• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Anakku, Jilbabmu Adalah Pilihanmu

Saya dan suami memang sepakat tidak akan memaksa anak perempuan kami berjilbab atau tidak memakai jilbab, biarlah itu menjadi keputusannya

Alifatul Arifiati Alifatul Arifiati
30/08/2023
in Personal, Rekomendasi
0
Jilbabmu adalah Pilihanmu

Jilbabmu adalah Pilihanmu

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa hari yang lalu, saya diajak oleh pasangan suami istri untuk silaturrahmi ke pesantren. Karena hari Sabtu jadi saya juga mengajak dua anak saya, yang besar, usia 6 tahun, perempuan. Sebelum berangkat, anak perempuan saya mempersiapkan kerudung untuk ia bawa. Dia melihat lazimnya orang-orang di Pesantren, di mana perempuan menggunakan kerudung atau jilbab. “Bu, Kakak bawa kerudung ya! Saya mengiyakan, “senyamannya Kakak saja”.

Sesampainya di Pesantren, entah kenapa tiba-tiba anak perempuan saya berkata, “Bu, kalau perempuan muslim nggak papa kan nggak pakai jilbab?” Lalu saya jawab, “iya nggak papa, senyamannya saja, jilbab itu bukan wajib kok.” Anak saya mengangguk, tidak berapa lama dia melepaskan jilbabnya, sepertinya karena suasana panas dan gerah, atau mungkin ada alasan lain.

Saya dan suami memang sepakat tidak akan memaksa anak perempuan kami berjilbab atau tidak memakai jilbab, biarlah itu menjadi keputusannya. Kami sedih sekali ketika membaca berita, salah seorang guru di Lamongan melakukan kekerasan kepada puluhan siswa perempuannya dengan cara membotaki rambut mereka. Salah satunya karena siswa perempuannya tidak menggunakan ciput (adalah penutup kepala sederhana yang biasanya kita gunakan sebagai dalaman kerudung).

Diskriminasi Pemaksaan Pemakaian Jilbab

Selain itu juga banyak kasus diskriminasi lainnya perkara pemaksaan pemakaian jilbab, yang dialami oleh salah satu siswa di Cikampek. Padahal orang tua dari siswa tersebut menganut penghayat kepercayaan, tetapi pihak sekolah memaksa siswa perempuan tersebut memakai jilbab.

Tidak sampai di situ, teman-teman sekolahnya banyak melakukan perundungan. Bukan pembelaan dan pemihakan yang didapat oleh korban dan keluarga. Siswa perempuan korban perundungan tersebut dipaksa untuk pindah sekolah.

Baca Juga:

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

Aurat dalam Islam

Kritik Syaikh Al-Ghazali atas Diskriminasi Kesaksian Perempuan

Body Positivity? Boleh! Tapi Jangan Lupa Haya’ dan Aurat

Tentu saja ini menimbulkan masalah baru bagi korban dan keluarganya. Korban harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Ayahnya terpaksa harus keluar dari pekerjaannya dan tentu tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan baru yang sesuai dan laik.

Berkaitan dengan pemaksaan penggunaan jilbab ini terjadi di mana-mana di negeri Indonesia, yang sudah jelas warga negaranya adalah terdiri dari beragam suku, gender, agama dan keyakinan. Tetapi jilbabisasi terus terjadi di mana-mana.

Bahkan banyak orang muslim yang memiliki pandangan bahwa perempuan muslim akan kita anggap lebih salehah ketika menggunakan jilbab. Kalimat, “kamu cantik, lebih cantik lagi pakai jilbab”, atau “kamu cantik, sayang belum pakai jilbab”, seolah jilbab adalah standar kecantikan perempuan muslim.

Jilbab sebagai Mode

KH Quraish Shihab dalam wawancaranya dengan Najwa Shihab yang banyak bertebaran di sosial media, menyampaikan bahwa,

“jilbab itu sebelum revolusi Iran, Kiai besar kita, Kiai Hasyim Asyari, sampai kepada tokoh Muhammadiyah, istri mereka, anak mereka tidak memakai jilbab sebagaimana orang dewasa kini memakai jilbab. Ada 3 kemungkinan, mereka tidak pakai jilbab karena wajib, apa mereka nggak tahu jilbab itu wajib, atau justru itu salah satu alternatif. Kecuali dia takut sama anaknya, takut sama istrinya, ini tidak mungkin. Sebagian besar menggunakan jilbab sebagai mode bukan sebagai tuntunan agama. Abi jauh lebih menghormati seorang wanita yang memakai kebaya, pakai kerudung atau buka kerudungnya, tetapi bersikap hormat, salat pada waktunya, akhlaknya.”

Karena memang ada pendapat bermacam-macam tentang aurat, memang ada perintah dalam al-Qur’an. Tetapi tidak semua perintah al-Qur’an bersifat wajib. Dan banyak ulama yang memiliki perbedaan pendapat. Utamanya adalah memakai jilbab karena kesadaran.

Kembali ke tentang anak perempuan saya, di mana saya ingin anak perempuan saya memilih sendiri apakah akan memakai jilbab/kerudung atau nggak. Pun ketika memilih jilbab, anak perempuan saya tidak akan memandang rendah perempuan lain yanng tidak memakai jilbab.

Saya ingin anak perempuan saya terbiasa berpikir adil sejak dalam pikiran, bahwa jika kita ingin dihargai oleh orang lain. Begitupun orang lain tentu sama ingin dihargai oleh kita. Anakku jilbabmu adalah pilihanmu, begitu juga orang lain, biarkan mereka memilih memakai jilbab atau tidak. []

 

Tags: Anak PerempuanauratDiskriminasiJilbabPemaksaan Jilbab
Alifatul Arifiati

Alifatul Arifiati

Staf Program Islam dan Gender di Fahmina Institute

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version