Mubadalah.id – Dalam beberapa teks hadits tentang teladan Nabi Muhammad Saw, mungkin dapat kita simpulkan bahwa hukum suami mengasuh anak adalah sunah yang sangat dianjurkan.
Jike merujuk dalam berbagai teks hadits, hukum suami mengasuh anak yang sunnah ini merupakan bagian dari ekspresi sifat kasih sayang yang sering ditunjukkan Nabi Muhammad Saw.
Misalnya, dalam Sahih Bukhari (no. hadits: 6063) menyebutkan sebuah teks tentang teladan Nabi Saw mengasuh cucunya, Hasan dan Husein bin Fathimah ra, menggendong dan menciumnya. Teks ini bisa menjadi rujukan untuk menyatakan bahwa hukum suami mengasuh anak adalah sunnah.
Kesunahan hukum suami mengasuh anak juga bisa kita simpulkan dari praktik Nabi Muhammad Saw. Yaitu bahwa beliau sangat mencintai dan menyayangi anak-anak, laki-laki maupun perempuan.
Nabi Saw sering menyapa mereka, menyambut kehadiran mereka, mengajak mereka bermain, dan mencium kening mereka.
Ketika ada seorang sahabat yang bercerita di hadapan Nabi Saw, bahwa praktik suami mengasuh anak jarang ia lakukan sehingga ia tidak dekat dengan anak-anaknya. Mendengar jawaban itu, Nabi Saw justru menegurnya (Sahih Bukhari, no. 6063).
Kemudian, Nabi Saw mempercepat shalat ketika mendengar tangis bayi di jama’ah perempuan, agar si bayi segera memperoleh ketenangan (Sahih Bukhari, no. 712).
Nabi Saw Memuji Seorang Ibu
Nabi Muhammad Saw juga memuji seorang ibu yang membelah satu kurma menjadi dua untuk kedua putrinya (Musnad Ahmad, no. 22603).
Bahkan beliau saat sujud membiarkan punggung beliau dinaiki kedua cucu Hasan dan Husein (Sunan Nasa’i, no. 1149)
Cucu Nabi Saw yang perempuan, bernama Umamah bint Abu al-‘Ash ra, putri dari Zainab bint Rasulullah Saw juga sering Nabi Saw asuh. Umamah sering Nabi Saw ajak main, beliau pangku, gendong, bahkan membawanya ke masjid untuk shalat.
Beberapa catatan hadits menyebutkan bahwa Nabi Saw pernah shalat dengan tetap menggendong Umamah bint Abu al-‘Ash ra.
Ketika beliau sujud, Umamah Nabi Saw meletakkan terlebih dahulu, dan ketika mau berdiri Ummah gendong lagi (Sahih Bukhari, no. 515).
Karena cinta yang besar ini, seperti kata Sayyidah Aisyah ra, ketika Nabi Saw memperoleh hadiah kalung dari Yaman, langsung beliau berikan kepada Umamah ra. Ada beberapa kisah juga, saat seorang sahabat yang menitipkan anak kepada Nabi Muhammad Saw dan meminta untuk mengasuh dan mendoakannya.
Semua teks-teks hadits ini, terang benderang, menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw, sebagai laki-laki, ikut terlibat dalam kerja-kerja pengasuhan anak. Dengan teladan ini, kita bisa menyimpulkan bahwa hukum suami mengasuh anak adalah sunnah dalam Islam.
Begitupun beberapa sahabat laki-laki mempraktikkan teladan Nabi Saw tersebut. Sehingga hukum suami mengasuh anak ini menjadi sunnah yang Nabi Saw anjurkan. Karena itu, tidak benar, jika mengatakan bahwa pengasuhan dan pendidikan anak hanya menjadi tanggung-jawab istri semata, tanpa keterlibatan suami.
Dalam perspektif mubadalah, suami dan istri bertanggung-jawab bersama dalam mengasuh dan mendidikan anak. Suami istri yang mengasuh anak secara bersamaan akan membawa keberkahan dalam keluarga mereka. []