Mubadalah.id – Ajaran Islam secara tegas tidak merestui pandangan-pandangan yang merendahkan perempuan dengan menganggap mereka sebaga figur penggoda (fitnah) bagi laki-laki.
Karena faktanya, juga banyak laki-laki yang menjadi sumber fitnah bagi perempuan, dan kondisi ini tidak untuk merendahkan laki-laki. Fokus teks soal fitnah perempuan itu bukan untuk merendahkan mereka, sebagaimana juga fitnah laki-laki.
Tetapi, untuk kewaspadaan bersama, agar Satu sama lain saling menjaga diri, tidak terjerumus dan tidak menjerumuskan pada tindakan yang nista dan dosa.
Dengan demikian, seksualitas tubuh perempuan, sebagaimana juga laki-laki, tidak untuk dinistakan dan disalahkan. Tetapi, justru mereka syukuri dan rayakan sebagai bagian dari karunia dan nikmat Allah Swt.
Bahkan, dalam sebuah teks hadits, menjadi bagian dari tiga hal, selain shalat dan parfum, yang Nabi Muhammad Saw cintai (Sunan al-Nasa’i, no. 3957).
Merendahkan eksistensi perempuan adalah sama sekali bukan ajaran Islam dan bukan teladan Nabi Muhammad Saw.
Laki-laki dan perempuan adalah manusia yang memiliki potensi akal budi yang sama, yang dipanggil oleh Islam secara setara untuk menjadi orang-orang yang beriman.
Yaitu yang satu sama lain untuk bermitra (awliya) dalam segala kerja-kerja yang mendorong kebaikan (amar ma’ruf) dan menghalau keburukan (nahi munkar), baik urusan domestik maupun publik (QS. at-Taubah (9): 71).
Bahkan, yang satu tidak boleh merasa lebih baik dan lebih tinggi dari yang lain, hanya karena jenis kelamin.
Sebab, dalam Islam, keimanan dan ketakwaanlah yang menjadi ukuran. Bukan jenis kelamin. Keimanan, perilaku, dan tindakanlah yang membuat seseorang akan mendapatkan balasan di akhirat.
Karena itu, sebagaimana deklarasi al-Qur’an, siapa pun yang beriman dan beramal shalih. Baik laki-laki maupun perempuan, akan memperoleh kehidupan yang baik dan sejahtera, di dunia dan akhirat (QS. at Nisaa’ (4): 12: QS. an-Nahl (16): 97, dan QS. al-Mu’min (40): 40).*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Qiraah Mubadalah.