• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Perjuangan Cut Nyak Meutia

Mubadalah Mubadalah
29/07/2022
in Figur
0
Perjuangan Cut Nyak Meutia

Perjuangan Cut Nyak Meutia

223
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pirak merupakan salah satu daerah uleebalang di Aceh yang pada tahun 1870-an berada di bawah kepemimpinan seorang Ben yang bernama Teuku Ben Daud. Dia memperistri seorang anak uleebalang Ben Seuleumak yang bernama Cut Jah. Dari perkawinannya ini lahir di antaranya seorang anak perempuan bernama Meutia. Apa saja perjuangan Cut Nyak Meutia?

Sebagaimana lazimnya bagi setiap anak perempuan di Aceh, sebelum menanjak remaja, Cut Nyak Meutia dididik dengan pelajaran-pelajaran agama Islam di tempat-tempat pengajian. Selain itu, pendidikan juga diajarkan melalui seorang ulama yang didatangkan ke rumahnya. Oleh karena pendidikan agama yang diterimanya sejak kecil, ia merasakan dengan sungguh-sungguh kebesaran agama Islam yang dianutnya.

Menurut Meutia, untuk kepentingan agama  manusia di dunia haruslah mengorbankan segala-galanya, baik harta benda, pangkat, bahkan nyawa sekalipun. Demikian keyakinan yang tertanam di dalam dada Cut Nyak Meutia. Dia diperistri oleh Teuku Syamsarif pada 1890. Namun demikian ada pertentangan batin antara dirinya yang ingin berjuang mengusir orang kafir Belanda dengan suaminya yang bersedia bekerjasama dengan Belanda. Perbedaan prinsip ini membawa perceraian bagi keduanya. Kemudian Cut Nyak Meutia menikah dengan Teuku Cut Muhammad (lebih dikenal dengan sebutan Teuku Chiek Tunong, seorang uleebalang Keureutoe di bagian Tunong) dan mereka bersama-sama dalam berperang melawan Belanda.

Dalam perang menghadapi pasifikasi Belanda, Teuku Ben daud dibantu oleh anak-anaknya beserta para pengikutnya. Setelah daerah mereka dirampas musuh, mereka memindahkan pusat pemerintahan yang sekaligus menjadi pusat pertahanan, ke hulu Krueng Jambo Aye. Daerah ini sejak 1905 kemudian dijadikan pusat pasukan Cut Nyak Meutia yang terus melakukan perang gerilya meskipun Sultan Muhammad Daud dan Panglima Polim telah turun pada 1903.

Cut Nyak Meutia bersama suaminya bergerilya dari gunung ke gunung berjuang di jalan Allah untuk membantu kaum muslim dalam melawan kaum kafir. Cut Nyak Meutia tidak hanya bertindak sebagai seorang istri saja, tetapi ia sangat aktif mengatur taktik dan strategi pasukan muslimin dalam penyerangan terhadap musuh serta merampas persenjataan untuk memperkuat gerilyawan muslimin. Dalam setiap pertempuran yang terjadi di kawasan mereka, Cut Nyak Meutia selalu tampil sebagai panglima, berjuang di samping suaminya, bertempur, dan memimpin pertempuran. Pasukan Cut Nyak Meutia banyak berhasil menumpas patroli-patroli Belanda.

Baca Juga:

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

Kartini Tanpa Kebaya

Empat Cara Laki-laki Membuktikan Cinta pada Kartini

Kenalin nih Marie Thomas, Pionir di Dunia Medis Indonesia

Dalam perkembangannya, masa suram perjuangan Cut Nyak Meutia terjadi ketika suaminya dihukum tembak oleh Belanda. Namun Cut Meutia tidak berhenti berjuang. Setelah menjanda, kemudian ia diperistri oleh Pang Nanggro (mantan panglima pasukan Teuku Chiek Tunong). Hal ini berlangsung demi perjuangan yang tidak terhenti, sesuai dengan wasiat dari Teuku Chiek Tunong sebelum dihukum mati. Perjuangan melawan Belanda pun diteruskan secara bergerilya bersama Pang Nanggro. Belanda dengan gencar dan bersusah payah melakukan perlawanan terhadap pasukan Pang Nanggro dan Cut Nyak Meutia.

Dalam sebuah pertempuran pada akhir September 1910, Pang Nanggro akhirnya gugur, tetapi Cut Meutia bersama anaknya dapat meloloskan diri dan meneruskan perjuangan. Pasukan Cut Nyak Meutia kemudia bergerilya. Pasukan Belanda terus melakukan pengejaran. Ketika berada di daerah Lhok Reuhat, pasukan Belanda berhasil mengepungnya. Dalam pertempuran itu Cut Nyak Meutia dengan gagah berani dan tanpa rasa sakit bertempur dan memberi komando untuk menyerbu dengan menggunakan pedang, rencong, dan senjata lain. Akhirnya, tiga butir peluru mengenai badannya. Ia roboh ke bumi dan syahid sebagai pahlawan pejuang Islam yang gagah berani.

Penulis: Prof. Dr. Hj. Sri Suhandjati Sukri, at al.
Sumber: Ensiklopedi Islam & Perempuan (Penerbit NUANSA, 2009)

Tags: Cut Nya MutiaPahlawan AcehPahlawan PerempuanUang seribu
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Rasuna Said

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

5 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version