Kamis, 2 Oktober 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Fasilitas Ramah Disabilitas

    Teguhkan Komitmen Inklusif, Yayasan Fahmina Bangun Fasilitas Ramah Disabilitas

    UIN SSC Kampus Inklusif

    UIN SSC Menuju Kampus Inklusif: Dari Infrastruktur hingga Layanan Digital Ramah Disabilitas

    Makan Bergizi Gratis

    Ironi Makan Bergizi Gratis: Ketika Urusan Dapur Menjadi Kebijakan Publik

    Nyai Sinta Nuriyah

    Kunjungi Aktivis yang Ditahan, Nyai Sinta Nuriyah Tunjukkan Keteguhan Ulama Perempuan dalam Membela Rakyat

    Hari Tani

    Hari Tani Nasional 2025: Menghargai Petani dan Menjaga Pangan Negeri

    Jaringan WPS

    5 Tuntutan Jaringan WPS Indonesia atas Penangkapan Perempuan Pasca Demonstrasi

    Kampanye Inklusivitas

    Inklusivitas di Era Digital: Strategi Baru Kampanye di Media Sosial

    Tempat Ibadah Ramah Disabilitas

    Rektor ISIF Dorong Gerakan Tempat Ibadah Ramah Disabilitas dalam MISI ke-10

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Kehilangan Mama

    Apa Rasanya Kehilangan Mama?

    Pendidikan Anak ala Nabi

    Pendidikan Anak ala Nabi Muhammad Saw

    Makna Tepuk Sakinah

    Dari Simbol ke Substansi: Menyelami Makna Tepuk Sakinah

    al-ummu madrasah ula

    Membaca Ulang Al-Ummu Madrasah Ula dalam Tafsir Mubadalah

    Eksploitasi Disabilitas

    Kampanye Inklusivitas Tanpa Eksploitasi Disabilitas di Sosial Media

    Pendidikan yang

    Pendidikan Anak: Tugas Bersama, Bukan Beban Perempuan

    Dialog Lintas Iman

    Dialog Lintas Iman: Peran Setiap Generasi Merawat Kerukunan

    Keluarga Mubadalah

    Keluarga dalam Perspektif Mubadalah

    Tepuk Sakinah

    Spirit Mubadalah: Dari Tepuk Sakinah ke Pakta Kesalingan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Keluarga Mubadalah

    Keluarga dalam Perspektif Mubadalah

    Syafaat Nabi

    Lima Syafaat Nabi di Tengah Lesunya Ekonomi

    Akhlak Nabi

    Dakwah Nabi di Makkah: Menang dengan Akhlak, Bukan Kekerasan

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi yang

    Akhlak Nabi Tak Pernah Berubah, Meski pada yang Berbeda Agama

    Nabi Muhammad Saw

    Kesaksian Khadijah Ra atas Kemuliaan Akhlak Nabi Muhammad Saw

    Berbeda Agama

    Membaca Kembali Relasi Nabi dengan Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi dalam

    Meneladani Akhlak Nabi dalam Relasi Antarumat Beragama

    Akhlak Luhur Nabi

    Meneladani Akhlak Luhur Nabi Muhammad Saw

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Fasilitas Ramah Disabilitas

    Teguhkan Komitmen Inklusif, Yayasan Fahmina Bangun Fasilitas Ramah Disabilitas

    UIN SSC Kampus Inklusif

    UIN SSC Menuju Kampus Inklusif: Dari Infrastruktur hingga Layanan Digital Ramah Disabilitas

    Makan Bergizi Gratis

    Ironi Makan Bergizi Gratis: Ketika Urusan Dapur Menjadi Kebijakan Publik

    Nyai Sinta Nuriyah

    Kunjungi Aktivis yang Ditahan, Nyai Sinta Nuriyah Tunjukkan Keteguhan Ulama Perempuan dalam Membela Rakyat

    Hari Tani

    Hari Tani Nasional 2025: Menghargai Petani dan Menjaga Pangan Negeri

    Jaringan WPS

    5 Tuntutan Jaringan WPS Indonesia atas Penangkapan Perempuan Pasca Demonstrasi

    Kampanye Inklusivitas

    Inklusivitas di Era Digital: Strategi Baru Kampanye di Media Sosial

    Tempat Ibadah Ramah Disabilitas

    Rektor ISIF Dorong Gerakan Tempat Ibadah Ramah Disabilitas dalam MISI ke-10

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Kehilangan Mama

    Apa Rasanya Kehilangan Mama?

