-Shahih fi Takhimis Burdah al-Madih (hilang), Shalah as-Salam fi Fadhl ash-Shalah wa as-Salam (hilang), Tasyrif al-Fikr fi Nazhm Fawaid adz-Dzikr, dan Az-Zubdah fi Takhmis al-Burdah (hilang).
Selanjutnya, kapan dan di mana Aisyah al-Ba’uniyah meninggal dunia?
Seorang peneliti sejarah tokoh ini mengatakan, “Waktu dan tempat kematian Aisyah masih diperdebatkan. Namun, informasi yang paling patut dipertimbangkan ialah kesaksian Ibnu Thulun ad-Dimasyq, yang wafat pada 953 H. Ia hidup sezaman dengan Aisyah al-Ba’uniyah.”
Dalam buku catatan hariannya, Mafakih al-Khalan, Ibnu Thulun mengatakan, “Pada Senin, 16 Dzulhijjah 923 H/1517 M, telah wafat seorang guru besar perempuan yang shalih dan penulis puisi-puisi yang sangat indah serta bermutu tinggi, Umm Abdul Wahhab al-Ba’uniyah dan dikebumikan di puncak Raudhah, Damaskus.” []