• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Film Darlings (2022): Sulitnya Perempuan Korban KDRT Lepas dari Toxic Relationship

Dari film ini, saya melihat adanya keharusan lebih bagi seorang perempuan hari ini, dan yang akan menjadi generasi perempuan selanjutnya untuk berdaya

Karina Rahmi ST Farhani Karina Rahmi ST Farhani
12/12/2022
in Film
0
Film Darlings

Film Darlings

494
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Masuk dalam bagian dari kalangan rentan, perempuan seringkali menjadi korban dari KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Mereka kesulitan untuk terlepas dari jerat hubungan yang secara terang memberinya rasa sakit baik fisik dan psikis. Hal inilah yang juga tampil dalam Film Darlings.

Film Darlings yang rilis pada tahun 2022 ini, menyuguhkan alur cerita yang siap mengoyak emosi penonton. Bagaimana tidak, tokoh Badrunnisa yang diperankan oleh Alia Bhatt mengalami lebih dari empat kali perlakuan kekerasan dari suaminya, Hamza yang diperankan oleh Vijay Varma. Alih-alih minta maaf, Hamza justru selalu bersikap seolah tidak bersalah atas perlakuannya.

Berharap Bisa Mengubah Karakter Pelaku

Di awal pernikahan, Badru menjadi bulan-bulanan Hamza karena dua kerikil yang bersarang di nasi yang ia hidangkan. Tak disangka, Hamza justru memaki Badru dan menjambaknya hingga terjatuh dari kursi makan. Badru hanya berpikir bahwa itu adalah pengaruh dari Alkohol yang tiada henti ia konsumsi suaminya setiap hari dan dia yakin bisa mengubah kebiasaan buruk Hamza tersebut.

Momen selanjutnya, Badru berinisiatif untuk memberi obat pereda kecanduan yang ia beli di pasar. Tanpa berpikir panjang, Badru pun memasukan obat tersebut ke dalam kuah kari yang akan ia hidangkan ketika Hamza pulang kerja.

Sialnya, ketika Hamza pulang melewati pasar, sang penjual obat justru tak sengaja menyinggung Hamza soal obat pereda yang ia jual. Sudah bisa ditebak bagaimana nasib Badru? Ya, wajah Badru hampir dimasukkan ke dalam panci berisi kuah kari yang mendidih.

Baca Juga:

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir Bagian II

KDRT Kejahatan yang Menodai Harkat dan Martabat Kemanusiaan

Bagaimana Sikap Masyarakat Jika Terjadi KDRT?

Tak hanya sampai di situ, Badru justru ingin memberi suaminya kejutan dengan gaun merah sexy ditambah sepatu high-heels dengan warna senada. Ketika Hamza pulang dalam kondisi mabuk, yang ia lihat hanyalah kotak sepatu yang tersingkap.

Tanpa berpikir panjang, ia kembali meluapkan amarahnya yang berpikir Badru hanya membuang uang dengan berbelanja barang tidak penting. Kali ini jari Badru menjadi sasaran, dengan digetok ujung heels yang cukup runcing.

Nasib Perempuan Korban KDRT

Tinggal di rumah susun yang berdempetan, dari mulai suara teriakan Badru karena kesakitan hingga piring yang dibanting, seolah bukan hal aneh bagi tetangga mereka. Termasuk Ibu Badru, Shamsunnisa yang tinggal di bangunan rumah susun tepat di sebrang milik Badru dan Hamza.

Tentu Shamsu tidak hanya menjadi Ibu yang pasif. Justru peran Shamsu sangat dominan selama alur film ini. sebagai seorang single parent, Shamsu memahami kondisi Badru. Meski terkadang ia geram melihat anaknya yang masih saja kembali luluh oleh mulut Hamza. Ditambah Badru yang sangat menginginkan keturunan, selalu terbuai oleh janji Hamza yang akan berhenti dari alkohol dan memulai untuk program kehamilan.

Sekejap suasana berubah. Badru hamil dan Hamza berhenti mengonsumsi alkohol dalam beberapa bulan, setelah levernya rusak dan berpotensi mematikan jika ia kembali menegak alkohol. Tak bertahan lama, Hamza mencurigai Badru berselingkuh dengan Zulfi, pemuda yang selalu membantu Ibunya menjalankan usaha catering. Kembali terulang, Hamza marah dan mendorong Badru hingga jatuh terguling di tangga. Badru pun kehilangan bayinya. Di sinilah titik awal kesadaran Badru menjadi bulat.

Akhirnya, Badru, Shamsu dan Zulfi pun berinisiatif untuk membunuh Hamza, setelah suntikan dosis obat penenang ia berikan kepada Hamza. Bukan tanpa alasan, karena ketika Hamza tersadar, ia selalu mencoba untuk menghabisi nyawa Badru. Seolah menjadi jalan terakhir, mengikat Hamza di rel kereta api pun ia pilih untuk menyudahi semua drama yang berkepanjangan.

Apakah kesimpulannya Hamza tewas terlindas kereta api? Tentu bukan. Di saat terakhir kereta datang, Badru masih berpikir untuk tidak membunuh Hamza karena akan adanya bukti dan mereka bersalah. Takdir berkata lain, Hamza malah maju dan berdiri di atas rel lain sambal terus mengumpat bahwa ia akan membalaskan dendamnya kepada Badru. Tak lama kemudian, kereta dengan cepat menabraknya.

Selamanya, Kalajengking adalah Kalajengking

Katak beristirahat di tepi sungai. Kalajengking yang terjebak di banjir memohon kepada katak, “Tolong aku menyebrangi sungai”

Katak bertanya, “bagaimana jika kau menyengatku?”

Kalajengkingking menjawab, “Bodoh, jika kusengat kau, kita tenggelam. Kenapa aku mau bunuh diri?”

Katak memercayai kalajengking, jadi katak membiarkan kalajengking menaiki punggungnya

Lalu mereka menyebrangi sungai. Namun, setelah sampai di tengah sungai, kalajengking mengangkat ekornya dan menyengat katak. Mereka pun mulai tenggelam.

Katak yang tenggelam bertanya, “kalajengking, kenapa kau menyengatku”.

Kalajengking menjawab, “ aku kalajengking, itu yang aku lakukan”.

Cerita itu pertama Badru dengar dari Ibunya. Di mana melalui jalan pernikahan, bukanlah waktu yang tepat untuk mengubah tabiat seseorang. Terlebih tabiat itu adalah sifat yang buruk bahkan hingga ringan tangan.

Sejatinya, ketika dua manusia menikah, mereka tidak hanya menikah dengan masing-masing jiwa dan keluarga besar pasangan. Mereka pun menikah dengan karakter yang sudah terbentuk sejak kecil hingga dewasa yang mungkin disertai sejumlah inner child hingga pola didik yang keliru.

Dari film ini, saya melihat adanya keharusan lebih bagi seorang perempuan hari ini, dan yang akan menjadi generasi perempuan selanjutnya untuk berdaya. Sekalipun ia seorang ibu rumah tangga, dan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, sisi ke-berdaya-an harus  ia miliki. Kita mulai dengan berdaya dalam bersuara dan bertindak. []

Tags: Film DarlingsKDRTstop kekerasan terhadap perempuansuara perempuanToxic Relationship
Karina Rahmi ST Farhani

Karina Rahmi ST Farhani

Perempuan asal Garut. Mahasiswi Program Pendidikan Kader Ulama Perempuan Masjid Istiqlal - LPDP . Menekuni kajian Keislaman-Keperempuanan

Terkait Posts

Squid Game

Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

3 Juli 2025
Nurhayati Subakat

Nurhayati Subakat, Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Wardah

26 Juni 2025
Film Animasi

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

22 Juni 2025
Film Azzamine

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

20 Juni 2025
Tastefully Yours

Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

19 Juni 2025
Bela Negara

Pearl Eclipse: Potret Keberanian Perempuan Dalam Bela Negara

14 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID