Mubadalah.id – Film Taare Zameen Par merupakan film yang berasal dari India yang menceritakan setiap anak itu istimewa. Taare Zaamen Par yang menjadi judul dalam film ini mempunyai arti “seperti bintang-bintang di langit”. Sutradara dari film ini merupakan salah satu tokoh pemeran juga, yaitu Aamir Khan. Selain menjadi sutradara dan tokoh pemeran, Aamir Khan juga menjadi produser pada fim ini.
Film ini rilis pada tanggal 21 Desember 2007. Sedangkan perilisan dalam bentuk DVD (Digital Video Disc) rilis pada 25 Juli, 2008. Berbagai penghargaan diraih oleh film ini, salah satunya yaitu Filmfare Best Movie Award 2007.
Para aktor dan aktris pada film ini antaranya Aamir Khan (Ram Shankar Nikumbh), Darsheel Safary (Ishaan Awasthi), Tischa Copra (Maya Awasthi/Ma), Vipin Sharma (Nandkishore Awasthi/Papa), Sachet Engineer (Rajan Damodran), Tanay Cheeda (Yohaan Awasth), dan lainnya.
Sinopsis
Film Taare Zameen Par menceritakan tentang Ishaan Nandkishore Awasthi. Ishaan merupakan anak kecil yang sering mendapat julukan idiot, pemalas, gila oleh banyak orang, bahkan gurunya sendiri. Selain itu, ayahnya sering membandingkan dirinya dengan kakaknya yang berprestasi. Dan dia sering mendapat bully-an oleh teman-temannya sendiri.
Sebenarnya Ishaan memiliki hobi pada seni. Tetapi, bakat serta potensinya dalam seni tidak mendapatkan perhatian.
Ishaan berubah ketika seorang guru seni baru, Nikumbh mengajar di kelasnya. Guru tersebut ceria dan optimis untuk anak dengan gangguan perkembangan.
Hasil tinjauan Nikumbh menyimpulkan bahwa Ishaan termasuk anak disleksia, suatu kondisi yang menekan kemampuan artistiknya. Dia juga menjelaskan pada orang tua Ishaan bagaimana Ishaan mengalami kesulitan yang parah dalam memahami huruf dan kata-kata karena disleksia.
Nikumbh mencoba untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Ishaan. Nikumbh menggunakan teknik perbaikan dari spesialis disleksia. Dia telaten serta sabar mendampingi Ishaan, serta menggunakan metode yang menyesuaikan dengan kondisinya.
Begitupun Ishaan, semangat belajarnya karena sesuai cara belajar yang ia rasakan. Ishaan segera mengembangkan minat dalam studinya dan akhirnya nilainya meningkat.
Selain itu, Ishaan juga terpilih sebagai pemenang pada lomba melukis. Orang tua dan guru Ishaan baru menyadari bahwa ternyata Ishaan adalah anak yang istimewa dan berprestasi.
Isu Disabilitas
Tidak sedikit orang saat mendengar kata ‘disabilitas’, yang langsung terbayang adalah keterbatasan. Seolah-olah hidup dengan disabilitas berarti tak bisa berbuat banyak, harus selalu terbantu, atau tidak punya andil dalam masyarakat.
Kebanyakan orang masih terpaku pada bayangan klasik: kursi roda, tongkat putih, atau seseorang yang tak bisa mendengar atau berbicara.
Masih banyak orang yang merasa ‘kasihan’, padahal yang dibutuhkan bukan belas kasihan, tapi keadilan. Jarang sekali ada pertanyaan: bagaimana seorang anak autis bisa nyaman di ruang kelas? Bagaimana orang tunanetra bisa mengakses situs pendidikan? Bagaimana orang dengan disabilitas intelektual bisa mandiri tanpa terus-menerus diperlakukan seperti anak kecil?
Padahal, disabilitas itu jauh lebih luas dari sekadar alat bantu. Ia menyangkut jutaan orang dengan beragam kondisi fisik, sensorik, intelektual, mental yang hidup di tengah masyarakat, tapi masih sering diperlakukan seolah tak benar-benar ‘ada’.
Lingkungan sekitar belum siap menerima perbedaan itu. Banyak sekolah yang belum inklusif, lapangan kerja penuh prasangka, bahkan akses ke layanan kesehatan dan informasi pun masih timpang.
Masalahnya bukan pada tubuh atau kondisi mereka, tapi pada cara pandang yang melihatnya.
Kenapa? Karena kebanyakan orang masih sering membatasi teman disabilitas, bahkan sebelum mereka diberi ruang untuk mencoba. Sehingga terlalu fokus pada kekurangannya, sampai lupa bahwa semua orang punya kemampuan untuk berkembang asal diberi akses dan kepercayaan.
Masalah disabilitas bukan hanya soal fasilitas, tapi juga soal sikap. Karena pada akhirnya, isu disabilitas adalah isu kemanusiaan.
Mengembangkan Potensi dengan Cara yang Sesuai
Setiap anak yang terlahir di dunia ini memiliki keistimewaan dan keunikannya masing-masing. Potensi, bakat, dan kemampuan dari setiap anak tidaklah sama. Tak terkecuali anak yang berkebutuhan khusus. Setiap anak itu istimewa dan spesial.
Seperti halnya yang terdapat dari Film Taare Zameen Par. Film tersebut menyampaikan pesan yang mendalam mengenai pentingnya memahami, memperhatikan serta mengembangkan potensi setiap anak.
Film ini juga juga menyoroti pentingnya menghilangkan stigma buruk pada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Kita tidak boleh membandingkan satu anak dengan yang lainnya. Ataupun memaksakan anak untuk menjadi seperti orang lain yang bukan masuk pada kemampuannya.
Akan tetapi, pada realitanya masih banyak yang memandang anak yang memiliki kebutuhan khusus mereka tidak bisa apa-apa. Sehingga, banyak dari anak yang berkebutuhan khusus tidak bisa berkembang dan semakin terpuruk.
Hal tersebut karena potensi yang anak-anak miliki tidak coba kita gali bahkan terabaikan. Yang mana jika potensi tersebut kita telisik dan mendapatkan perhatian lalu dikembangkan dengan cara yang sesuai, maka mereka pun akan berkembang dan mencapai potensinya secara maksimal.
Sehingga, di sini juga penting untuk mewujudkan keadilan hakiki. Yang mana untuk yang rentan atau yang memerlukan kebutuhan khusus, kita beri perhatian dan penanganan yang sesuai juga. Selain itu memahami perbedaan yang ada, lalu memberikan cara yang sesuai dengan kebutuhannya.
Penggunaan metode atau cara yang sesuai dengan kebutuhan serta potensi anak, maka setiap anak akan berkembang. Sehingga, setiap anak juga mendapatkan haknya sesuai kebutuhan serta potensinya. Dengan perkembangan terus menerus, maka keistimewaan setiap anak akan muncul dengan baik dan spesial. []