Mubadalah.id – Masuk dalam bagian dari kalangan rentan, perempuan seringkali menjadi korban dari KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Mereka kesulitan untuk terlepas dari jerat hubungan yang secara terang memberinya rasa sakit baik fisik dan psikis. Hal inilah yang juga tampil dalam Film Darlings.
Film Darlings yang rilis pada tahun 2022 ini, menyuguhkan alur cerita yang siap mengoyak emosi penonton. Bagaimana tidak, tokoh Badrunnisa yang diperankan oleh Alia Bhatt mengalami lebih dari empat kali perlakuan kekerasan dari suaminya, Hamza yang diperankan oleh Vijay Varma. Alih-alih minta maaf, Hamza justru selalu bersikap seolah tidak bersalah atas perlakuannya.
Berharap Bisa Mengubah Karakter Pelaku
Di awal pernikahan, Badru menjadi bulan-bulanan Hamza karena dua kerikil yang bersarang di nasi yang ia hidangkan. Tak disangka, Hamza justru memaki Badru dan menjambaknya hingga terjatuh dari kursi makan. Badru hanya berpikir bahwa itu adalah pengaruh dari Alkohol yang tiada henti ia konsumsi suaminya setiap hari dan dia yakin bisa mengubah kebiasaan buruk Hamza tersebut.
Momen selanjutnya, Badru berinisiatif untuk memberi obat pereda kecanduan yang ia beli di pasar. Tanpa berpikir panjang, Badru pun memasukan obat tersebut ke dalam kuah kari yang akan ia hidangkan ketika Hamza pulang kerja.
Sialnya, ketika Hamza pulang melewati pasar, sang penjual obat justru tak sengaja menyinggung Hamza soal obat pereda yang ia jual. Sudah bisa ditebak bagaimana nasib Badru? Ya, wajah Badru hampir dimasukkan ke dalam panci berisi kuah kari yang mendidih.
Tak hanya sampai di situ, Badru justru ingin memberi suaminya kejutan dengan gaun merah sexy ditambah sepatu high-heels dengan warna senada. Ketika Hamza pulang dalam kondisi mabuk, yang ia lihat hanyalah kotak sepatu yang tersingkap.
Tanpa berpikir panjang, ia kembali meluapkan amarahnya yang berpikir Badru hanya membuang uang dengan berbelanja barang tidak penting. Kali ini jari Badru menjadi sasaran, dengan digetok ujung heels yang cukup runcing.
Nasib Perempuan Korban KDRT
Tinggal di rumah susun yang berdempetan, dari mulai suara teriakan Badru karena kesakitan hingga piring yang dibanting, seolah bukan hal aneh bagi tetangga mereka. Termasuk Ibu Badru, Shamsunnisa yang tinggal di bangunan rumah susun tepat di sebrang milik Badru dan Hamza.
Tentu Shamsu tidak hanya menjadi Ibu yang pasif. Justru peran Shamsu sangat dominan selama alur film ini. sebagai seorang single parent, Shamsu memahami kondisi Badru. Meski terkadang ia geram melihat anaknya yang masih saja kembali luluh oleh mulut Hamza. Ditambah Badru yang sangat menginginkan keturunan, selalu terbuai oleh janji Hamza yang akan berhenti dari alkohol dan memulai untuk program kehamilan.
Sekejap suasana berubah. Badru hamil dan Hamza berhenti mengonsumsi alkohol dalam beberapa bulan, setelah levernya rusak dan berpotensi mematikan jika ia kembali menegak alkohol. Tak bertahan lama, Hamza mencurigai Badru berselingkuh dengan Zulfi, pemuda yang selalu membantu Ibunya menjalankan usaha catering. Kembali terulang, Hamza marah dan mendorong Badru hingga jatuh terguling di tangga. Badru pun kehilangan bayinya. Di sinilah titik awal kesadaran Badru menjadi bulat.
Akhirnya, Badru, Shamsu dan Zulfi pun berinisiatif untuk membunuh Hamza, setelah suntikan dosis obat penenang ia berikan kepada Hamza. Bukan tanpa alasan, karena ketika Hamza tersadar, ia selalu mencoba untuk menghabisi nyawa Badru. Seolah menjadi jalan terakhir, mengikat Hamza di rel kereta api pun ia pilih untuk menyudahi semua drama yang berkepanjangan.
Apakah kesimpulannya Hamza tewas terlindas kereta api? Tentu bukan. Di saat terakhir kereta datang, Badru masih berpikir untuk tidak membunuh Hamza karena akan adanya bukti dan mereka bersalah. Takdir berkata lain, Hamza malah maju dan berdiri di atas rel lain sambal terus mengumpat bahwa ia akan membalaskan dendamnya kepada Badru. Tak lama kemudian, kereta dengan cepat menabraknya.
Selamanya, Kalajengking adalah Kalajengking
Katak beristirahat di tepi sungai. Kalajengking yang terjebak di banjir memohon kepada katak, “Tolong aku menyebrangi sungai”
Katak bertanya, “bagaimana jika kau menyengatku?”
Kalajengkingking menjawab, “Bodoh, jika kusengat kau, kita tenggelam. Kenapa aku mau bunuh diri?”
Katak memercayai kalajengking, jadi katak membiarkan kalajengking menaiki punggungnya
Lalu mereka menyebrangi sungai. Namun, setelah sampai di tengah sungai, kalajengking mengangkat ekornya dan menyengat katak. Mereka pun mulai tenggelam.
Katak yang tenggelam bertanya, “kalajengking, kenapa kau menyengatku”.
Kalajengking menjawab, “ aku kalajengking, itu yang aku lakukan”.
Cerita itu pertama Badru dengar dari Ibunya. Di mana melalui jalan pernikahan, bukanlah waktu yang tepat untuk mengubah tabiat seseorang. Terlebih tabiat itu adalah sifat yang buruk bahkan hingga ringan tangan.
Sejatinya, ketika dua manusia menikah, mereka tidak hanya menikah dengan masing-masing jiwa dan keluarga besar pasangan. Mereka pun menikah dengan karakter yang sudah terbentuk sejak kecil hingga dewasa yang mungkin disertai sejumlah inner child hingga pola didik yang keliru.
Dari film ini, saya melihat adanya keharusan lebih bagi seorang perempuan hari ini, dan yang akan menjadi generasi perempuan selanjutnya untuk berdaya. Sekalipun ia seorang ibu rumah tangga, dan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, sisi ke-berdaya-an harus ia miliki. Kita mulai dengan berdaya dalam bersuara dan bertindak. []