Mubadalah.id – Pemilu serentak tinggal menghitung hari. Sudahkah kita menentukan pilihan pada hajat politik lima tahunan tersebut? Sudahkah kita mengenali betul calon perwakilan kita lembaga negara, eksekutif maupun legislatif? Mengapa perempuan jangan golput?
Jika belum atau memutuskan untuk tidak memilih alias golput, saya ingin mengajak pembaca, terutama perempuan, alasan mengapa kita jangan golput pada pemilu kali ini. Apalagi hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutkan bahwa di tahun ini, jumlah pemilih perempuan ternyata jauh lebih banyak dari lelaki, dengan total perbedaan 280 ribu.
Maka jangan sampai dengan perbedaan jumlah itu, perempuan jadi cuek dan tidak perduli dengan politik, lalu memilih golput. Dengan data seperti ini, kita sebagai perempuan tentu berperan penting menentukan masa depan bangsa sepanjang 5 tahun ke depan.
Meski golput atau memutuskan untuk tidak memilih merupakan sebuah pilihan juga. Tetapi perempuan yang peduli dengan perubahan di sekitarnya, tentu tidak akan golput. Mengapa demikian? Pertama, melihat jumlah pemilih perempuan yang jauh lebih banyak di tahun ini, tentu suara perempuan memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam percaturan politik negara.
Jika perempuan sudah mulai peduli dengan politik di negeri ini, maka akan semakin banyak perempuan yang akan terlibat langsung ke dunia politik, masuk dalam penentu kebijakan strategis. Sehingga perempuan yang maju sebagai calon anggota legislatif, ataupun DPD merasa mendapatkan dukungan dari kaumnya sendiri. Terlebih selama ini politik selalu identik dengan lelaki. Anggapan yang keliru ini harus diubah dengan partisipasi aktif dari perempuannya sendiri.
Kedua, perempuan sebagai bagian dari warga negara Indonesia, tentu harus ikut memberikan suaranya demi perubahan dan kemajuan bangsa ini. Apalagi masih banyak isu perempuan yang masih belum terselesaikan hingga hari ini. Karena saya masih meyakini bahwa hanya perempuan yang bisa memahami persoalan yang dihadapi oleh perempuan.
Dengan memilih, harapannya kita bisa juga menjadi lebih bertanggung jawab dan peduli dengan generasi masa depan negara ini kelak. Sebab bagaimanapun juga sikap apatis atau masa bodoh terhadap politik tidak akan membawa perubahan apa-apa, dan tidak memberikan pengaruh juga.
Ketiga, akses informasi yang semakin luas. Bertahun-tahun lalu mungkin pilihan politik perempuan terbatas. Bahkan seringkali dipengaruhi oleh pasangan hidupnya, atau saudara lelakinya, yang dianggap lebih mengerti tentang dunia politik.
Tetapi hari ini informasi sudah semakin luas, dan bisa diakses kapan saja serta di mana saja terkait calon-calon anggota legislatif dan presiden di Pemilu 17 April mendatang. Meski dengan adanya golput, pemilu tetap akan berlangsung juga. Namun sebagai warga negara yang baik, partisipasi di bidang politik akan membuat perempuan mampu menentukan kebijakan, baik di ruang publik maupun domestik.
Bicara golput, saya meminjam analogi yang digunakan teman saya Rina Rachmawati, aktivis PKBI dari Sukabumi. Kalau ada orang disuruh memilih apel yang kedua-duanya dianggap busuk, lalu buat apa dibeli?
Jika memang memilih golput karena merasa kedua apel itu busuk, tidak terpikirkah untuk mengambil salah satu dari kedua apel itu, lalu berharap dapat menyelamatkan biji-biji apel yang mungkin masih bisa diselamatkan. Agar bisa disemai menjadi bibit hingga kelak akan tumbuh sesuai harapan, bersih dari hama.
Dari satu apel yang diselamatkan tadi, akan menghasilkan buah apel yang manis, sehat, segar dan bermanfaat bagi orang banyak, daripada membiarkan kedua apel tadi semakin busuk dimakan belatung dan tanpa tersisa apapun juga. Meski kedua apelnya sudah terlanjur busuk, bukan berarti tak ada yang bisa lakukan bukan? Karena dengan membuang keduanya pun hanya akan menciptakan pesta bagi para belatung.
Jadi manakah yang lebih baik? Tak memilih sama sekali, atau memilih salah satu yang lebih besar kemungkinan untuk diselamatkan, dengan visi dan niat untuk memperbaiki sebelum semuanya menjadi hancur tanpa sisa. Golput memang pilihan, tetapi memilih tidak golput itu akan lebih baik bagi perempuan. karena satu suara perempuan akan menentukan arah dan kebijakan pembangunan bangsa ini di masa depan.[]