Mubadalah.id – Isu perselingkuhan kini mulai mencuat kembali di tanah air. Penyebab perselingkuhan yang kian beragam membuat publik geram seakan tiada lagi laki-laki setia di dunia ini. Mungkinkah perselingkuhan ini dapat kita redam? Lalu bagaimana kita harus menyikapinya? tulisan ini mungkin akan menjadi salah satu jawaban dari persoalan yang tengah hangat menjadi perbincangkan masyarakat.
Perselingkuhan ini tidak mungkin terjadi jika tidak adanya persetujuan antara kedua belah pihak, baik itu dari pihak ketiga maupun dengan suami atau istri tersebut. Di mana keduanya sama-sama bersalah. Pada sebuah keterangan dikatakan bahwa banyaknya rumah tangga yang gagal dalam suatu pernikahan bukanlah karena tidak adanya cinta melainkan kurangnya ilmu ketika menjalaninya.
Karena cinta itu bersifat dinamis dapat berkurang, dan bertambah dan hal itu adalah hal yang wajar. Maka dari itu kita perlu menjaga dan mencari cara bagaimana agar cinta tersebut tidak surut, misal dengan mengingat momen-momen dan kebaikan yang selama ini telah suami atau istri dapat bersama.
Islam Melarang Menghancurkan Hubungan Baik
Dalam Islam sendiri perselingkuhan ini dapat kita artikan sebagai salah satu perlakuan merebut kebahagiaan orang lain, yang tentunya ini sangatlah dilarang bahkan boleh jadi haram hukumnya. Seperti mengutip dalam satu Hadits Abu Hurairah ra,
“Bukan golongan kami (Nabi Muhammad saw) seseorang yang menghancurkan hubungan baik antara seorang istri dan suami dan atau seorang budak dengan majikannya.” Dalam beberapa pendapat ini dikatakan makna dalam Hadits tersebut adalah adanya indikasi atau niat ingin menghancurkan hubungan seseorang, maka hal ini jelas terlarang dalam Islam.
Sebagai seorang manusia yang dianugerahi cinta oleh Sang Maha Cinta, sebetulnya tidak ada yang salah dengan cinta, sebab cinta merupakan perasaan yang mulia. Maka dari itu sudah seharusnya rasa cinta itu kita kelola dan menjadikan kita sebagai seorang manusia yang kian cinta dan dekat dengan Sang Pencipta. Bukan malah sebaliknya menjauhkan diri kita kepada sang pemberi cinta tersebut.
Oleh karena itu perasaan cinta ini dapat dengan mudah kita kenali. Yakni ketika ada seseorang yang terus menerus mengatakan cinta kepada kita. Namun perlakuannya tidak mencerminkan yang seharusnya, semisal setiap tingkah laku dan perbuatan sehari-harinya jauh dari Allah. Maka hak ini bisa kitapastika,n yang ia katakan bukanlah cinta melainkan nafsu belaka.
Memahami Konteks Rumah Tangga
Seandainya saja setiap suami memahami konteks berumah tangga. Bagaimana ketika menjadi seorang suami yang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap istri. Sebab ia harus menjaga, membimbing, dan menguatkan rumah tangga. Maka dia tidak akan mudah tergoda dengan perempuan-perempuan lain yang hanya memunculkan rasa cinta sesaat saja.
Karena ketika suami mengucap ijab dalam sebuah pernikahan itu artinya dia sudah menerima segala kebaikan dan kekurangan yang ada pada diri istri. Hal tersebut bukan hanya sebuah janji yang terucapkan di depan ayah atau wali nikah sang istri saja. Melainkan secara tidak langsung merupakan janji kepada Allah.
Oleh karena itu hal yang terpenting yang harus kita pelajari sebelum menikah adalah ilmunyu. Karena dengan ilmu maka iman akan senantiasa mengiringi. Dan secara tidak langsung ketika iman dan ilmu itu sudah tertanam dalam sebuah pernikahan, maka keinginan untuk mencari sosok, dan cinta yang lain pun tidak akan pernah ada. Karena ketika setiap ada persoalan yang hadir dalam rumah tangga jika dikembalikan pada ilmu dan iman maka tidak akan ada keegoan di dalamnya.
Tak ada Pembenaran atas Nama Apapun untuk Isu Perselingkuhan
Namun ketika perselingkuhan itu telah terjadi dalam rumah tangga kita yang telah kita bangun sedemikian rupa, namun ada salah satu pihak yang berkhianat maka ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menyikapi hal tersebut. Pertama, menerimanya karena hal itu telah terjadi, senantiasa berpikir positif. Karena yakinilah bahwa akan ada hikmah dalam setiap kejadian yang menimpa kita.
Karena boleh jadi ada pesan tersirat di balik sesuatu yang menyakiti kita. Kedua, sikapi dengan tenang, kroscek terlebih dahulu kemudian tanya dan bicarakan baik-baik dengan terduga perselingkuhan tersebut, jangan terlalu banyak menceritakan aib rumah tangga kita kepada orang lain atau istilah sekarang adalah jangan terlalu oversharing. Kecuali jika sudah terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kita wajib melaporkan pada pihak berwajib.
Sebab jika kita sikapi dengan emosi dan marah-marah hanya akan meninggalkan abu yang takkan ada kepuasan di dalamnya. Terlebih di sini pihak laki-laki secara biologis memiliki bentuk fisik dan kekuatan fisik yang lebih dibanding dengan perempuan. Oeh karenanya untuk menjaga dari hal-hal yang tidak kita inginkan semisal terjadi kekerasan lain atau KDRT. Maka harus kita sikapi secara tenang, walaupun sebenarnya hal itu sulit untuk kita lakukan.
Dalam hal ini komunikasi adalah kunci. Yakni saling mengeluarkan ketidaksukaan atau uneg-uneg yang kita rasa selama berumah tangga. Tujuannya agar menjadi ruang muhasabah dan introspeksi bagi kedua belah pihak. Tentu ini bukan berarti perempuan yang selalu kita salahkan, dan berada pada posisi direndahkan. Sehingga ini harus menjadi introspeksi bagi kedua belah pihak.
Atas alasan apapun pengkhianatan terhadap janji suci pernikahan tidak kita benarkan sama sekali. Oleh karena itu kita harus teliti dalam memilih pasangan. Sebab kita akan membersamainya sepanjang umur kita. . []