    Pendidikan Anak ala Nabi

    Pendidikan Anak ala Nabi Muhammad Saw

    Makna Tepuk Sakinah

    Dari Simbol ke Substansi: Menyelami Makna Tepuk Sakinah

    al-ummu madrasah ula

    Membaca Ulang Al-Ummu Madrasah Ula dalam Tafsir Mubadalah

    Eksploitasi Disabilitas

    Kampanye Inklusivitas Tanpa Eksploitasi Disabilitas di Sosial Media

    Pendidikan yang

    Pendidikan Anak: Tugas Bersama, Bukan Beban Perempuan

    Dialog Lintas Iman

    Dialog Lintas Iman: Peran Setiap Generasi Merawat Kerukunan

    Keluarga Mubadalah

    Keluarga dalam Perspektif Mubadalah

    Tepuk Sakinah

    Spirit Mubadalah: Dari Tepuk Sakinah ke Pakta Kesalingan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Keluarga Mubadalah

    Keluarga dalam Perspektif Mubadalah

    Syafaat Nabi

    Lima Syafaat Nabi di Tengah Lesunya Ekonomi

    Akhlak Nabi

    Dakwah Nabi di Makkah: Menang dengan Akhlak, Bukan Kekerasan

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi yang

    Akhlak Nabi Tak Pernah Berubah, Meski pada yang Berbeda Agama

    Nabi Muhammad Saw

    Kesaksian Khadijah Ra atas Kemuliaan Akhlak Nabi Muhammad Saw

    Berbeda Agama

    Membaca Kembali Relasi Nabi dengan Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi dalam

    Meneladani Akhlak Nabi dalam Relasi Antarumat Beragama

    Akhlak Luhur Nabi

    Meneladani Akhlak Luhur Nabi Muhammad Saw

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Apa Rasanya Kehilangan Mama?

Apa rasanya kehilangan mama? Seperti kehilangan rumah yang paling aman dalam hidup. Harus belajar tumbuh tanpa pegangan yang paling kukenal.

Aida Nafisah Aida Nafisah
1 Oktober 2025
in Personal
0
Kehilangan Mama

Kehilangan Mama

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa waktu lalu, sebuah video Tiktok lewat di berandaku, isi kontennya  sebuah foto dengan tulisan “Apa rasanya kehilangan mama?” Pertanyaan sederhana itu seperti membawaku kembali ke 21 tahun lalu, hari ketika mama berpulang.

Setiap 29 September, aku selalu diingatkan pada satu peristiwa yang mengubah seluruh jalan hidupku: hari kepergian mama, tepat di tahun 2004. Waktu itu aku masih kecil, terlalu polos untuk benar-benar memahami arti kehilangan mama. 

Yang aku tahu hanya rumah jadi lebih sepi, dan ada ruang kosong yang tidak pernah bisa digantikan siapa pun. Butuh waktu sekitar dua puluh tahun bagiku untuk benar-benar menerima kenyataan itu. Justru di titik itulah duka terasa semakin nyata. 

Aku mulai kehilangan detail tentangnya: suara yang dulu begitu dekat perlahan memudar. Karena waktu itu belum ada alat elektronik seperti sekarang, satu-satunya tempat mama tersimpan hanyalah di dalam kepalaku. Dan ketika ingatan itu samar, rasanya seperti kehilangan untuk kedua kalinya.

Puncak Kehilangan Mama

Banyak orang mengira kehilangan terasa di hari kematian. Tapi untukku, puncak kehilangan mama justru datang jauh setelahnya, saat aku mulai menyadari betapa sulitnya melanjutkan hidup tanpa sosok yang selama ini jadi pusat kasih sayang.

Dalam psikologi, ini dikenal dengan istilah delayed grief atau duka yang muncul terlambat. Menurut William Worden dalam Grief Counseling and Grief Therapy (2009), beberapa anak tidak mampu langsung merasakan penuh kehilangan orang tuanya, tetapi akan mengalaminya kembali saat dewasa ketika emosi dan pemahaman mereka lebih matang. Pengalaman itu persis seperti yang aku alami.

Dampak yang Aku Rasa

Kehilangan mama bukan hanya soal tidak ada lagi sosok yang menyayangi tanpa syarat. Dampaknya terasa dalam banyak hal: aku sering merasa kosong, terutama di momen-momen penting seperti wisuda, pernikahan, atau ketika aku menjadi seorang ibu. Ada bagian diriku yang terus merasa “Andai mama ada di sini.”

Psikolog menyebut kehilangan orang tua di usia kecil dapat meninggalkan luka mendalam pada perkembangan emosi. Anak bisa merasa kurang aman, lebih rentan cemas, atau kesulitan menjalin kedekatan (Kennedy, Journal of Child Psychology, 2010). Namun, seiring waktu, sebagian juga bisa mengembangkan resiliensi, kemampuan bangkit dari luka dan menjadikannya sumber kekuatan.

