Mubadalah.id – Awal tahun 2020 lalu, saya menulis tulisan kedua saya di mubadalah.id. tentang kesalingan antara manusia dan alam. Dan di KUPI II kali ini, saya menyaksikan langsung. Ulama perempuan melakukan aksi nyata kesalingan dengan alam melalui penyelamatan lingkungan.
Mengapa penting penyelamatan lingkungan? Karena lingkungan sering kali mengalami kerentanan menjadi korban eksploitasi oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, pada KUPI II ini para ulama perempuan hadir dengan nilai kesemestaan untuk menyelamatkan lingkungan.
Melalui Mubadalah dan Fahmina Institute yang bekerjasama dengan Pengurus Cabang Aisyiyah, Muslimat, Nasyiatul Aisyiyah, dan Fatayat Kota Jepara, salah satu side Event KUPI II adalah Launching Modul Dakwah Ekologi. Dinas Lingkungan Hidup Kota Jepara juga mensupport kegiatan ini dengan memberikan 2000 bibit pohon siap tanam kepada panitia.
Produk Keilmuan untuk Penyelamatan Lingkungan
Modul yang lahir menjadi salah satu produk keilmuan yang lahir dari ulama perempuan di KUPI II. Menjadi modul dakwah pertama dengan tema lingkungan yang berperspektif perempuan. Sehingga modul ini sangat penting untuk terus kita kampanyekan khususnya melalui gerakan akar rumput (grass root).
Zahra Amin selaku pimpinan redaksi mubadalah.id menyampaikan bahwa sasaran dari modul ini adalah para Daiyah dari ormas dan majelis taklim pengajian. Karena pada gerakan akar rumput, merekalah yang memiliki peran besar untuk mengkampanyekan dari lapisan masyarakat terdekat yakni keluarga.
Jika sebelumnya rujukan dan panduan dakwah mayoritas ditulis oleh laki-laki dan berperspektif laki-laki. Mubadalah.id hadir untuk menekankan relasi kesalingan antara manusia dengan alam (hablumminal alam) dengan perspektif perempuan. Salah satunya dalam bentuk nyata penyusunan modul panduan dakwah ekologi ini.
Modul ini tidak hanya sebatas berisi panduan dakwah. Namun juga, dilengkapi dengan dalil-dalil penguat, data dan fakta di lapangan. Serta berbagai praktik baik yang telah ada di masyarakat, khususnya dalam aksi penyelamatan lingkungan.
Sehingga, harapannya kedepan di tiap majelis-majelis taklim baik di masyarakat maupun pesantren isu yang diangkat tidak hanya berkaitan dengan kegiatan ibadah antara manusia dengan Tuhannya, maupun muamlah dengan sesama manusia. Akan tetapi juga mulai berani membahas topik lingkungan. Seperti pengelolaan sampah, pemeliharaan pohon, dan lain sebagainnya.
Kiai Faqihuddin menyampaikan bahwa, melalui majelis-majelis taklim dan ruang-ruang kelas di pesantren dapat menjadi titik-titik awal dakwah ini kita mulai. Meskipun mulanya kecil jika banyak orang dan banyak majelis yang mengajarkannya, maka ini akan melahirkan gerakan besar penyelamatan lingkungan.
Aksi Nyata Ulama Perempuan KUPI dalam Penyelamatan Lingkungan
Dalam melihat persoalan baik di masyarakat maupun lingkungan Ulama Perempuan KUPI melakukan tiga pendekatan. Yakni Ma’ruf, Keadilan Hakiki, dan Mubadalah. Termasuk dalam konteks ini berkaitan dengan gerakan penyelamatan dan pelestarian lingkungan. Yang merupakan bagian dari implementasi nilai kesemestaan KUPI.
Prof. Dr. Nur Arfiyah Febriani, MA. menyampaikan pada saat Halaqah Umum KUPI II– bahwa, kajian gender yang notabene memperjuangkan hak-hak kaum rentan khususnya perempuan. Juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan, karena keduanya kerap kali dijadikan objek dalam kehidupan.
Namun tidak dapat menutup kemungkinan dalam kondisi ini semua menjadi pelaku. Antara laki-laki dan perempuan sama-sama berpotensi merusak alam. Karena kerusakan alam di era modern ini kebanyakan terjadi karena hubungan/relasi manusia dengan alam yang belum baik. Sehingga perlu adanya sinergitas antara laki-laki dan perempuan dalam penyelamatan lingkungan.
Di sinilah kemudian pendekatan KUPI dihadirkan. Meski yang sangat nampak adalah pendekatan mubadalah, terkait kesalingan dengan alam. Pendekatan ma’ruf juga diperlukan untuk mengkaji dan memberikan pandangan penyelamatan lingkungan. Bagaimana kemudian melalui konsep maqashidus syariah, perlindungan terhadap alam (hifz Al bi’ah) menjadi bagian tugas-tugas kekhalifahan manusia di muka bumi.
Selain itu melalui konsep keadilan hakiki, gerakan penyelamatan lingkungan adalah bentuk nyata perlindungan perempuan. Kenapa demikian? Karena pada saat terjadi kerusakan dan bencana alam akibat ulah manusia, maka perempuanlah yang rentan mengalami hambatan dan tantangan. Oleh karena itu penting bagi kita semua untuk memelihara dan merawat kelestarian dari alam.
Prof. Nur Arfiah menegaskan bahwa apa yang Ulama Perempuan KUPI lakukan bukan sebatas berbicara dan wacana kajian semata. Namun melalui gerakan dan aksi-aksi nyata penyelamatan lingkungan, yang berbasis nilai kesemestaan.
Gerakan menaman pohon, menjadi bagian tidak terpisahkan dari aksi penyelamatan lingkungan. Sehingga tak heran jika pada saat digelar launching Modul Panduan Dakwa Ekologis tersebut juga berlangsung penanaman bibit pohon oleh Ulama Perempuan.
Kegiatan ini bertujuan agar seluruh ulama perempuan baik dari kalangan pesantren, akademisi, ormas, dan pemangku kebijakan dapat memiliki pemahaman yang kuat. Terkait pentingnya aksi nyata mereka untuk melakukan penyelamatan lingkungan, di wilayah khidmahnya masing-masing. []