Mubadalah.id – Dalam bahasa Arab kemerdekaan atau kebebasan dikenal dengan istilah al-Hurriyyah.
Menurut al-Raghib al-Ishfahani, al-Hurr (kemerdekaan) mengandung dua arti: pertama, lawan dari budak atau hamba sahaya, dan kedua, orang yang tidak dikuasai oleh sifat-sifat buruk dalam hal urusan duniawi.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemerdekaan merujuk pada sesuatu yang bersifat material dan immaterial. Dengan kata lain, kemerdekaan menunjuk kepada pembebasan penderitaan jasmani, fisik, psikis, ruhani, mental, dan spiritual.
Sementara Syeikh Ali al-Shabuni dalam tafsirnya mengatakan bahwa kata al-Hurr bermakna sama dengan al-Khalish, bersih dan murni. Seseorang kita katakan Hurr, jika ia telah terlepas dan bersih dari segala hal yang mengotori aspek kemanusiaan.
Dari kata al-Hurr terbentuk kata al-Tahrir yang berarti pembebasan. Kata al-Hurr tercatat hanya satu kali dalam al-Qur’an:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِى الْقَتْلٰىۗ اَلْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْاُنْثٰى بِالْاُنْثٰىۗ فَمَنْ عُفِيَ لَهٗ مِنْ اَخِيْهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ ۢبِالْمَعْرُوْفِ وَاَدَاۤءٌ اِلَيْهِ بِاِحْسَانٍ ۗ ذٰلِكَ تَخْفِيْفٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ ۗفَمَنِ اعْتَدٰى بَعْدَ ذٰلِكَ فَلَهٗ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan.
Tetapi barangsiapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, dan membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Barangsiapa melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih. (QS. al-Baqarah ayat 178)
Dalam ayat di atas al-Hurr makna adalah dengan orang yang bebas atau merdeka. Sementara itu, penggunaan kata al-Tahrir di dalam al-Qur’an untuk merujuk pada makna pembebasan budak atau hamba sahaya (tahrir al-raqabah).
Pandangan Qasim Amin
Makna ini pernah Qasim Amin, seorang tokoh feminis Mesir gunakan dalam bukunya Tahrir a-Mar’ah, pembebasan perempuan. Dalam al-Qur’an makna pembebasan budak ini dapat kita temukan pada ayat-ayat berikut:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ اَنْ يَّقْتُلَ مُؤْمِنًا اِلَّا خَطَـًٔا ۚ وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَـًٔا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ وَّدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ اِلٰٓى اَهْلِهٖٓ اِلَّآ اَنْ يَّصَّدَّقُوْا ۗ فَاِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ عَدُوٍّ لَّكُمْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ ۗوَاِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَاقٌ فَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ اِلٰٓى اَهْلِهٖ وَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ ۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِۖ تَوْبَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Artinya: Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja).
Barangsiapa membunuh seorang yang beriman karena tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu). Kecuali jika mereka (keluarga si terbunuh) membebaskan pembayaran.
Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal dia orang beriman, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang beriman.
Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.
Barangsiapa tidak mendapatkan (hamba sahaya), maka hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. (QS. an-Nisa ayat 92). []