• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Bagi Istriku, Bekerja Itu Pilihan

Cahana Di'in Cahana Di'in
22/11/2017
in Kolom
0
bekerja itu pilihan

bekerja itu pilihan

17
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Lima tahun lalu, 2012 adalah tahun istriku memutuskan untuk cuti bekerja sebulan menjelang kelahiran anak kami yang pertama. Keputusan untuk cuti ini memang wajar dan umum di dunia kerja. Perempuan yang akan melahirkan bayinya mendapatkan kesempatan cuti kerja hingga waktu tertentu. Baginya, bekerja itu pilihan.

Sampailah pada masa berakhirnya cuti kerja istriku sebagai seorang asisten dosen pada sebuah kampus swasta di Cirebon. Namun yang membuatku terharu adalah keputusan besar yang datang dari kearifan dirinya. Istriku memilih mengasuh anak hingga anakku besar atau paling tidak menginjak usia dua tahun. Aku sendiri tidak memaksa istriku untuk bekerja atau tidak sebab bagiku istriku sendirilah yang bisa memilih antara dua pilihan tersebut.

Istriku mencoba berlogika dalam memutuskan hal besar dalam hidupnya itu. Aku sendiri mendukung dan mengiyakan jalan pemikirannya. “Ayah (pangilan istriku kepadaku), banyak perempuan bisa hamil dan melahirkan, namun belum tentu bisa menjadi ibu bagi anaknya,” ujarnya membuka pembicaraan.

 

“Ya sependapat denganmu Bunda (panggilanku untuk istriku), namun apakah saat ini Bunda tidak ingin kembali ke dunia kerja untuk mengamalkan ilmumu?” ucapku. “Anak bisa kita titipkan ke orang tua kita atau ke pengasuh anak supaya Bunda bisa bekerja,” tandasku meyakinkan.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

“Tidak Ayah, Bunda mengalah untuk tidak bekerja dulu. Bunda ingin ketika anak kita belajar berbicara atau belajar bersosialisasi itu adalah hasil didikanku. Bukan orang lain,” jawabnya menguatkan pilihannya untuk fokus pada pengasuhan anak.

Saat itu, Aku hanya bisa mendukung keputusannya ini untuk tetap fokus mendidik anak sendiri. Ada rasa bangga terlintas dalam hati. Ada pula rasa hormat atas sikap tegas yang diambilnya itu. Keputusan untuk mengasuh anaknya ini berlangsung hingga anak kami yang kedua berusia setahun. Setelah itu istriku memilih untuk bekerja lagi.

Bukan hal yang mudah bagi istriku mengurus anak sendiri walaupun aku berbagi waktu untuk sama-sama mengurus anak bersamanya. Selama masa lima tahunan, istriku menahan gejolak batin yang berkecamuk dalam diri. Saat melihat temannya bekerja atau saat berbincang dengan kawan lamanya tentang pekerjaan, rasa ingin segera bekerja muncul lagi.

“Aku hanya ingin mengamalkan ilmu dan bersosialiasi seperti saat menjadi aktifis mahasiswa dan saat bekerja dulu,” harap istriku.

Aku menenangkannya dengan sedikit berargumen. “Ingat tujuanmu untuk mendidik anak kita dengan tanganmu sendiri istriku. Ada saatnya yang tepat bagimu untuk bekerja. Aku dukung pekerjaan yang kamu geluti nanti, asalkan positif.”

Waktu berjalan begitu cepat hingga akhirnya kami berpindah ke Kuningan. Aku mendapat amanah bergabung dalam pengelolaan sebuah lembaga pendidikan Islam. Sampai suatu ketika aku mencoba membuka pembicaraan dengan istriku tentang pekerjaan dan posisi istri yang bekerja.

Istriku berpendapat bahwa suamilah yang memiliki tanggung jawab utama mencari nafkah untuk keluarga. Jika seorang suami dalam keadaan tertentu tidak bisa bekerja lagi, maka istri bisa ikut andil bekerja. Hal demikian demi keberlangsungan upaya mempertahankan rumah tangga.

Lalu aku menanggapi pembicaraannya. Aku menanyakan bagaimana kalau istriku bekerja lagi. Namun istriku khawatir jika kemampuan yang dimilikinya tidak sesuai lagi dengan dunia kerja saat ini. Namun aku menyakinkan bahwa selain pengalaman mengajar, istriku mempunyai pengalaman penyuluhan keluarga di KUA tempatnya dulu bekerja sebelum menikah.

 

Aku menjelaskan bahwa ada pekerjaan yang sesuai dengan pengalaman dan ketertarikan (interest) istriku. Pekerjaan dalam bidang pengarahan, bimbingan dan pengasuhan anak dalam sebuah lembaga pendidikan Islam sedang dibuka. Aku sampaikan ke istriku. Namun setelah mempertimbangkan banyak hal istriku menunggu anakku berumur setahun dulu. Baru setahun setelah diskusi ini, istriku siap untuk bekerja lagi.

Aku hanya bisa memeberikan sedikit wejangan untuk istriku.

“Bekerja atau tidak itu pilihan bagimu. Namun jika ingin mengamalkan ilmumu silahkan saja istriku. Yang penting kita tetap menjalin komunikasi yang baik di antara kita berdua.”

“Tentang pengurusan anak, kita bisa berbagi tugas dalam mendidik mereka. Namun jangan lupa anak-anak kita tetap harus mendapatkan kasih aying dari kita berdua sebagai ayah dan bunda mereka.”

“Kuantitas kebersamaan memang penting. Namun yang lebih penting lagi adalah kualitas kebersamaan kita. Seberapa pun sibuknya kita berdua, kita fokuskan perhatian pada keluarga kecil kita.”

From your husband.
Kuningan, 01-10-17

Tags: agamaIstri Bekerjajanji kokohkekerasankeluargaKeluarga Bahagiaketerlibatan laki-laki di rumahlaki-lakipendidikan anakperempuanRelasi suami-isteri
Cahana Di'in

Cahana Di'in

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version