Mubadalah.id - Kisah sebelumnya, menceritakan bagaimana awal mula Sahir bertemu dengan Sahira. Namun sayang, takdir tak dapat ditolak. Sahir yang...
SelengkapnyaDetailsMubadalah.id - Sahira yang cantik. Berkulit coklat cerah dengan rambut berwarna coklat tua keriting. Panjang dan terurai indah. Matanya besar...
SelengkapnyaDetailsMubadalah.id - Sekali dalam setahun, kamu berharap disinggahi rupa ibumu di halaman mimpi-mimpimu yang gelap di hari-hari yang panjang. Kamu...
SelengkapnyaDetailsMubadalah.id - Pagi telah tiba, matahari menyapa dengan lembut lewat sinarnya, menghalau rasa dingin di kota yang terkenal sebagai kota...
SelengkapnyaDetailsMubadalah.id - Aku terlambat mengunjungi Bapak di perkebunan, meskipun hanya melihat-lihat tanaman sekitar. Daunnya elips memanjang berwarna merah pucat, tidak...
SelengkapnyaDetailsMubadalah.id - Suasana ramai, teriakan, candaan, saling meledek dan ada yang menyanyi cukup lantang, sama sekali tidak mempengaruhi Udin yang...
SelengkapnyaDetailsMubadalah.id - “Tidak Ayah, Aila tidak ingin menikah, Aila mau kuliah!!!” terdengar isak tangis Aila dari bilik kamar. “Aila! berani...
SelengkapnyaDetailsMubadalah.id - Lalu, apa sejatinya tujuan nikah? Mengapa kita harus menikah? Mengapa mereka harus menikah? Mengapa Anda harus menikah? Mengapa...
SelengkapnyaDetailsMubadalah.id - Ada yang tak pernah bisa hilang. Tentang sebuah kenang di masa silam. Pahit memang. Tapi entah mengapa kenangan...
SelengkapnyaDetailsMubadalah.id - “Ainun, sampean ndak berangkat kuliah to ?, hari sudah siang begini.” “Mboten buk’e, hari ini libur, Ainun baru...
SelengkapnyaDetails