• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Anak Muda, Mari Menghayati Sila Pertama Pancasila Part II

Kalau umat Islam mau menelaah, menghayati, dan mengamalkan isi Al-Quran, seluruh persoalan yang ada saat ini akan dapat ditemukan jawaban dan penyelesaiannya

Febrian Eka Ramadhan Febrian Eka Ramadhan
24/12/2021
in Hikmah
0
hubbul wathan minal iman

hubbul wathan minal iman

572
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Agama Islam sudah sempurna. Pedomannya ialah Al-Quran dan segala ajaran Rasulullah ﷺ baik berupa perkataan maupun perbuatannya. Dua sumber utama ajaran Islam ini tidak akan pernah lekang oleh zaman. Zaman, dengan segala yang menyertainya—kebudayaan, gaya hidup, pola interaksi manusia, dan sebagainya, boleh saja berubah, tetapi Islam akan selalu kontekstual dan mampu memberikan jawaban atas segala persoalan yang bermunculan.

Dengan begitu, umat Islam tidak akan mungkin kehilangan arah dalam menjalani kehidupannya jika Al-Quran dan Sunnah benar-benar menjadi pedoman hidup. Namun, pertanyaannya, apakah saat ini Al-Quran dan Sunnah sudah benar-benar menjadi pedoman hidup bagi setiap umat Islam?

Permasalahan di masa kini semakin kompleks. Kejahatan mewujud dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Mulai dari kejahatan yang paling ekstrem dan terang benderang seperti terorisme, korupsi, seks bebas serta LGBT, dan segala tindakan lainnya yang dapat merugikan banyak orang sampai kejahatan yang samar-samar dan menjangkiti batin manusia seperti iri dan dengki.

Semua problem ini terjadi barangkali sebab banyak umat Islam yang tidak sungguh-sungguh menjalankan hidup sesuai dengan pedoman yang ada. Sunnah Rasulullah ﷺ tidak dipelajari dan dijalankan. Al-Quran, yang seluruh kandungannya mestinya diamalkan, dibaca saja tidak.

Seandainya pun Al-Quran itu dibaca belum tentu paham maknanya, seandainya paham belum tentu diamalkan, seandainya diamalkan belum tentu ikhlas, seandainya ikhlas belum tentu istikamah. Sungguh banyak dan bertingkat persoalan umat Islam saat ini.

Baca Juga:

Kisah Rumi, Aktivis, dan Suara Keledai

Hari Kemenangan dan 11 Bulan Kemudian

Doa Rasulullah dan Ulama Salih di Akhir Ramadan

Lailatul Qadar, sebagai Momentum Muhasabah Diri

Kalau umat Islam mau menelaah, menghayati, dan mengamalkan isi Al-Quran, seluruh persoalan yang ada saat ini akan dapat ditemukan jawaban dan penyelesaiannya. Apalagi hal-hal yang berkaitan dengan hubungan terhadap sesama—yang mana saat ini permasalahannya ruwet sekali.

Sebagai contoh permasalahan, tengoklah berapa banyak orang atau kelompok yang dengan mudah melemparkan kesalahan kepada orang atau kelompok lain sebab merasa dirinya atau kelompoknya adalah yang paling benar. Permasalahan-permasalahan semisal itu akan teratasi dengan mengamalkan perintah dan petunjuk Allah yang ada di dalam Al-Quran.

Saat ini umat Islam juga terbuai oleh ingar bingar dunia, baik nyata maupun maya. Apalagi para anak muda yang hari ini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berada di media sosial. Jikalau untuk belajar, itu baik. Namun, tampaknya lebih sering mereka gunakan media sosial untuk hal-hal tidak bermanfaat.

Gosip, berita hoaks, fitnah, caci maki, adu domba berkeliaran bebas di media sosial. Dengan kesadaran akan nilai-nilai luhur yang tipis, amat bahaya dampak media sosial bagi anak muda yang tak cermat dalam memilah dan memilih informasi. Keluar dari dunia maya, anak muda akan membawa pengaruh buruk dari media sosial ke kehidupan nyata. Mereka yang sering bertengkar di dunia maya, takkan jauh berbeda sikapnya ketika berada di dunia nyata.

Untuk itulah perlunya seluruh rakyat Indonesia, terutama anak muda, menghayati nilai-nilai Pancasila yang di dalamnya mengandung nilai-nilai ajaran agama. Islam sendiri mengajarkan kepada umatnya untuk menjadi ummatan wasathan, umat yang berada di pertengahan. Artinya ialah menjadi umat yang moderat, umat yang adil, umat yang tidak berpihak, umat yang menjunjung tinggi keseimbangan dan perdamaian.

Menjadi ummatan wasathan ialah juga dengan tidak fanatik terhadap golongan, suatu aliran pemikiran, maupun tokoh-tokoh tertentu. Ini penting dalam kehidupan umat Islam hari-hari ini. Banyak orang yang begitu ekstrem berada di satu pihak. Teramat mencintai pihaknya dan teramat membenci pihak lain.

Jika seperti itu, maka akhirnya semua yang tidak sama dengannya—tidak ada di pihaknya, akan dianggap salah. Orang yang tidak menerima perbedaan seperti itu, tidaklah termasuk ummatan wasathan karena menjadi seorang yang moderat ialah mau menerima perbedaan yang ada. Toh perbedaan adalah keniscayaan.

Allah menciptakan manusia dengan segenap perbedaannya—jenis kelamin, rupa, bahasa, sampai suku dan bangsa, dengan tujuan agar kenal-mengenal. Hal ini mengindikasikan perintah untuk bersatu dan berbuat baik terhadap semua manusia tanpa melihat perbedaan-perbedaan di antara mereka. Persatuan dapat terjadi apabila sudah saling mengenal. Sebab mengenal orang lain adalah kunci untuk memunculkan sikap peduli dan cinta. Jika sudah tumbuh kepedulian dan rasa cinta, manusia bisa berbuat baik kepada semua tanpa membeda-bedakan lagi.

Hendaknya umat Islam fokus pada mendayagunakan kesamaan yang ada di antara seluruh elemen bangsa ketimbang sibuk mengurusi perbedaan-perbedaan yang ada. Itulah yang dilakukan para pendiri bangsa di masa lampau. Mereka yang berbeda-beda mengesampingkan perbedaan tersebut untuk menyatukan diri demi mencapai cita-cita yang mulia.

“Kami menggoyangkan langit, menggemparkan darat, dan menggelorakan samudra agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari dua setengah sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.”

Apabila nilai Ketuhanan Yang Maha Esa telah merasuk dalam segenap jiwa dan mewujud dalam perbuatan raga seluruh rakyat Indonesia, yakinlah bahwa prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab, kesejahteraan sosial, kebijaksanaan sampai persatuan Indonesia tidak lagi sukar untuk digapai. []

Tags: alquranHikmahPancasilaWawasan Kebangsaan
Febrian Eka Ramadhan

Febrian Eka Ramadhan

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta. Aktif di Komunitas Literasi Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta. Bisa dihubungi lewat Instagram @febbrooo

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version