Mubadalah.id – Islam adalah agama yang hadir di atas prinsip penghormatan terhadap pengalaman biologis perempuan. Termasuk menegaskan bahwa perempuan haid bukanlah aib, melainkan bagian dari realitas ciptaan yang harus dihormati.
Bahkan al-Qur’an menyebut haid sebagai adza, maksudnya adalah bagian tubuh yang sakit, yang memerlukan perhatian dan empati, bukan stigma sosial. Dengan demikian, perempuan haid harus kita perlakukan dengan penuh kasih dan penghormatan, bukan menjauhi atau mengasingkannya.
Dalam konteks sosial hari ini, pesan ini semakin relevan. Di banyak tempat, perempuan masih menghadapi diskriminasi saat haid seperti dilarang masuk sekolah, disindir karena lagi PMS, atau dianggap tidak produktif.
Padahal, jika Islam sejak 14 abad lalu telah membebaskan perempuan dari stigma itu, mengapa kita hari ini justru melanggengkan kembali pandangan kuno tersebut?
Islam melalui al-Qur’an dan teladan Nabi telah menjadikan haid bukan sebagai tanda kelemahan. Melainkan simbol kasih sayang yang telah Tuhan berikan.
Oleh sebab itu, tugas kita hari ini adalah melanjutkan spirit pembebasan itu dengan membangun tafsir yang memuliakan perempuan, menghapus stigma tubuh, membangun empati, dan menegakkan keadilan.
Sebagaimana pandangan Nyai Hj. Badriyah Fayumi dalam Kupipedia.id, Islam tidak datang untuk menambah beban perempuan. Tetapi untuk memuliakan mereka.
Haid bukan dosa, bukan kotoran moral, melainkan tanda kehidupan. Dari rahim itu, lahirlah generasi manusia dan di situlah letak kemuliaan perempuan sesungguhnya. []

			






































