• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Darurat Pelecehan Seksual: Ketika Keteladanan Retak, dan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Diabaikan

Mayoritas kasus kekerasan seksual yang terungkap memperlihatkan satu pola yang konsisten: relasi kuasa yang timpang antara pelaku dan korban.

Raisa Zuhra Salsabila Awaluddin Raisa Zuhra Salsabila Awaluddin
11/04/2025
in Publik, Rekomendasi
0
Darurat Pelecehan Seksual

Darurat Pelecehan Seksual

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kasus-kasus pelecehan seksual akhir-akhir ini yang melibatkan public figure di Indonesia terus menjadi sorotan. Seorang dosen dari Universitas terkemuka, dokter spesialis di rumah sakit swasta, kyai dari lingkungan pesantren, hingga aparat kepolisian, seluruhnya tersangkut dalam laporan tindak kekerasan seksual.

Fenomena darurat pelecehan seksual ini bukan hanya menunjukkan penyalahgunaan posisi dan kekuasaan, tetapi juga menyingkap akar dari persoalan yang selalu terabaikan. Yaitu, minimnya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas yang komprehensif dalam sistem sosial dan kita.

Kekerasan Seksual dalam Bayang-bayang Kuasa

Ketika pelaku memiliki otoritas dalam akademik maupun medis, spiritual dan hukum korban kerap berada dalam posisi tidak berdaya. Relasi kuasa yang timpang menciptakan ruang bagi manipulasi, tekanan psikologis, dan kekerasan yang disamarkan sebagai pembinaan, perhatian atau bagian dari proses pendidikan dan keagamaan.

Mayoritas kasus kekerasan seksual yang terungkap dalam waktu dekat ini memperlihatkan satu pola yang konsisten: relasi kuasa yang timpang antara pelaku dan korban. Di ruang kelas, pasien dan dokter, santri dan kyai, atau warga dan polisi, terdapat ketimpangan otoritas yang membuat korban sulit untuk berkata tidak.

Tidak sedikit yang membungkus pelecehan dalam narasi “pembinaan”, “kedekatan emosional”, atau bahkan “ujian iman.” Di mana semuanya menjadikan korban rentan dan bingung akan hak-haknya.

Baca Juga:

Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

Budaya Seksisme: Akar Kekerasan Seksual yang Kerap Diabaikan

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

Guru Besar dan Penceramah Agama Ketika Relasi Kuasa Menjadi Alat Kekerasan Seksual

Ironisnya, dalam konteks sosial yang menekankan kepatuhan terhadap otoritas, terutama otoritas laki-laki, kritik terhadap tindakan pelaku kerap dianggap sebagai pembangkangan atau penghinaan terhadap institusi yang lebih besar. Alhasil, pelaku terlindungi oleh struktur, sementara korban terbungkam oleh rasa malu dan ketakutan.

Keadilan tidak Cukup Tanpa Pencegahan

Undang-undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) dalam Kementerian PPPA tahun 2022, merupakan kemajuan penting dalam perlindungan hukum bagi korban. Namun, penegakan hukum saja tidak akan cukup. Upaya preventif melalui pendidikan yang inklusif dan berbasis hak asasi manusia harus menjadi prioritas.

Salah satu faktor mendasar yang luput dari perhatian dalam diskursus publik adalah minimnya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas yang komprehensif sejak usia dini. Dalam masyarakat yang masih kuat nilai patriarki dan norma sosial yang membungkam pembicaraan tentang tubuh dan seksualitas, kekerasan sering kali tidak dikenali oleh korban maupun lingkungannya.

Banyak individu tidak tahu batasan antara perhatian dan pelecehan, antara otoritas dan manipulasi, antara bimbingan dan eksploitasi.

Kekosongan edukasi ini menciptakan dua konsekuensi yang berbahaya. Pertama, korban tidak memahami bahwa dirinya sedang mengalami kekerasan, atau bahkan merasa bersalah atas pelecehan yang terjadi padanya. Kedua, pelaku merasa memiliki legitimasi baik secara sosial maupun institusional untuk melanjutkan tindakan tersebut tanpa rasa takut akan konsekuensi.

Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas harus kita perkenalkan secara sistematis, ilmiah, dan sesuai usia. Baik di sekolah, komunitas, maupun institusi keagamaan. Dengan pemahaman yang tepat, masyarakat akan lebih mampu mengenali bentuk kekerasan seksual, memahami pentingnya persetujuan dalam semua interaksi, dan menumbuhkan budaya saling menghargai.

Institusi Harus Bertanggung Jawab

Jika menilik Institusi pendidikan, layanan kesehatan, lembaga keagamaan, dan aparat penegak hukum, mereka memiliki tanggung jawab moral dan struktural. Terutama untuk menciptakan ruang yang aman.

Setiap institusi wajib menyediakan mekanisme pelaporan yang ramah korban, melakukan pelatihan bagi staf dan pemangku kebijakan, serta menindak tegas pelaku kekerasan seksual tanpa kompromi.

Transparansi, akuntabilitas, dan komitmen terhadap nilai-nilai keadilan menjadi prasyarat utama untuk memulihkan kepercayaan publik dan memperbaiki kerusakan sistemik yang telah berlangsung lama.
Di tengah maraknya kasus pelecehan seksual, kita tidak boleh hanya bereaksi terhadap kasus per kasus.

Perubahan harus kita mulai dari akar: pendidikan. Pendidikan yang membuka ruang diskusi, menghormati tubuh dan hak orang lain, serta membekali generasi muda dengan keberanian untuk berkata tidak terhadap kekerasan.
Karena pada akhirnya, tidak ada keadilan tanpa pengetahuan. Dan tidak ada perlindungan tanpa pencegahan. []

Tags: Darurat Pelecehan SeksualKekerasan seksualPerlindungan Korbanrelasi kuasaUU TPKS
Raisa Zuhra Salsabila Awaluddin

Raisa Zuhra Salsabila Awaluddin

Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait Posts

Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Perempuan Penguasa

Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Ruang Aman bagi Anak

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

30 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Kasus Argo

Kasus Argo UGM dan Sampai Kapan Nunggu Viral Dulu Baru Diusut?

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID