• Login
  • Register
Jumat, 27 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

Bila KDM atau institusi militer benar-benar akan menerapkan kebijakan ini pada siswa perempuan, mereka wajib memastikan bahwa aspek keamanan, privasi, dan psikologis benar-benar diperhatikan.

Sukma Aulia Rohman Sukma Aulia Rohman
11/05/2025
in Publik
0
Barak Militer

Barak Militer

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pelajar perempuan yang masuk ke barak militer harus mendapatkan ruang aman dan nyaman selama berada di sana.

Mubadalah.id – Belakangan ini media massa diwarnai oleh berbagai berita seputar kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, atau yang kerap disapa KDM.

Sejak dilantik sebagai gubernur, KDM banyak melakukan gebrakan, terutama dalam sektor pendidikan di Jawa Barat. Di antara kebijakan yang di keluarkan adalah larangan study tour, pelarangan perpisahan dan wisuda sekolah, penghentian dana hibah bagi yayasan, dan yang akhir-akhir ini ramai yaitu siswa nakal masuk barak militer.

Rangkaian kebijakan KDM tersebut memicu beragam respons dari masyarakat. Ada yang menilai kebijakan ini sebagai langkah tegas yang akan membawa perubahan positif bagi dunia pendidikan di Jawa Barat. Namun, tak sedikit pula yang mempertanyakan dampak kebijakan tersebut terhadap para siswa, terutama dari sisi psikologis dan pendekatan pendidikan.

Siswa Nakal Masuk Barak Militer

Kebijakan paling menyita perhatian adalah pengiriman siswa nakal ke barak militer. Menurut KDM, langkah ini bertujuan membentuk kedisiplinan dan karakter siswa melalui pendekatan ala militer.

Baca Juga:

Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi

Difabel dan Kekerasan Seksual: Luka yang Sering Tak Dianggap

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Para siswa yang dikirim ke barak adalah mereka yang dianggap bermasalah yaitu terlibat tawuran, konsumsi minuman keras, penyalahgunaan obat-obatan, hingga kecanduan game. Mereka masuk dalam kategori sulit diatur oleh sekolah dan orang tua.

Sebelum kebijakan ini diuji coba, berbagai kritik dan pertanyaan telah muncul, terutama soal efektivitasnya dalam menyelesaikan akar masalah perilaku siswa. Meski pro dan kontra mencuat di tengah publik, pemerintah tetap melanjutkan implementasinya.

Melansir dari Kompas.com, uji coba program siswa nakal masuk barak dimulai pada 2 Mei 2025 di dua daerah: Bandung dan Purwakarta. Sebanyak 39 siswa SMP yang sulit ditangani dikirim ke Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Armed 9, Purwakarta. Sementara di Bandung, 30 siswa lainnya dikirim ke Rindam III Siliwangi.

Di barak militer, para siswa menjalani aktivitas ala tentara: mengenakan seragam loreng, berambut cepak, dan melakukan latihan fisik seperti push-up. Kegiatan belajar tetap berlangsung dengan kehadiran guru yang mereka tugaskan khusus untuk mengajar di lokasi.

Pro dan Kontra

Meski telah berjalan, program ini terus menuai kontroversi. Banyak pihak meragukan efektivitas pendekatan militer dalam menangani perilaku remaja. Sebab, pendekatan keras khawatir justru dapat memperburuk kondisi mental siswa.

Pengamat pendidikan, Doni Koesoema, menyatakan bahwa kebijakan ini bisa menimbulkan stigma negatif bagi siswa yang terlibat. Label nakal yang melekat justru akan memperburuk kondisi psikologis mereka, bukan menyelesaikan persoalan yang ada.

Selain itu, peran orang tua dan guru juga menjadi sorotan. Mereka seharusnya menjadi garda terdepan dalam mendidik dan membimbing anak, bukan justru menyerahkannya kepada sistem militer yang belum tentu cocok dengan konteks pendidikan remaja.

Bagaimana dengan Siswi Perempuan?

Di tengah sorotan terhadap siswa laki-laki yang dikirim ke barak, muncul pertanyaan penting: bagaimana dengan siswa perempuan? Apakah pendekatan serupa juga berlaku bagi mereka?

Jika iya, maka perlu ada perhatian khusus. Dunia militer selama ini identik dengan dominasi laki-laki. Maka, siswi perempuan yang masuk ke barak militer harus mendapatkan jaminan terkait ruang aman dan nyaman selama berada di sana.

Selain aspek keamanan, kebutuhan privasi bagi perempuan juga sangat penting. Ada banyak hal yang bersifat personal dan hanya bisa dilakukan jika mereka memiliki ruang sendiri. Misalnya, bagi siswa Muslimah, mereka membutuhkan ruang tertutup untuk berhijab atau berganti pakaian tanpa khawatir dilihat laki-laki.

Di sisi lain, perhatian terhadap kebutuhan perempuan dalam sistem seperti ini sangat krusial. Dalam masyarakat yang masih patriarkis, kebutuhan dan kenyamanan perempuan sering kali terabaikan.

Oleh sebab itu, jika KDM atau institusi militer benar-benar akan menerapkan kebijakan ini pada siswa perempuan. Maka mereka wajib memastikan bahwa aspek keamanan, privasi, dan psikologis benar-benar KDM perhatikan. []

Tags: Barak MiliterRuang AmanSiswa NakalSiswi Perempuan
Sukma Aulia Rohman

Sukma Aulia Rohman

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Sejarah Indonesia

Dari Androsentris ke Bisentris Histori: Membicarakan Sejarah Perempuan dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

27 Juni 2025
Iran dan Palestina

Iran dan Palestina: Membaca Perlawanan di Tengah Dunia yang Terlalu Nyaman Diam

26 Juni 2025
Hijrah

Tahun Baru Islam, Saatnya Hijrah dari Kekerasan Menuju Kasih Sayang

25 Juni 2025
Menjaga Ekosistem

Apa Kepentingan Kita Menjaga Ekosistem?

25 Juni 2025
Simbol Keadilan

Sebutir Nasi sebagai Simbol Keadilan

25 Juni 2025
Etika Berbagi

Berbagi dan Selfie: Mengkaji Etika Berbagi di Tengah Dunia Digital

24 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nurhayati Subakat

    Nurhayati Subakat, Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Wardah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meluruskan Pemahaman Keliru terhadap Konsep Fitnah Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dari Androsentris ke Bisentris Histori: Membicarakan Sejarah Perempuan dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia
  • Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan
  • Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?
  • Nurhayati Subakat, Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Wardah
  • Menafsir Ulang Perempuan Shalihah: Antara Teks dan Konteks

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID