“Fungsi Istri Bukan Masak, Ngurus Anak atau Rumah Menjaga Suami dan ke Surga.”
Mubadalah.id – Fungsi istri itu bukan memasak, ngurus anak atau rumah menjaga suami ke surga. Seperti itulah kalimat yang disampaikan Gus Baha pada penggalan kalimat pendek yang dipublikasikan oleh akun instagram dawuh guru.
Kalimat singkat tentang fungsi istri tersebut nyatanya seperti oase di padang pasir yang sangat tandus. Eksistensi Gus Baha dengan ceramahnya yang diterima oleh hampir semua kalangan, serta kalimat sederhana yang bisa dipahami oleh semua kalangan menjadikan kalimat di atas seperti air es yang menyegarkan bagi orang yang sedang kehausan.
Selain itu, kalimat di atas merupakan warning bagi kita semua yang masih menganggap bahwa pernikahan, menjadi istri dan ibu tugasnya hanyalah di ruang domestik. Lebih jauh, mindset semacam itu hanyalah menjadikan istri sebagai objektifikasi peran.
Mulai dari peran dalam ranah domestik hingga ketiadaan ruang untuk berkarya lantaran menjadi istri. Artinya, negasi peran perempuan oleh pihak suami sangat terlihat ketika mindset yang dibangun tentang relasi suami-istri masih timpang dan tidak adil.
Melawan peran sosial yang dilekatkan pada perempuan
Peran perempuan tidaklah terbatas pada dapur, sumur dan kasur. Selayaknya perkembangan yang ada, masyarakat mengamini peran itu sehingga menyebabkan peminggiran terhadap perempuan. tidak heran banyak sekali peminggiran peran perempuan dalam pelbagai sektor. Dalam sektor kerja misalnya, gaji antara laki-laki dan perempuan dengan peran yang sama dan beban yang sama lebih sedikit laki-laki.
Hal itu diungkapkan oleh Sri Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia melalui CNBCIndonesia.com. Pada faktanya, terdapat 23 persen lebih rendah gaji perempuan dengan laki-laki meskipun perannya sama. Padahal, jika perempuan tersebut adalah single parent, gaji yang tidak adil merupakan bentuk perilaku kedzaliman yang nyata hanya karena menjadi perempuan.
Berkenaan dengan peran tersebut, perjalanan panjang kehidupan manusia, salah satu kelompok masyarakat yang berperan penting terhadap pola kehidupan masyarakat adalah para ulama. Sebab dari merekalah Islam disampaikan setelah Rasul, termasuk pelbagai pendapat tentang perempuan yang selama ini dibentuk oleh konstruk sosial.
Dengan demikian, para ulama, kiai memiliki peran untuk memberikan pemahaman adil gender tentang peran perempuan di pelbagai sektor, termasuk dalam urusan rumah tangga hingga urusan publik yang masih menjadi polemik, serta peminggiran peran perempuan yang masih sangat kuat.
Meskipun demikian, menjadi tugas perempuan secara kolektif untuk menyuarakan peran perempuan agar peran menjadi istri tidaklah terbatas pada ruang domestik tersebut. Hal utama yang bisa dilakukan adalah bagaimana menciptakan relasi keluarga yang bisa adil gender, salah satunya memilih pasangan yang adil sejak dalam pikiran dan perbuatan dalam melihat relasi pasangan suami dan istri.
Pasca menjadi istri, perempuan tetaplah milik dirinya seutuhnya
Banyak perempuan takut untuk memilih menjadi istri lantaran semakin banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga. Disamping itu, kasus perceraian juga semakin meningkat dengan pelbagai faktor. Mulai dari faktor ekonomi, perselingkuhan hingga faktor ketidakcocokan.
Traumatis yang timbul akibat fenomena belakangan ini, tidaklah laik menjadi faktor utama kita sebagai perempuan untuk memutuskan tidak menikah. Sebab yang paling penting adalah mempersiapkan diri secara lahir dan batin untuk memilih membangun rumah tangga. Islam memberikan ruang yang amat luas untuk perempuan belajar, mengenyam pendidikan, berkarir dan bekerja, berpendapat dan berpolitik.
Menurut Buya Hamka, dalam melakukan amal shalih dan iman, laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama. Masing-masing sama-sama sanggup untuk berbuat baik. Oleh karena itu, laki-laki dan perempuan sama-sama dijanjikan oleh Tuhan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Artinya, jika suatu pekerjaan dilakukan oleh perempuan menjadi amal kebaikan bagi perempuan tersebut, tidak ada masalah atas jenis kelamin yang melekat dalam dirinya. Laki-laki ataupun perempuan, hak untuk melakukan amal shalih dengan cara apapun, diperbolehkah oleh Islam.
Lebih dari itu, menjadi istri bukanlah sebuah awal usaha menghilangkan cita-cita dan kemampuan yang dimiliki sebagai perempuan. Pasca menikah, tubuh perempuan tetaplah milik perempuan, termasuk tetap memiliki ruang untuk berkarya meskipun sudah menjadi istri. Seorang istri memiliki kewajiban untuk saling membersamai, terus berjuang melakukan kebaikan untuk menuju ridha Allah.
Maka penting untuk membicarakan hal urgent kepada calon suami, termasuk bagaimana pola pengasuhan, pemikirannya tentang pasangan agar bisa membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Demikian penjelasan terkait fungsi istri, semoga bermanfaat. []