• Login
  • Register
Selasa, 6 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Santri, dan Kisah Dibalik Kain Sarung

Aisyah memilih menutup rapat peristiwa yang menakutkan itu dengan tersenyum, mengambil hikmahnya serta merasai dengan ikhlas dan bersyukur bahwa Allah masih begitu menyayangi, dan melindunginya bahkan hingga sekarang

fatmi isrotun nafisah fatmi isrotun nafisah
17/10/2021
in Sastra
0
Ustadzah Oki

Ustadzah Oki

218
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pagi telah tiba, matahari menyapa dengan lembut lewat sinarnya, menghalau rasa dingin di kota yang terkenal sebagai kota terdingin di Jawa Tengah. Pagi menjadi awal semangat baru bagi seorang gadis santri bernama Aisyah, ia sudah mandi besar setelah selesai masa haidnya di hari Jumat ini. Sebagai seorang santri tahfidz (penghafal Al-Qur’an) kerinduannya dengan kalamullah sudah tidak bisa terbendung lagi. Ia ingin segera bersiap-siap lantas memurajaah (mengulang kembali) hafalannya.

Aisyah nampak gundah gulana, ia sangat ingin mengaji namun suasana begitu ramai, apalagi di hari Jumat yang bagi santri lainnya adalah hari libur, hari weekend, hari bersantai-santai ria, dan hari untuk melepas penat dari rutinitas mengaji.

Aisyah memilih menepi sejenak, mencari suasana baru yang bisa membuatnya khusyuk dalam memurojaah Al-Qur’an. Ia pun segera beranjak menuju mushala warga yang tentu saja berada di luar kompleks pondok. Mushala itu tidak terlalu jauh sebenarnya, tapi setidaknya tidak terlalu ramai, pikir Aisyah.

Sesampainya di Mushala, Aisyah segera menuju lantai dua, sudah ada dua orang anak santri yang sedang mendarus Al-Quran. Lantas Aisyah memilih duduk di balkon, ia memulai memurajaah ayat demi ayat yang telah dihafalnya. Detik terus berdetak, Aisyah merasai betapa nikmatnya mendaras Al-Qur’an sampai menjelang orang-orang melaksanakan ibadah shalat Jumat.

Dua anak santri  itu telah berlalu, mungkin lelah lantas memilih menyudahi untuk beristirahat. Tersisa Aisyah seorang diri di mushala itu. Sebenarnya Aisyah juga merasa sedikit mengantuk, angin yang semilir-milir membuat dirinya semakin ingin merebahkan diri, namun ia masih ingin mengaji.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Gus Dhofir Zuhry Jabarkan Kriteria Minimum Seorang Ulama
  • Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Berbagi Pengalaman dengan Ustazah Pondok: Pentingnya Membangun Komunikasi Antara Orang Tua dan Anak
  • Inspirasi Pesantren Hijau di Pesantren Mahasina

Baca Juga:

Gus Dhofir Zuhry Jabarkan Kriteria Minimum Seorang Ulama

Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata

Berbagi Pengalaman dengan Ustazah Pondok: Pentingnya Membangun Komunikasi Antara Orang Tua dan Anak

Inspirasi Pesantren Hijau di Pesantren Mahasina

Akhirnya Aisyah memilih duduk di dalam mushala, meletakkan Al-Qur’annya dimeja lalu mendarasnya lagi sekuat tenaga. Suara azan shalat Jumat sudah bergema menemani irama mengajinya yang semakin larut hingga tak sadarkan diri.

***

Aisyah, gadis ayu yang tengah merantau di kota orang, mencari ilmu untuk bekal masa depannya. Ia tak pernah menyangka, kemalangan yang menimpa dirinya di hari Jumat siang hari, tepat ketika orang-orang tengah khusyuk menjalankan ibadah shalat Jumat. Semoga Allah selalu mengasihinya.

Aisyah begitu mengingat dan langsung terkejut ketika pertama kali ia terbangun ada seorang laki-laki yang hendak membuka sarungnya. Belum sempat terjadi, Aisyah langsung tersadar dengan menyebut-nyebut, “Allah… Ya Allah…” laki-laki itu juga nampak kaget dan segera berlalu sembari membetulkan kancing celananya yang entah kenapa bisa terbuka, laki-laki itu segera menuruni anak tangga.

Aisyah sangat ketakutan bahkan hampir menangis, ia meraba pakaiannya yang  masih utuh tanpa terbuka sedikitpun. Segera Aisyah menutup Al-Qur’annya yang masih terbuka, melihat jam sekilas, sepertinya ia tertidur sekitar setengah jam, dan entah sejak kapan laki-laki itu naik ke lantai dua. Aisyah segera turun dan pergi dari mushala, ia sempat menatap jijik laki-laki yang ditemuinya lagi di lantai bawah. Aisyah tidak tahu harus berbuat apa, ingin berteriak meminta tolong, tapi ia tidak punya keberanian sebesar itu. Perasaannya begitu kalut dan takut.

Aisyah memilih berlari kencang, wajahnya pucat, jantungnya berkelebat tak menentu, Ia ingin menangis sejadi-jadinya. Oh, Aisyah gadis cantik yang tiba-tiba ditimpa kemalangan. Gusti Allah Ingkang Welas Asih, Gusti Allah masih menyayangimu.

Hari-hari kemudian Aisyah sakit demam, kejadian itu menjadikannya trauma, bayang-bayang laki-laki itu masih membekas meski tidak begitu jelas. Sesekali Aisyah merasa begitu takut dan bingung, sesekali Aisyah menangis sejadi-jadinya. Teman-teman santri sekamarnya juga tidak tahu menahu, meski sudah merawatnya dengan baik atau bahkan mengajaknya berbicara, Aisyah tetap seperti dibungkam.

***

Suasana di gedung baru pondok pesantren nampak ramai. Di hari yang cerah, langit biru nampak memberi harapan yang baru, semangat yang kini dijunjung tinggi oleh Aisyah, mengiringi langkahnya menuju acara seminar mengenai pencegahan pelecehan seksual di lembaga non formal. Para santri terlihat begitu antusias, tentu saja karena mereka akan mendapatkan pengetahuan baru tentang apa itu pelecehan, jenis-jenis pelecehan, dampak pelecehan, hingga prosedur pengaduan apabila terjadi pelecehan seksual.

Aisyah menatap dirinya sendiri dengan senyum yang terus mengembang, mengikuti acara seminar ini membuat dirinya semakin memahami tentang perilaku pelecehan seksual, dan kekerasan terhadap perempuan. Ia mengingat kejadian yang sudah berbulan-bulan berlalu, Aisyah tahu bahwa dirinya kuat dan mampu melewati semua cobaan yang telah menimpanya.

Aisyah memilih menutup rapat peristiwa yang menakutkan itu dengan tersenyum, mengambil hikmahnya serta merasai dengan ikhlas dan bersyukur bahwa Allah masih begitu menyayangi, dan melindunginya bahkan hingga sekarang. Kesadaran untuk lebih berani dan bangkit dari masa lalu yang kelam itulah yang harus dimiliki setiap perempuan. Oh, Aisyah terimakasih sudah memberikan kita banyak pelajaran kehidupan. []

Tags: Pencegahan Pelecehan SeksualPondok PesantrenSantri
fatmi isrotun nafisah

fatmi isrotun nafisah

Fatmi Isrotun Nafisah adalah perempuan kelahiran Purbalingga, dan baru saja lulus dari Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2022

Terkait Posts

Jilbab

Jilbab, Bukan Indikasi Kesalihanku

14 Mei 2023
Cerita dari Jum'at

Cerita dari Jum’at ke Jum’at

7 Mei 2023
Mencintai Pisau Dapur

Mencintai Pisau Dapur, Momentum Hari Raya

30 April 2023
Makna Tulang Rusuk

Makna Tulang Rusuk bagi Perempuan

16 April 2023
Perempuan dan Sarung

Perempuan dan Sarung

9 April 2023
Bidadari Surga

Perempuan yang Menggugat Bidadari Surga (Bagian Pertama)

24 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji

    Taushiyah Mengantar Jamaah Haji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Pasangan Hidup Pergi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inara Rusli Lepas Cadar demi Pekerjaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Relasi Agama dan Negara Dalam Pandangan Buya Husein
  • Belajar Welas Asih Lewat Buku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah
  • 4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah
  • Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist