• Login
  • Register
Sabtu, 14 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Filosofi Waktu, Sering Dilupakan tapi Berujung Penyesalan

Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, al-dun-ya tsalâtu ayyâm. Perihal kehidupan dunia sebenarnya hanya berkutat pada filosofi waktu tiga hari

Abdul Mugist Septi Abdul Mugist Septi
11/06/2022
in Hikmah
0
Filosofi Waktu

Filosofi Waktu

949
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pernah mendengar istilah “Time is Money” atau biasa diterjemahkan waktu adalah uang, mungkin ungkapan tersebut sudah relevan di telinga sebagian masyarakat. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah mengapa waktu sebegitu dihargai sama dengan menghargai uang? apakah ada filosofi waktu tertentu? Apakah ada alasan tersendiri dibalik itu?

Padahal jelas-jelas antara waktu dan uang merupakan dua hal yang berbeda satu sama lainnya. Mungkin salah satu alasan yang dapat diterima logika berkaitan dengan hal tersebut, dalam filosofi waktu seringkali ia dianggap sepele oleh sebagian kalangan, sementara jika waktu telah hilang maka tidak akan bisa kembali selamanya meskipun kita menginginkannya. Alasan inilah yang menjadikan waktu begitu berharga bahkan jauh lebih dari sekedar uang.

Bahkan ada ungkapan dalam Islam yang mengatakan “Al-waqtu kassaifi in lam taqtha’hu qatha’aka”. Waktu bagaikan pedang, jika tidak dipergunakan dengan baik, maka ia tidak segan melukai. Ini menunjukan betapa pentingnya filosofi waktu bagi kehidupan, jika kita tidak bisa memanfaatkannya maka bersiaplah kehilangan kesempatan yang berharga. Dalam Al-qur’an sendiri terdapat beberapa ayat yang berkaitan dengan waktu. Seperti QS. Al-‘Asr[103] :1-3

﴿ وَالْعَصْرِۙ ١ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ٢ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ ٣ ﴾

Demi masa(1) sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian(2),kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran(3).

Baca Juga:

Senyum dari Jok Motor : Interaksi Difabel Dengan Dunia Kerja

Tujuan Utama Rumah Tangga Menurut Al-Qur’an

Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga

Prinsip Ketauhidan dalam Relasi Suami Istri

Meskipun QS.Al-‘asr ini tergolong ke dalam surah pendek, akan tetapi isi kandungan surah ini mengajak manusia untuk lebih menghargai waktu dan memanfaatkannya dengan sesuatu yang bermanfaat. Selain surah Al-‘asr, terdapat pula beberapa ayat Al-qur’an yang berkaitan dengan waktu.

Semisal wa shubhi (demi waktu shubuh), wad dluhâ (demi waktu dhuha), wal laili (demi waktu malam). Ditambah pula penggunaan huruf qasam (sumpah) dalam beberapa contoh redaksi ayat Al-Qur’an di atas menegaskan kembali tentang urgensi dari filosofi waktu itu sendiri yang jarang manusia ketahui.

Dikatakan juga dalam sebuah syai’r

اَلاَ لَيْتَ الشَّبَبَا يَعُوْدُ يَوْمًا    فَأُخْبِرَهُ بِمَا فَعَلَ الْمُشِيبُ

Jika sekiranya masa muda dapat kembali walaupun sehari, maka akan aku ceritakan suatu penyesalan di masa tua

Secara eksplisit syair di atas menggambarakan bagaimana beratnya penyesalan dari waktu yang telah terlewatkan bukan perihal harta, tahta ataupun materi, tapi justru kesempatan yang dimiliki yang tak pernah dihargai sebab waktu tak bisa diambil alih kembali oleh siapapun dan bagaimanapun.

Filosofi Waktu menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib

Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, al-dun-ya tsalâtu ayyâm. Perihal kehidupan dunia sebenarnya hanya berkutat pada filosofi waktu tiga hari.

Pertama, yaumun qad madlâ walaisa bi `âdin (hari kemarin, hari yang sudah berlalu dan tidak mungkin kembali) Semua pasti sudah melewati masa ini atau biasa disebut dengan masa lalu. Masa lalu bukan hanya berbicara tentang sebuah penyesalan, tetapi sebenarnya banyak pelajaran yang bisa diambil dari masa lalu untuk persiapan di masa yang akan datang.

Kedua, yaumun wa anta fîhâ, wa lâ tadrî anta bâqin am râhil (hari dimana anda berada sekarang yang mana Anda tidak tahu, apakah Anda masih akan hidup atau justru sebaliknya). Ini yang biasa disebut sebagai masa sekarang, masa yang sedang dijalani semua orang dengan tetap berusaha melakukan yang terbaik di setiap kesempatan serta menghargai apa yang dimiliki agar tidak timbul penyesalan dikemudian hari.

Ketiga, yaumul ghad wa `alaika minal amal (hari esok, hari yang akan datang dan harus punya cita-cita serta harapan mulia). Menatap masa yang akan datang harus disertai sikap optimisme sebab nantinya akan melahirkan sebuah nilai dalam menggapai impian dan cita-cita.

Demikian filosofi waktu menurut sahabat Ali bin Abi Thalib. Semoga bermanfaat. []

 

Abdul Mugist Septi

Abdul Mugist Septi

Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait Posts

Semangat Haji

Merawat Semangat Haji Sepanjang Hayat: Transformasi Spiritual yang Berkelanjutan

11 Juni 2025
Keadilan

Keadilan sebagai Prinsip dalam Islam

11 Juni 2025
Ruang Domestik Perempuan

Benarkah Ruang Domestik Menjadi Ruang Khusus Bagi Perempuan?

10 Juni 2025
Kitab Hadis

Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

9 Juni 2025
Prinsip Keadilan

Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam

9 Juni 2025
KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Difabel

    Senyum dari Jok Motor : Interaksi Difabel Dengan Dunia Kerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Ketauhidan dalam Relasi Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuan Utama Rumah Tangga Menurut Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Humor yang Tak Lagi Layak Ditertawakan: Refleksi atas Martabat dan Ruang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Senyum dari Jok Motor : Interaksi Difabel Dengan Dunia Kerja
  • Tujuan Utama Rumah Tangga Menurut Al-Qur’an
  • Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga
  • Prinsip Ketauhidan dalam Relasi Suami Istri
  • Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID