• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Apa Itu Berkah atau Nderek?

Pada akhirnya, kita dituntut untuk selalu kritis terhadap semua aspek kehidupan, termasuk dalam memilih guru. Guru sangat penting dalam membangun jiwa menuju insan yang baik dan manfaat

Iqromah Zm Iqromah Zm
28/03/2022
in Hikmah
0
Apa Itu Berkah atau Nderek?

Apa Itu Berkah atau Nderek?

451
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Apa itu berkah atau nderek? Berkah menurut bahasa merupakan karunia Tuhan yang membawa kebaikan, yakni kebahagiaan dan keberuntungan dalam hidup manusia. KH. Sya’roni menjelaskan bahwa berkah bermakna penambahan kebagusan dari Allah (ziyadatul khair) artinya setiap waktu semakin bertambah baik (nu.or.id). Jadi, berkah adalah sebuah pemberian tuhan yang diberikan kepada manusia.

Keberkahan bisa datang melalui banyak hal dan dalam wujud yang bermacam-macam pula. Di dalam kehidupan, kita banyak mendapat berkah yang beragam, baik melalui manusia atau alam semesta. Misalnya, ketika sedang sakit kita berobat ke dokter untuk kesembuhan.

Dokter dalam hal ini adalah perantara Tuhan dalam menyembuhkan manusia yang sedang sakit. Keberkahan hanya datang dari Allah semata, tetapi dalam praktiknya Allah menunjukkan wasilah. Sebagaimana contoh di atas, Allah menyembuhkan penyakit melalui dokter.

Berbicara mengenai apa itu berkah? Kita sering menjumpai kalimat ini di pondok pesantren. Berkah kiai, ulama, habaib dan lain sebagainya. Mengapa istilah berkah atau barakah sering terdengar di pondok pesantren? Hal ini karena di pesantren banyak orang alim (memiliki ilmu) dan shalih (baik dalam ritual ibadah) seperti kiai, ustadz, guru dan lainnya.

Jadi, kita bisa amendapatkan berkah dari mereka. Lantas, Bagaimana praktiknya? Barakah atau berkah bukan hanya ungkapan semata, ini merupakan suatu tindakan atau aksi timbal balik dari kedua belah pihak, misal kiai atau guru adalah orang alim (memiliki ilmu) maka kita mengharap berkah dari mereka dengan belajar ilmu sehingga ilmu itu sampai kepada kita dan kita mendapat keberkahan dari kiai tersebut.

Baca Juga:

Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Kasus Pelecehan Guru terhadap Siswi di Cirebon: Ketika Ruang Belajar Menjadi Ruang Kekerasan

Peran Pesantren dalam Kehidupan Kartini

KH Jazilus Sakhok, Ph.D, mengatakan bahwa ketika kita mengikuti (baca: nderek) ulama atau kiai artinya, agar kita mendapat ilmu darinya dengan mengaji atau kegiatan pembelajaran yang lain sehingga kita mendapatkan keberkahan darinya dan makna dari ziyadatul khair sampai kepada kita.

Untuk itu, kita dianjurkan untuk berbaur kepada ulama (baca: orang yang memiliki ilmu), agar ilmunya bisa sampai kepada kita dan kita mendapatkan keberkahan darinya. Jadi, nderek,  atau ngalap berkah bukan sekedar kalimat tetapi aksi atau proses menuju ziyadatul khair.

Sebelum kita mengharap dari seseorang (nderek) alangkah baiknya kita tahu tentangnya. Misal dari keilmuan, keshalehan dan lainnya, agar kita tidak salah dalam pemikiran apalagi tentang isu agama. Seperti yang sudah saya sebutkan diatas mengenai konsep dari berkah yang sejatinya bisa datang karena adanya proses sehingga bisa sampai kepada ziyadatul khair.

Untuk itu penting bagi kita kritis terhadap orang-orang yang dianggap alim tersebut. apalagi, jika melihat fenomena saat ini, ketika banyak muncul ustadz-ustadz baru yang followers intstagramnya begitu banyak. Yang disayangkan, adalah ketika masyarakat menilai kualitas guru berdasarkan dari jumlah followers di sosial media bukan dari rekam jejak (baca: sanad) yang jelas.

Di dalam kitab Kifayatul Akhyar, pada penjelasan tentang ijtihad menentukan arah kiblat dijelaskan bahwa, ketika kita tidak tahu cara mengetahui arah kiblat maka kita harus bertanya kepada seseorang, namun tidak semua orang bisa diterima ucapannya, melainkan hanya seseorang dengan syarat tertentu.

Maksudnya adalah, jika bertanya tentang arah kiblat dari seseorang saja  harus dipilih dengan sangat detil apalagi dengan seluruh perkara agama yang sifatnya begitu kompleks. Artinya, kita tidak boleh sembarangan untuk nderek. Agar esensi dari nderek tidak hilang dan keberkahan hadir di dalam diri kita.

Pada akhirnya, kita dituntut untuk selalu kritis terhadap semua aspek kehidupan, termasuk dalam memilih guru. Guru sangat penting dalam membangun jiwa menuju insan yang baik dan manfaat. Dan untuk sampai pada di gugu dan ditiru (guru) juga melalui proses yang panjang pula.

Kemudian, untuk ikut kepada perintah atau arahan dari guru-pun perlu difilter dengan pemikiran-pemikiran yang baik, agar tidak merusak esensi dari ziyadatul khair. Apalagi akhir-akhir ini ada beberapa kasus yang memprihatinkan mengenai kekerasan seksual antara guru dan siswa, dengan kedok tertentu.

Untuk menjadi beda dalam artian pemikiran agaknya perlu diterapkan, dengan syarat masih dalam koridor yang baik menurut ilmu pengetahuan dan juga akhlak, karena begitu banyak oknum kejahatan dan keburukan yang berkedok suatu hal yang terlihat baik dengan maksud yang tidak disangka-sangka. Wallahua’lam bishshawab. []

Tags: BerkahguruHikmahKaromahkiaimuridSantriWasilah
Iqromah Zm

Iqromah Zm

Mahasiswi STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta, aktif di LPM Aksara

Terkait Posts

Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Poligami atas

    Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID