Mubadalah.id – Bila pagi hari Raya Idulfitri yang indah itu tiba, usai shalat subuh Nabi bersiap-siap berangkat menuju masjid. Nabi Muhammad Saw mengambil baju yang paling bagus (Ajmal tsiyabih), lalu mengenakannya.
Sesudah itu, Nabi Muhammad Saw mengambil botol minyak wangi dan mengoleskan ke tubuhnya. Kepada sahabat-sahabatnya beliau juga mengajurkan melakukan seperti dirinya. Seorang sahabat mengatakan:
“Nabi Saw menyuruh kami pada dua lebaran untuk mengenakan pakaian terbaik yang kami punya dan mengoleskan tubuh dengan minyak yang paling wangi yang kami punya.”
Lalu, kata Imam Bukhari, penghimpun Hadis Nabi paling otoritatif, Nabi Saw belum akan keluar menuju masjid, sebelum sarapan. Ini untuk hari Raya Idulfitri. Sementara dalam Iduladha, beliau sarapan sesudah shalat.
Seperti hari-harinya, menu sarapan beliau adalah kurma kering dan dalam jumlah ganjil. Usai sarapan beliau berangkat ke masjid, melalui jalur tertentu, sambil mulutnya terus mengucapkan takbir sampai menjelang khutbah.
Bila shalat Id dan dua khutbah telah ditunaikan beliau pulang ke rumah dengan mengambil jalur lain.
Bila di tengah jalan pulang itu bertemu para sahabatnya. Nabi Muhammad Saw menyampaikan “tahniah”, ucapan selamat, berjabat tangan sambil mengucapkan: “Taqabbala Allah Minna wa Minka” (Semoga Allah menerima ibadah kita selama Ramadan).
Para sahabat beliau membalasnya dengan ucapan yang sama. Ucapan ini mengandung makna persahabatan dan menanamkan rasa kasih sayang antara sesama muslim.
Sikap Nabi yang mengambil jalur berbeda antara pergi (berangkat) ke dan pulang dari masjid, dimaksudkan untuk bertemu banyak orang.
Itu adalah bentuk Silaturahim Nabi. Ini sesungguhnya tidak berlaku spesial hari raya, tetapi untuk sepanjang hidup Nabi. []