Mubadalah.id – Direktur Jaringan GUSDURian, Alissa Wahid menyampaikan bahwa dalam upaya mencegah ekstremisme kekerasan, sebetulnya para perempuan memiliki kontribusi dan peranan penting dalam menangkal ekstremisme kekerasan.
Kontribusi dan peranan penting itu misalnya melalui gerakan moderasi beragama, “kalau kita yang muslim, berarti wasathiyah Islam, berislam dengan cara wasathiyah,” kata Alissa saat memaparkan materi, pada KUPI Talks 2, Rabu, 16 Oktober 2022.
Putri sulung KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menyebutkan alasan kenapa perempuan punya potensi yang besar dalam gerakan moderasi beragama.
“Alasannya, karena pada dasarnya perempuan lebih terasah dari pada laki-laki. Karena itu memang ketangguhan perempuan dalam konteks pergerakan jangan dianggap sepele,” jelasnya.
“Ini lah yang menurut saya menjadi kekuatan para perempuan untuk membangun Islam yang wasathiyah. Ikut menyebar luaskan isu-isu yang baik. Ini juga yang menjadi salah satu kekuatan perempuan dalam mentransmisi nilai-nilai keagamaan dengan baik itu,” tambahnya.
Lebih lanjut, Alissa menyampaikan, dalam soal gerakan untuk mentransmisikan nilai-nilai keagamaan itu perempuan memiliki kelebihan dari pada laki-laki.
Oleh sebab itu, peran perempuan sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai Islam yang ramah kepada anak-anaknya.
“Perempuan memiliki kekuatan untuk mentransmisikan nilai-nilai itu lebih baik, baik sebagai ibu yang menanamkan nilai-nilainya kepada anak-anaknya atau dia sebagai penggerak dan pejuangan masyarakat,” tegasnya.
Kiprah Perempuan
Sementara itu, Alissa juga mengingatkan bahwa kiprah dan peran perempuan itu tidak hanya berkontribusi dalam pencegahan ekstremisme kekerasan saja, karena lebih dari itu, para perempuan juga bisa melakukan banyak kontribusi kebaikan dalam berbagai hal.
Sebagaimana kita juga sudah menyadari betul bahwa Allah menciptakan perempuan dan laki-laki dengan segenap potensi diri dan bisa membawa kontribusi, bisa berkhidmah kebaikan, dan juga bisa membawa kerusakan.
“Jadi gitu, laki-laki dan perempuan itu sama saja. Jadi dengan semangat itulah, kita di KUPI ingin sekali mengingatkan berbagai pihak dalam segala sektor bahwa jangan pernah meninggalkan perempuan dalam pembahasan apapun,” paparnya.
“Karena kita harus mengakui sampai saat ini, kita membicarakan berbagai persoalan di ruang publik itu kerap kali perspektif perempuan terpinggirkan. Sementara laki-laki dan perempuan memiliki potensi sama besar,” tandasnya. (Rul)