Mubadalah.id- Punya beragam kemampuan baik dari soft skill maupun hard skill bukan hanya dambaan gen z saja, tapi jadi dampaan semua orang. Apalagi dengan pesatnya perkembangan teknologi. Sulitnya masa mencari pekerjaan atau bagaimana biar improve diri juga terkadang kita alami. Ngerasain hidup gini-gini aja, padahal banyak pencapaian orang lain yang keren juga buat kita tambah mengutuk keadaan.
Tak Semua Proses Harus Sama
Pembelajaran emang butuh proses, tapi terkadang beberapa dari kita juga gabisa nunggu proses itu. Entah karena permasalahan lain yang pastinya di luar kontrol diri kita. Ya sama kayak ngerasa kok hidup gini terus. Padahal banyak proses setiap harinya yang kita lakukan tanpa tersadar. Hasil yang bagus masih jadi fokus banyak orang, sama halnya penulis yang masih juga membandingkan perjalanan ini dengan orang lain.
Sikap gitu wajar, gak cuma dialami oleh satu apa dua orang aja. Ribuan bahkan jutaan atau miliaran umat manusia pasti mengalami. Pikiran “rumput tetangga kok lebih hijau yaa” itu dateng terus dari ribuan bahkan jutaan tahun lalu. Bedanya, sekarang kita bisa lihat rumput itu dengan mudah, bahkan emang ada tuh yang jualan rumputnya.
Bagaimana isi buku Hidden Potensial?
Nah, daripada terus mikir kok rumput tetangga lebih hijau mari kita coba membahas salah satu buku yang aku temukan ketika kok hidup gini terus ya. Adam Grant, penulis buku ini merupakan seorang psikolog organisasi yang punya banyak karya yang fokusnya dalam pengembangan karir. Tokoh ini rasanya cukup buat gen z yang haus akan ilmu pengetahuan, tapi tetap punya pemikiran kritis tentang ilmu baru.
Ada tiga hal menarik yang coba aku bagikan setelah membaca buku untuk para gen-z ini. Pertama, mencari rasa gak nyaman. Keluar dari zona nyaman tampak jadi kalimat yang digaungkan banyak orang bukan. Dan emang, rasa takut pasti bakal muncul. Takut gagal, takut dianggap bodoh dan juga ketakutan lain pasti muncul di kepala.
Adam ngasih solusi lewat buku ini dengan cara mengenal sedikit demi sedikit ketakutan kita. Kalo kita takut dapat anggapan bodoh, emang ada orang yang langsung pinter pas coba belajar sesuatu? Dan kalo kita takut buat ngomong di depan orang, coba latih kita ngomong sama orang-orang tertentu dulu. Jadi, coba pecah ketakutan itu dan bisa aja kita menemukan skill baru buat memecahkan masalah tadi.
Insight yang kedua, berhadapan dengan sisi perfeksionis. Jujur, penulis adalah orang yang perfeksionis maksimal. Banyak hal yang ganggu pikiran aku, tapi gak berdasar gitu. Nah bisa jadi kita sama kan? Semua orang ingin terlihat paling perfect dimanapun berada, padahal ga ada manusia yang sempurna kan?
Mengenalkan tentang Bersyukur
Sikap perfeksionis mungkin dapat membantu dalam beberapa hal, tapi bisa membunuh dalam hal lainnya. Fokus pada detail yang terkadang gak penting, menghindari sesuatu karna takut gagal atau terlalu keras sama diri sendiri ketika melakukan kesalahan jadi sisi negatif punya sikap perfeksionis.
Dalam buku ini, penulis coba bantu kita untuk set tujuan yang spesifik dan menantang. Ketika kita punya tujuan besar dan juga spesifik, kita dapat belajar bagaimana pembagian fokus kita seharusnya. Mental time travel juga Adam Grant kenalkan, gimana ini jadi salah satu usaha kita buat mengingat lagi diri kita di masa lalu. Bisa bagaimana diri kita sekarang adalah impian kita di masa lalu kan?
Tiga, buat aktifitas kita menyenangkan. Keluar dari zona nyaman bukan berarti caranya gak nyaman kan? Perjalanannya kalo kita bayangin emang sulit, perasaan akut bahkan muncul. Tapi coba jalani dengan rasa senang pasti bakal terasa lebih mudah. Buat ketakutan besar yang kita pikirkan jadi lebih kecil, setelah itu hadapi. Kalo misal gagal ya evaluasi dan coba lagi.
Tulisan ini udah akhir, mungkin memang gitu doang ya. Dan bener, emang gitu doang. Buku ini ada buat kamu mulai coba. Setelah baca, coba lakukan dan praktikkan dalam perjalanan kita. Selalu ingat ada hal di luar kontrol kita yang bisa mempengaruhi prosesnya. Dan ada hal baik yang menanti diri kita di depan sana. []