Selain itu, kehilangan mama di usia kecil juga membuatku tumbuh dengan perspektif yang berbeda tentang arti keluarga. Aku sering merasa iri melihat teman-teman yang masih bisa bercerita, bercanda, atau sekadar bersandar di pangkuan ibu mereka.

Rasa iri itu pelan-pelan berubah menjadi kesadaran bahwa setiap orang punya ujiannya masing-masing. Kehilangan mengajarkanku untuk lebih menghargai momen kecil bersama keluargaku, karena kita tidak pernah tahu kapan waktu itu akan terhenti.

Pelajaran dan Refleksi

Dari sisi spiritual, Islam menegaskan bahwa setiap jiwa pasti akan merasakan mati (QS. Ali Imran: 185). Kehilangan mamaku bukanlah akhir, melainkan panggilan untuk melanjutkan kebaikan mereka.

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh” (HR. Muslim). 

Hadis ini selalu menjadi pengingat bahwa meski mama sudah tiada, aku tetap bisa terhubung dengannya lewat doa. Kehilangan mama justru mendorongku untuk lebih sering mendoakan, agar kasih sayang itu tidak berhenti.

Filsuf Prancis Jean de La Fontaine pernah mengatakan: “Death never takes the wise man by surprise, he is always ready to go. But it is the living who suffer.” Kalimat ini terasa sangat benar, karena yang paling berat dari kematian bukanlah bagi yang pergi, melainkan bagi kita yang ditinggalkan untuk menanggung rindu dan kekosongan.

Pelajaran lain yang aku dapat adalah bahwa duka tidak selalu selesai sekaligus. Kadang ia datang dalam bentuk-bentuk kecil: ketika ingatan memudar, ketika rindu tak terjawab, atau ketika kita sadar tidak ada lagi pelukan yang bisa dirasakan. Tapi di balik itu semua, aku belajar bahwa cinta seorang ibu tidak pernah benar-benar hilang.

Kehilangan Rumah Paling Aman

Apa rasanya kehilangan mama? Rasanya seperti kehilangan rumah yang paling aman dalam hidup. Rasanya seperti harus belajar tumbuh tanpa pegangan yang paling kukenal.

Dan setiap 29 September, hari itu selalu menempel dalam ingatanku, sama kuatnya seperti aku mengingat hari ulang tahunku. Hari ketika dunia berubah, dan hari ketika aku merasa harus lebih banyak mengirim doa untuk mama. 

Bukan sekadar mengenang duka, tapi juga merayakan cinta yang masih tetap hidup. Meski suara mama tak lagi jelas di ingatan, cintanya tetap ada di setiap langkahku. Mungkin inilah cara Tuhan menunjukkan bahwa kasih seorang ibu tidak pernah benar-benar pergi.

Kini, dua puluh satu tahun setelah kepergiannya, aku sadar bahwa kehilangan berubah bentuk menjadi rindu yang datang tiba-tiba, atau menjadi kekuatan yang mendorongku untuk terus melangkah. Dan di setiap langkah itu, aku percaya mama tetap ada, bukan secara fisik, tapi melalui doa, nilai, dan cinta yang beliau tinggalkan. Al-fatihah. []

Tags: DukaIbuKehilangankehilangan mamakeluargaRelasi
Aida Nafisah

Aida Nafisah

Sedang belajar menjadi seorang ibu

Terkait Posts

Makna Tepuk Sakinah
Keluarga

Dari Simbol ke Substansi: Menyelami Makna Tepuk Sakinah

1 Oktober 2025
Keluarga Mubadalah
Hikmah

Keluarga dalam Perspektif Mubadalah

30 September 2025
Berbeda Agama
Hikmah

Membaca Kembali Relasi Nabi dengan Umat Berbeda Agama

28 September 2025
Akhlak Nabi dalam
Hikmah

Meneladani Akhlak Nabi dalam Relasi Antarumat Beragama

28 September 2025
Perceraian
Buku

Ketika Perceraian Memerdekakan dan Bagaimana Menulis Menjadi Terapinya

27 September 2025
La Rimpu
Personal

Di Balik Tirai La Rimpu, Ketika Cinta Kasih Menjadi Keluarga

27 September 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kehilangan Mama

    Apa Rasanya Kehilangan Mama?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kampanye Inklusivitas Tanpa Eksploitasi Disabilitas di Sosial Media

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pendidikan Anak ala Nabi Muhammad Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Esensi Beragama, Film PK Mengajarkan Soal Cinta dan Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Simbol ke Substansi: Menyelami Makna Tepuk Sakinah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyoal Esensi Beragama, Film PK Mengajarkan Soal Cinta dan Kemanusiaan
  • Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda
  • Apa Rasanya Kehilangan Mama?
  • Pendidikan Anak ala Nabi Muhammad Saw
  • Dari Simbol ke Substansi: Menyelami Makna Tepuk Sakinah

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID