Mubadalah.id – Stephen Covey dalam bukunya yang berjudul “The 7 Habits of Highly Effective People” mengatakan bahwa setiap manusia memiliki center of life (acuan) dalam hidupnya. Misalnya, individu yang meletakkan poros kehidupan pada materi, maka ia akan bekerja keras dan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan materi atau kekayaan tadi, sekalipun harus mengorbankan orang terdekatnya (keluarga). Contoh lain, jika seseorang mengikuti power, maka segala dimensi kehidupannya akan ia tujukan untuk kekuasaan.
Dari sekian banyak acuan hidup, menurut Covey yang paling utama ialah jika seseorang meletakkan principles sebagai pondasi kehidupannya. Maksudnya yaitu dengan prinsip atau nilai luhur, menurutnya ialah berangkat dari hukum Tuhan yang berlaku universal.
Jika kita adapsi ke dalam bahasa kita bisa kita sebut dengan nilai-nilai Ilahiyah. Artinya seseorang tersebut menjadikan Allah sebagai sumber atau pemandu dalam laku kehidupannya, yang dalam Islam kita sebut dengan nilai tauhid.
Makna Tauhid
Tauhid artinya mengesakan Allah, yaitu seorang hamba benar-benar hanya menyembah kepada Tuhannya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Namun yang menjadi permasalahan, manusia zaman ini memahami tauhid itu hanya sekadar sebagai perilaku menyembah dengan ibadah ritual, seperti salat, puasa dan amal ibadah lainnya.
Memang dapat kita benarkan, tetapi lebih tepatnya serangkaian ibadah tersebut merupakan salah satu bentuk dari aktualisasi tauhid. Artinya termasuk juga pekerjaan yang sebenarnya sering kita sebut hal duniawi, seperti memasak, mencari nafkah, makan, bahkan tidur pun jika berdasarkan pada prinsip nilai-nilai Ilahiyah, maka sejatinya juga merupakan bagian dari ekspresi ketauhidan.
Sebagaimana yang KH. Abdurrahman Wahid sampaikan, atau yang akrab kita sapa Gus Dur bahwa makna bertauhid tidak lantas berhenti hanya mengesakan Allah. Tetapi ketauhidan adalah bagaimana kita memaknai Tuhan sebagai sumber dari segala sumber kehidupan, dengan menjalankan amanat kekhalifahan di muka bumi serta memperkuat nilai-nilai Ilahiyah yang diwujudkan kedalam laku kehidupan.
Pandangan ketauhidan inilah yang oleh Gus Dur menjadi poros nilai-nilai ideal dalam perjuangannya di berbagai dimensi. Seperti menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan kesetaraan, juga keberanian melakukan pembebasan, mengakarkan persaudaraan, dan mendahulukan orang lain dan bangsa.
Fungsi Tauhid dalam Kehidupan Manusia
Tauhid mempunyai berbagai fungsi dan peranan sangat besar serta memberikan dampak positif bagi kehidupan. Pada zaman modern ini dengan beragam krisis yang harus manusia hadapi, jika seseorang menempatkan tauhid secara benar dan sesuai maka sebenarnya itu akan menjaganya dari nilai-nilai palsu yang bersumber dari hawa nafsu. Sedangkan mengikuti hasrat nafsu adalah asal mula terjadinya kerusakan dan kehancuran di muka bumi.
Marilah kita lihat di dalam kehidupan kita pada zaman yang katanya modern ini, banyak manusia yang hidup tanpa tujuan yang jelas. Mereka bekerja siang-malam banting-tulang hanya untuk mendapatkan harta berlimpah, dengan harta itulah mereka berusaha memuaskan hawa nafsunya.
Jika itu tidak terpenuhi, dengan sadar ataupun tak sadar segalanya ia akan kerahkan untuk memenuhi hasrat nafsunya, melalui cara apapun. Meskipun itu keluar dari batas norma yang berlaku, melanggar hukum agama maupun hukum perdata dan pidana negara.
Secara nyata kita lihat seperti kasus penipuan kian marak terjadi, korupsi, kolusi, suap, memakan riba, merampok, membunuh, mengobral aurat, berzina, dan menzalimi rakyat, yang hakikatnya bersumber dari hawa nafsu. Sebab, semua ucapan dan tindakan tersebut berlawanan dengan nilai-nilai ketuhanan.
Misi Tauhid
Berbeda dengan manusia yang berpegang teguh pada nilai tauhid, ia memiliki komitmen utuh pada Tuhannya. Ia akan berusaha secara maksimal untuk menjalankan pesan dan perintah Allah sesuai dengan kadar kemampuannya.
Tujuan hidupnya amat jelas, ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya hanya untuk Allah semata. Ia tidak akan terjerat pada nilai-nilai palsu atau hal-hal tanpa nilai sehingga tidak pernah mengejar kekayaan, kekuasaan dan kesenangan hidup sebagai tujuan. Sebaliknya, hal-hal tersebut hanyalah sebagai sarana mencapai keridhaan Allah.
Dan hubungan horizontal dengan sesamanya pun, ia selalu berupaya menjunjung tinggi nilai kasih sayang dan persaudaraan dalam masyarakat. Bahkan terhadap yang berbeda keyakinan dan pemikiran sekalipun. Karena sesungguhnya tauhid dapat melahirkan manusia untuk membentuk suatu misi bersama
Adapun tujuannya menegakkan kebenaran, dan keadilan, merealisasikan berbagai nilai-nilai utama dan memberantas kerusakan di muka bumi. Dengan misi ini akan terwujud kehidupan sosial yang adil, etis, dan agamis, manusia lain, suatu kehidupan yang harmonis antara manusia dan Tuhannya.
Tauhid dan Tugas Manusia Membangun Kemaslahatan di Dunia
Kehidupan yang berbasis pada nilai ketauhidan, maknanya sebagai seorang hamba harus sadar betul bagaimana mengabdikan dirinya kepada Ilahi Rabbi. Sebab jika kesadaran tentang penghambaan itu sudah terpatri dalam diri, maka ia akan mengerti bahwa di bumi ini manusia dipercayai sebagai wakilNya untuk mengelola dan memakmurkan bumi.
Yaitu bagaimana seseorang bisa berkontribusi membangun kemaslahatan bersama di muka bumi dengan peran apapun yang ia jalankan. Entah itu sebagai kepala keluarga, orang tua, guru, pejabat, dokter, pelajar ataupun seorang anak.
Seperti misalnya sebagai seorang ayah yang bertauhid, ia menyadari bahwa tugas sebagai hamba Allah adalah mewujudkan kemaslahatan di dunia dengan nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan. Mulai dari lingkup keluarga kecilnya, ia akan memastikan keluarganya mendapatkan kebaikan atau kemaslahatan dari proses keluarganya, sehingga keluarganya akan berkontribusi menciptakan masyarakat yang baik (khairu al-ummah)
Masyarakat yang terbaik ini akan menjadi modal untuk negara dan bangsa yang baik (baldatu at-thayyibah), dengan kemaslahatan bangsa inilah akan menjadi anugerah untuk semesta. Dari sini kita bisa memahami, bahwa nilai ketauhidan mempunyai dampak besar terhadap kehidupan manusia.
Oleh karena itu principle atau nilai tauhid yang kita maknai sebagai center of life harus kita wujudkan dalam tingkah laku dan peran apapun yang kita mainkan. Baik dari segi perjuangan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan, serta kemanusiaan.
Sebagaimana Gus Dur mengajarkan kepada umat secara langsung dalam menjalani hidup. Yakni dengan berpijak pada nilai ketauhidan dalam gerakan kultural, NGO, dunia politik, kebudayaan, masyarakat NU, dan bangsa Indonesia. Wallahu a’lam. []